nama ku melisa aurelin, umur ku 17 tahun dan masih sekolah kelas 12 di sebuah SMA yang lumayan popoler di kota, orang tua ku yang terbilang pengusaha kaya selalu memanjakan ku dengan fasilitas yang mewah, ayah ku selain pengusaha sukses dia juga pemilik pondok pesantren yang di kelolanya sndiri, banyak sekali santri yang menuntut ilmu di pesantren milik ayah ku, ya karena bebas biaya, selain orang yang ingin menuntut ilmu, ayah ku juga bisa berperan sebagai psekiater religius,
akan tetapi di tengah ke sukseskan ayah ku, banyak sekali musuh yang ingin menghancurkan kan nya, dan suatu ketika musuhnya pun mengincar aku sebagai anak tunggal ayah ku, aku pun di culik dan di sekap slama sehari smalam, dan di situlah awal kisah ku di mulai,
sebulan setelah penculikan aku pun pingsan di kamar mandi karena pusing dan mual, dokter pun memeriksa ku dan menyatakan kalau aku positif hamil,
"dyar.....bak tersambar petir di siang hari, orang tua ku pun marah besar kepadaku,
mama melisa
mel.... dasar anak gak tahu di untung kamu,
papa melisa
siapa yang menghamili mu?
melisa
ayah... bunda aku tak tahu siapa yang melakukan ini kepada ku,
mama melisa
sudah bunda bilang sama kamu, jangan berteman dengan mereka, teman mu itu membawa hal negatif pada mu,
melisa
ini bukan kesalahan mereka bun...
papa melisa
lalu siapa?
papa melisa
siapa yang melakukan itu pada mu,
yah... aku pun yang tak tahu apa pun bingung, aku merasa tak melakukan itu tapi mendadak hamil bahkan aku merasa kalau diri ku masih perawan, karena aku tak merasa ku vital ku cidera atau mengalami kerobekan,
aku pun hanya diam karena smakin aku membela diri orang tua ku semakin marah pada ku,
papa melisa
melisa... melisa.. terus mau bagai mana ini?
mama melisa
ya... mau di taruh dimana muka bunda mel?
melisa
ayah... bunda, aku tak tahu, aku tak melakukan apa pun...
papa melisa
tak melakukan tapi bisa hamil,
mama melisa
pasti itu terjadi saat kamu mabuk sama teman teman mu itu,
melisa
bun... aku memang bukan gadis yang baik , tapi aku tahu benar kalau tak ada yang melakukan itu pada ku,
papa melisa
sudah diam kamu,
papa melisa
tak usah lagi membela diri,
aku pun terdiam, karena posisi kita masih di lokasi pondok pesantren milik ayah ku, aku tak mau para santri mendengarnya.
dan untung saja tempat ini agak jauh dari madrasah dan asrama para santri jadi kecil kemungkinan mereka mendengarnya
Comments