BAB 2 : Hari Pertama Menjadi Baby Sitter

Shereny duduk di ruang tamu sambil menatap jendela. Cahaya matahari sore menerobos masuk, menciptakan siluet lembut di wajahnya. Pikirannya penuh dengan keraguan dan kekecewaan. Sejak ia memutuskan hubungan dengan Reynold, mantan kekasihnya yang berselingkuh. Meski ia merasa lega, rasa hampa tetap menyelimuti hatinya.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Dengan cepat, Shereny berjalan ke pintu dan membukanya.

"Kayyisa!" seru Shereny dengan senyum kecil.

Kayyisa, sahabatnya sejak SMA, berdiri di depan pintu dengan wajah cerah. Perempuan ceria itu membawa sekotak roti di tangan kanannya.

"Hei, aku bawain roti kesukaanmu. Aku tahu kamu pasti butuh ini," ucap Kayyisa sambil melangkah masuk tanpa menunggu undangan.

"Terima kasih, Kay. Kamu selalu tahu caranya bikin aku merasa lebih baik," kata Shereny, menutup pintu dan mengikuti sahabatnya ke dapur.

Mereka duduk di meja makan, berbagi roti sambil berbincang. Kayyisa memperhatikan Shereny dengan tatapan serius.

"Reny, jujur aja deh, kamu mau sampai kapan begini? Di rumah terus, merenung nggak jelas. Kamu harus mulai bergerak. Aku tahu kamu udah putus dari Reynold, dan itu keputusan terbaik. Tapi, kamu juga butuh kegiatan baru, coba deh pikirin mama juga." kata Kayyisa sambil mengunyah rotinya.

"Aku tahu, Kay, tapi aku belum tahu mau mulai dari mana. Aku nggak mau sembarang ambil kerjaan," jawab Shereny sambil mengaduk kopi di depannya.

Kayyisa tersenyum penuh arti. "Kebetulan banget, aku punya info pekerjaan buat kamu."

Shereny mengangkat alis. "Kerjaan apa?"

"Jadi baby sitter," jawab Kayyisa dengan nada santai, seolah-olah pekerjaan itu adalah hal biasa.

"Baby sitter?" Shereny mengerutkan dahi. "Serius, Kay? Aku nggak punya pengalaman jaga anak kecil."

"Tenang aja, anaknya nggak nakal kok. Umurnya baru lima tahun, namanya Arga. Anaknya teman pamanku. Ia butuh pengasuh karena pengasuh sebelumnya keluar mendadak. Dan gajinya... lumayan besar, Reny," kata Kayyisa sambil melirik ke arah Shereny.

"Seberapa besar?" tanya Shereny dengan nada setengah penasaran.

Kayyisa mencondongkan tubuhnya dan berbisik, "Gajinya dua kali lipat dari gaji kantoran biasa, dan kamu juga dapet fasilitas makan plus tempat tinggal. Rumahnya di daerah elit, Reny. Nggak main-main."

Mata Shereny membesar. "Serius, dua kali lipat? Rumah di daerah elit pula? Kok rasanya terlalu bagus buat jadi kenyataan."

"Ini nyata, kok. Lagipula, pamanku kenal baik sama keluarga itu. Pemilik rumahnya namanya Elvano Kayden. Dia pengusaha besar, tapi ya... dia agak galak dan dingin, sih," jelas Kayyisa sambil memutar bola matanya.

"Tunggu, galak dan dingin?" Shereny melipat tangannya di dada. "Aku udah cukup dengan pria-pria nyebelin, Kay."

"Tapi ini bukan soal dia, Reny. Ini soal Arga, anak kecil yang butuh perhatian dan kasih sayang. Kamu kan sayang sama anak-anak, aku tahu itu. Lagipula, kamu bisa pindah dari rumah sewa ini dan tinggal di rumah besar. Siapa tahu ada cerita baru di sana," kata Kayyisa, menyelipkan senyum licik.

Shereny terdiam sejenak, mempertimbangkan tawaran itu. Ia memang butuh pekerjaan dan lingkungan baru. Setelah berpikir cukup lama, ia menghela napas panjang.

"Baiklah, aku terima tawaran ini. Tapi kalau bosnya mulai bikin masalah, aku nggak bakal ragu keluar dari sana," kata Shereny sambil menunjuk Kayyisa.

"Itu semangat yang aku suka! Tenang aja, aku bakal bantu kamu ngurus semuanya," jawab Kayyisa sambil merangkul sahabatnya dengan semangat.

"Tapi gimana sama mama ya? Apa mama tinggal disini aja?" Shereny mulai meragu lagi.

"Gini aja, mama kamu tinggal di apartemen aja yang dekat perumahan itu. Nanti aku bantu cari, lagi pula aku yakin kamu bisa membayarnya perbulan." Jawab Kayyisa dengan penuh keyakinan.

...****************...

Beberapa hari kemudian, Shereny tiba di depan rumah besar yang berdiri megah di kawasan elit kota. Rumah bergaya modern dengan kaca-kaca besar dan halaman luas. Shereny menelan ludah, merasa kecil di depan rumah sebesar ini.

"Oke, Shereny. Nggak usah gugup. Ini cuma kerjaan, bukan audisi jadi artis," gumamnya pada diri sendiri sebelum menekan bel.

Tak lama, pintu besar itu terbuka. Seorang wanita paruh baya, mungkin pengurus rumah tangga, menyambutnya.

"Selamat datang. Anda pasti Shereny. Silakan masuk, Tuan Elvano sudah menunggu," kata wanita itu dengan ramah.

Shereny mengangguk dan masuk ke dalam. Interior rumahnya bahkan lebih mewah dari yang ia bayangkan—marmer mengilap, lampu gantung kristal, dan dekorasi modern di setiap sudut.

Di ruang tamu, seorang pria duduk di sofa, membaca dokumen. Dia mengenakan kemeja hitam yang digulung hingga siku. Dahi berkerut dan sorot matanya tajam. Saat Shereny mendekat, pria itu menutup dokumen dan menatap lurus ke arahnya.

"Kamu Shereny Claudine?" tanya pria itu dengan nada rendah, tetapi tegas.

"Iya, saya Shereny," jawabnya sambil berusaha menjaga ekspresi tenang.

"Dengar, aku nggak butuh pengasuh yang manja atau gampang mengeluh. Tugasku cukup berat, dan aku nggak mau dengar keluhan dari kamu soal jam kerja atau tingkah Arga. Kalau kamu nggak sanggup, pintu keluarnya ada di sana," ucap pria itu, menunjuk pintu di belakang Shereny.

Shereny mengerutkan dahi, tapi tetap tersenyum. "Saya bukan tipe orang yang suka mengeluh, Pak. Kalau Anda mencari pengasuh yang bisa diandalkan, mungkin saya adalah pilihan terbaik."

Pria itu menatap Shereny dengan tatapan penuh penilaian. Ia mengangguk kecil, seolah menghargai keberanian Shereny.

"Bagus. Namaku Elvano Kayden, dan aku pemilik rumah ini. Kalau kamu bisa bikin Arga nyaman, aku nggak akan ganggu kamu. Tapi kalau sebaliknya, aku nggak akan ragu mengganti kamu," katanya tegas.

"Kalau saya bisa bikin Arga nyaman, mungkin Tuan juga harus siap menerima kenyataan bahwa saya akan bertahan lebih lama dari yang Anda kira," balas Shereny dengan senyum kecil.

Elvano terdiam sejenak, lalu sudut bibirnya terangkat sedikit. Bukan senyum lebar, tapi cukup untuk menunjukkan bahwa ia terkesan.

"Kita lihat saja, Nona Claudine," katanya sambil berdiri dan pergi meninggalkan Shereny. "Wanita yang tangguh dan menarik." Gumam Elvano sambil membenarkan jas nya.

Shereny menghela napas panjang. "Orang kaya dan sombong. Kayyisa benar," gumamnya.

Tapi saat ia berjalan menuju kamar Arga, perasaan cemas itu perlahan menghilang. Melihat anak kecil yang tersenyum lebar saat melihatnya, ia tahu satu hal: meskipun Tuan Elvano dingin dan galak, setidaknya Arga adalah alasan yang cukup kuat baginya untuk bertahan.

"Hai, Kakak Shereny!" sapa Arga dengan ceria.

Shereny tersenyum tulus. "Hai, Arga. Mulai hari ini, aku di sini buat kamu."

Siapa sangka, keputusan ini akan mengubah hidupnya selamanya? Bukan hanya Arga yang akan mengisi hari-harinya, tapi juga Elvano Kayden, pria yang secara tak terduga akan menguji kesabaran dan... hatinya.

Episodes
1 BAB 1 : Hilang Arah
2 BAB 2 : Hari Pertama Menjadi Baby Sitter
3 BAB 3 : Kehangatan Bersama Arga
4 BAB 4 : Sikap Dingin Memancing Emosi
5 BAB 5 : Terjebak Masa Lalu
6 BAB 6 : Mulai Tumbuh Rasa
7 BAB 7 : Ketidaksengajaan?
8 BAB 8 : Perhatian
9 BAB 9 : Alfaro dan Kayyisa
10 BAB 10 : Selamat Tinggal Ibu
11 BAB 11 : Kedekatan Alfaro dan Kayyisa
12 BAB 12 : Pembicaraan Panjang Alfaro dan Kayyisa
13 BAB 13 : Penculikan
14 BAB 14 : Penyelamatan Shereny
15 BAB 15 : Kehamilan Shereny
16 BAB 16 : Tuan David
17 BAB 17 : Lolos
18 BAB 18 : Trauma
19 BAB 19 : Rumah
20 BAB 20 : Fahira
21 BAB 21 : Kebahagiaan
22 BAB 22 : Cemburu Buta
23 BAB 23 : Bunga di Sela Retak
24 BAB 24 : Bara dan Kayyisa
25 BAB 25 : Romansa Kantor
26 BAB 26 : Hati Shereny
27 BAB 27 : Masa Lalu
28 BAB 28 : Masih Cinta?
29 BAB 29 : Keterbukaan antar Sahabat
30 BAB 30 : Nasihat dari Sahabat
31 BAB 31 : Mengapa?
32 BAB 32 : Ungkapkan Apa yang Terjadi
33 BAB 33 : Tidak Bisa Lupa
34 BAB 34 : Mencoba Menerima
35 BAB 35 : Bersaing Bersama Kenangan
36 BAB 36 : Apakah bisa diperbaiki?
37 BAB 37 : Titik Awal
38 BAB 38 : Mampukah Kamu Memberikan Cinta Tulus?
39 BAB 39 : Penyesalan Tak Ada Ujung
40 BAB 40 : Penyesalan Tak Ada Ujung (2)
41 BAB 41 : Retak hampir Pecah
42 BAB 42 : Tak Semudah yang Dikira
43 BAB 43 : Penolakan Perjodohan
44 BAB 44 : Jangan Khawatir
45 BAB 45 : Malam Manis Kayyisa dan Alfaro
46 BAB 46 : Cemburu
47 BAB 47 : Awal Mula Kehadiran Ghina
48 BAB 48 : Ternyata Kau...
49 BAB 49 : Tidak Terungkap
50 BAB 50 : Tak Pernah Tenang
51 BAB 51 : Pergi Tanpa Kabar
52 BAB 52 : Kepedihan Elvano
53 BAB 53 : Negoisasi Hampir Berhasil
54 BAB 54 : Bintang
55 Bab 55 : Kejujuran
56 BAB 56 : Mimpi
57 BAB 57 : Bukti
58 BAB 58 : Wanita Villa
59 BAB 59 : Mira
60 BAB 60 : Jangan Pergi
61 BAB 61 : Mengapa Terjadi?
62 BAB 62 : Cinta = Rela
63 BAB 63 : Kau yakin?
64 BAB 64 : Permintaan Berpisah
65 BAB 65 : Benar-benar Berpisah
Episodes

Updated 65 Episodes

1
BAB 1 : Hilang Arah
2
BAB 2 : Hari Pertama Menjadi Baby Sitter
3
BAB 3 : Kehangatan Bersama Arga
4
BAB 4 : Sikap Dingin Memancing Emosi
5
BAB 5 : Terjebak Masa Lalu
6
BAB 6 : Mulai Tumbuh Rasa
7
BAB 7 : Ketidaksengajaan?
8
BAB 8 : Perhatian
9
BAB 9 : Alfaro dan Kayyisa
10
BAB 10 : Selamat Tinggal Ibu
11
BAB 11 : Kedekatan Alfaro dan Kayyisa
12
BAB 12 : Pembicaraan Panjang Alfaro dan Kayyisa
13
BAB 13 : Penculikan
14
BAB 14 : Penyelamatan Shereny
15
BAB 15 : Kehamilan Shereny
16
BAB 16 : Tuan David
17
BAB 17 : Lolos
18
BAB 18 : Trauma
19
BAB 19 : Rumah
20
BAB 20 : Fahira
21
BAB 21 : Kebahagiaan
22
BAB 22 : Cemburu Buta
23
BAB 23 : Bunga di Sela Retak
24
BAB 24 : Bara dan Kayyisa
25
BAB 25 : Romansa Kantor
26
BAB 26 : Hati Shereny
27
BAB 27 : Masa Lalu
28
BAB 28 : Masih Cinta?
29
BAB 29 : Keterbukaan antar Sahabat
30
BAB 30 : Nasihat dari Sahabat
31
BAB 31 : Mengapa?
32
BAB 32 : Ungkapkan Apa yang Terjadi
33
BAB 33 : Tidak Bisa Lupa
34
BAB 34 : Mencoba Menerima
35
BAB 35 : Bersaing Bersama Kenangan
36
BAB 36 : Apakah bisa diperbaiki?
37
BAB 37 : Titik Awal
38
BAB 38 : Mampukah Kamu Memberikan Cinta Tulus?
39
BAB 39 : Penyesalan Tak Ada Ujung
40
BAB 40 : Penyesalan Tak Ada Ujung (2)
41
BAB 41 : Retak hampir Pecah
42
BAB 42 : Tak Semudah yang Dikira
43
BAB 43 : Penolakan Perjodohan
44
BAB 44 : Jangan Khawatir
45
BAB 45 : Malam Manis Kayyisa dan Alfaro
46
BAB 46 : Cemburu
47
BAB 47 : Awal Mula Kehadiran Ghina
48
BAB 48 : Ternyata Kau...
49
BAB 49 : Tidak Terungkap
50
BAB 50 : Tak Pernah Tenang
51
BAB 51 : Pergi Tanpa Kabar
52
BAB 52 : Kepedihan Elvano
53
BAB 53 : Negoisasi Hampir Berhasil
54
BAB 54 : Bintang
55
Bab 55 : Kejujuran
56
BAB 56 : Mimpi
57
BAB 57 : Bukti
58
BAB 58 : Wanita Villa
59
BAB 59 : Mira
60
BAB 60 : Jangan Pergi
61
BAB 61 : Mengapa Terjadi?
62
BAB 62 : Cinta = Rela
63
BAB 63 : Kau yakin?
64
BAB 64 : Permintaan Berpisah
65
BAB 65 : Benar-benar Berpisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!