Dia Yang Tak Pernah Ku Cintai
Awal yang Benar-benar Awal
Sekarang aku sudah berada di kota.
Liu Kim
Di manakah kalian?
Cukup lama baru ku terima balasan pesan.
Zhuang
Kami sudah berada di Kasino.
Liu Kim
Baiklah, saya akan segera ke sana.
10 menit berjalan kaki, akhirnya aku sampai.
Seperti biasa, tempat ini penuh dengan atmosfer yang kuat.
Kasino adalah tempat yang paling tragis dan yang paling manis.
Zhuang
Cepat sini, kami udah nunggu dari tadi.
Liu Kim
Ya, sebelum dari sini.
Liu Kim
Jadi, apa yang mau Anda berdua sampaikan?
Jin
Jangan terlalu formal. 😄
Zhuang
Bisa kita sambil bermain QQ?
Liu Kim
Baiklah, mari kita berbicara sambil bermain.
Kami melangkah mendekati meja kasino, permukaannya dilapisi kain hijau halus dengan garis-garis dan angka yang tertata rapi, menciptakan aura elegan yang khas. Di tengah meja, terdapat tempat khusus untuk chip warna-warni yang melambangkan taruhan. Suara dentingan chip dan gumaman pemain lain memenuhi udara, sementara dealer berdiri di belakang, tersenyum tenang dengan setumpuk kartu di tangannya. Di bawah pancaran lampu kristal, meja itu menjadi pusat perhatian, menggoda kami untuk mencoba keberuntungan di tengah suasana yang penuh ketegangan dan antusiasme.
Dealer
Silahkan tempatkan taruhan Anda!
Liu Kim
Lima puluh untuk merah.
Aku meletakkan chips poker dengan percaya diri.
Liu Kim
Kali ini pasti menang.
Jin
Kau berani sekali. Aku naruh lima puluh untuk hitam.
Zhuang
Huh, aku main aman aja deh. Sepuluh di angka genap.
Dealer
Baik semuanya, taruhan sudah ditetapkan. Sekarang kita mulai.
Dealer memutar roda roulette dengan gerakan cekatan, bola kecil melompat-lompat sebelum akhirnya melambat.
Jin
Ayo hitam, jangan mengecewakan ku.
Liu Kim
Huh, terlalu mudah.
Jin
Kali ini kau menang. Ayo kita main QQ.
Zhuang
Kak, apa kamu yakin?
Dealer
Baiklah, kita lanjut ke permainan QQ.
Dealer
Silahkan tempatkan taruhan Anda.
Liu Kim
Hanya sebuah QQ? Terlalu mudah.😆
Liu Kim
Aku akan menang berturut-turut.
Suara gesekan kartu mengisi udara.
Zhuang
Seperti biasa, sepuluh saja.
Dealer
Saya akan membagikan kartu.
Dealer mulai membagikan kartu.
Liu Kim
Tch, ini kemenangan mudah.
Kataku sambil melirik kartu.
Jin
Belum tentu kartumu sebagus itu.
Zhuang
Fokus pada kartunya.
Dealer
Taruhan berikutnya.
Dealer
Mau lanjut atau menyerah?
Liu Kim
Aku tambah lima puluh.
Dealer
Baik, dua pemain tersisa.
Dealer
Silakan buka kartu.
Aku pun menyerahkan kartu.
Liu Kim
Sudah ku bilang ini terlalu mudah.
Aku mengalihkan pandangan ke Jin.
Zhuang
Hah, seharusnya aku ikut tadi.
Liu Kim
Haha, kalian harus belajar dariku.
Lalu aku mengambil chips kemenangan di depanku.
Kami melangkah keluar dari kasino, melewati pintu kaca besar yang memantulkan cahaya gemerlap dari dalam. Udara malam yang dingin langsung menyambut, kontras dengan kehangatan ruangan sebelumnya. Langkah kami bergema di jalan beraspal yang basah oleh embun, sementara suara gemuruh kota tetap terdengar di kejauhan.
Di belakang kami, lampu-lampu neon kasino terus berkilauan, memamerkan warna-warna cerah yang menggoda orang-orang untuk masuk. Namun, bagi kami, malam sudah cukup panjang, penuh dengan tawa, ketegangan, dan sedikit penyesalan. Dengan kantong yang lebih ringan atau mungkin sedikit lebih berat, kami meninggalkan dunia permainan itu, membawa cerita yang hanya kami yang tahu.
Sekarang kami berada di sebuah restoran.
Di sini bertambah satu orang.
Liu Kim
Hallo, saya Hikaru.
Ling Ling
Saya Liu Fei Ling, biasa dipanggil Ling Ling.
Ling Ling
Senang berkenalan dengan Gege.
Jin
Semoga kalian akrab, ya ...
Jin
Zhuang, cepat panggil anakmu.
Zhuang
Mei, ke sini sebentar.
Beberapa saat kemudian seorang wanita menghampiri.
Zhuang
Ini anakku, kerap dipanggil Mei.
Jin
Mei, beritahu nama lengkap mu.
"Namanya tak sesuai dengan panggilan," ku pikir.
Mei Lin
Iya, Gege. Kalau nama lengkap Gege?
Ling Ling
Aku ke belakang sebentar, paman Tuo akan kesulitan menangani pelanggan.
Zhuang
Haha, biar kami aja yang urus di dapur.
Sekarang tinggal aku berdua dengan Mei Lin.
Sepertinya mereka hendak mencoblangkan.
Suasana jadi agak canggung sedikit.
Aku mencoba membuka percakapan.
Liu Kim
Ini restoran keluarga kalian?
Ku pikir pertanyaan apaan macam ini.
Mei Lin
Bener, udah lama kami kelola.
Liu Kim
Kamu masih sekolah?
Mei Lin
Kan udah malam, hehe. 😆
Mei Lin
Yah, aku masih sekolah, baru aja kelas 10.
Mei Lin
Capek banget sekolah, ih.
Liu Kim
Kenapa bisa capek?
Mei Lin
Kamu tau, Gege, aku tiap hari ada tugas sekolah.
Mei Lin
Ditambah kesibukan di restoran.
Mei Lin
Aaa, rasanya pusing banget.
Liu Kim
Jangan terlalu dipikirkan.
Mei Lin
Kalau Gege, masih sekolah?
Liu Kim
Nggak, tapi emang udah nggak.
Mei Lin
Ceritain dong kenapa bisa ketemu ayahku?
Liu Kim
Kami ketemu di Kasino seminggu yang lalu.
Liu Kim
Kebetulan dia berhasil ku kalahkan.
Mei Lin
Wah, terus Gege dapat apa?
Tiba-tiba ponselku berdering.
Aku melihat nama yang memanggil.
Kemudian ku tutup panggilan itu.
Liu Kim
Iya, Mei. Disuruh pulang.
Mei Lin
Sebelum pulang apa aku boleh ...
Liu Kim
Ini nomor ponselku.
Liu Kim
Nanti hubungi aja.
Liu Kim
Bilang ke ayah dan tante mu, aku pulang.
Liu Kim
Dan, satunya siapa tadi?
Comments