I'm Not Single Mom!
"Gue mohon, Liv. Cuma lo yang bisa bantu gue. Cuma lo yang bisa gue percaya menjaga Tias."
"Keluarga lo?"
"Keluarga gue gak menerima kehadiran Tias. Kesalahan gue dan Tian gak termaafkan, makanya gue diusir. Gue-- gue selama ini berjuang sendiri, Liv."
"Terus sekarang lu mau tumbalin gue supaya lo bisa balik lagi sama cowok lo itu?"
Olivia membanjiri wajahnya dengan air mata. Ia menepis kedua tangan perempuan yang sejak tadi menyentuh pahanya untuk memohon.
Olivia merangkak menuju baby box dan menatap Tias pilu. Hal yang sama juga Asti lakukan. Wanita itu duduk bersimpuh di samping baby box anaknya.
"Lo masih inget 'kan apa cita-cita gue?" tanya Asti dengan suara bergetar.
"...." Olivia memilih diam, namun isi kepalanya dipenuhi ucapan Asti tempo lalu yang mengatakan dirinya ingin anaknya hidup layak.
Olivia yakin jika semua orang tua menginginkan kehidupan yang baik untuk anak-anaknya.
Mungkin itu alasan mengapa ayahnya melakukan korupsi demi membahagiakan istri dan anaknya.
"Gue cuma pengen Tias berkecukupan, Liv. Bisa sekolah di tempat yang bagus. Makan makanan yang layak. Hal itu gak bisa gue lakukan kalau kerjaan gue hanya sebagai pemandu lagu di tempat itu, Oliv."
"Kenapa Tian gak bisa terima Tias?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
3 bulan sebelumnya
Perusahaan Harrison yang saat ini dipimpin oleh Fredik -- Kakek Pratama sedang mengalami gangguan yang disebabkan oleh cucu kesayangannya yang saat ini sudah memutuskan untuk keluar dari Harrison grup dan berpindah ke Izyaslavich.
Pratama selaku pewaris pengganti, harus berjuang keras memulihkan perusahaan yang saat ini sedang diserang habis-habisan oleh sepupunya, Kamandanu.
Belum pulih rasa sakit Pratama karena sang sepupu membawa cinta pertamanya dan akan menetap di negeri beruang merah. Sekarang dirinya harus menjadi tumbal di Harrison karena kekacauan yang sepupunya perbuat.
Semenjak dirinya ditinggal menikah oleh sang cinta pertama, Pratama semakin menjadi pribadi yang buruk.
Sering mabuk-mabukan, bergonta-ganti pasangan, dan balap liar pun masih ia jalankan. Padahal usianya sudah bisa dikatakan tidak muda lagi.
"Mau sampai kapan kamu seperti ini, Pratama? Kamu itu pewaris Harrison! Harapan kami," ucap Camilla dengan nada tingginya.
Sudah jengah rasanya Camilla mendidik keponakan satu-satunya ini. Jika Pratama tidak berubah, kemungkinan besar Harrison akan tergantikan oleh Aditama, mengingat jika pemimpin Pioneer saat ini adalah Aditama.
"Tan, yang penting aku sudah menuruti kemauan Tante untuk tidak mengganggu anak Tante itu." Pratama mendesah kesal lalu melanjutkan ucapannya. "Gak mudah buat aku untuk melupakan semua sekaligus membangun Harrison yang sudah Danu hancurkan. Seharusnya ini menjadi tanggung jawab Tante!"
"Dengar Tama, kehadiran kamu di sini karena permintaan kakek kamu. Saya tidak bisa berbuat banyak untuk kamu. Jangankan menunggu Danu untuk menghancurkan Harrison. Saya pun bisa menghancurkan Harrison jika saya mau. Saya membantu kamu karena ada Annastasia di belakang kamu. Saya tidak ingin menyakiti sahabat saya. Jadi saya mohon kamu tahu diri sedikit. Kalaupun kamu sukses di Harrison. Kamu bisa depak saya jika itu mau kamu. Karena itu yang saya tunggu-tunggu, Pratama."
Pratama menatap sang Tante dengan wajah tidak percaya. Tidak mungkin dirinya mendepak Camilla begitu saja. Karena selama ini hanya Camilla lah yang mengurusi keperluan Pratama serta membantu Pratama mempelajari tentang Harrison.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Olivia membersihkan tubuhnya dari tumpahan cairan kecoklatan yang mengeluarkan aroma tidak sedap.
Entah cairan apa yang orang-orang itu guyurkan ke tubuhnya hingga berkali-kali Olivia memuntahkan cairan dari perutnya yang belum ia isi dari pagi.
Olivia memilih duduk di salah satu bilik toilet sambil menangis. Banyak hal yang ia tangisi.
Mulai dari ayahnya yang mendekam di penjara, perubahan ekonomi keluarga yang ia hadapi secara drastis, dan perundungan yang ia dapatkan dari teman-teman kampusnya.
Selama di kampus, tempat yang paling aman untuk dirinya adalah bilik toilet kampusnya.
Di sana ia bisa menangis sepuasnya meskipun harus menangis dalam diam. Setidaknya teman-temannya tidak merundungnya dengan melukai fisiknya seperti sekarang ini.
Saat Olivia ingin keluar dari bilik toilet, tiba-tiba saja ada sebuah langkah kaki yang ia yakini dalam jumlah banyak mendekat hendak memasuki toilet.
Olivia mengurungkan niatnya untuk keluar dari bilik tersebut dan memilih kembali duduk dan menunggu sampai orang-orang itu keluar dari toilet.
Ketika orang-orang itu masuk, salah satu wanita membuka satu persatu bilik toilet dan memastikan tidak ada seseorang di salah satu bilik tersebut.
BRAK!
BRAK!
BRAK!
Olivia sudah memprediksi hal itu, makanya ia menempelkan tanda 'toilet rusak' di depan pintu bilik toilet yang ia gunakan.
"Gue bingung deh sama si Oliv. Dia urat malunya udah putus, ya? Masih bisa dia hidup dan bernafas dengan baik setelah apa yang bokap nya lakuin," ucap salah satu wanita yang sering mem-bully Olivia.
"Bukannya anak koruptr selalu bangga ya kalau orang tuanya jadi koruptr?" timpal salah satu wanita lainnya.
"Bangga lah, lagian mereka juga gak akan dimiskinkan. Gue yakin bokap nya pasti udah simpan duit itu di Swiss. Makanya anaknya masih tebal muka."
Olivia kembali menangis dalam diam. Ia sangat yakin ayahnya bukan koruptr seperti pemberitaan yang menyebar luas saat ini.
Hidup mereka selama ini tidak bergelimang harta, ayahnya juga tidak pernah mengendarai mobil mewah atau bolak balik ke luar negeri selain urusan dinas.
Mereka hidup di perumahan yang tidak tergolong mewah bahkan masih dalam golongan menengah karena berada di sebuah perbatasan antara Kota madya dan Kabupaten.
"Gue heran ya, dia dan Bestie kentalnya sama tuh, sama-sama gak punya urat malu."
"Emang siapa Bestie kental dia? Emang ada yang mau berteman sama dia?"
"Siapa lagi kalau bukan Laras dan si Amel. Dua ayam yang sering open harga di aplikasi Maxchat. Langganan para sugar daddy perut buncit, kumis tebal mulut bau rokok kretek."
Seluruh gadis yang berkumpul di toilet tertawa terbahak-bahak menertawakan Olivia dan teman-temannya. Tentu saja hal itu sudah biasa Olivia dengar dari mereka.
"Jangan-jangan dia juga lagi. Suka ikutan open harga di Maxchat!" seru salah satu wanita yang Olivia hapal suaranya.
Wanita itu yang selalu memprovokasi yang lain untuk merundung dirinya. Wanita itu pula yang menumpahkan cairan ini ke tubuhnya. Wanita itu adalah Pindy, Anak salah satu Dosen dari fakultas lain di universitas ini.
"Udah pasti, lo 'kan tau, UKT di kampus kita apalagi jurusan kita itu mahal banget. Mana mampu dia bayar kalau bukan pakai uang Nina boboin aki-aki buncit."
Kembali, mereka tergelak tawa hingga mereka merasa jika jam mata kuliah selanjutnya akan tiba.
Olivia enggan keluar dari bilik karena kondisinya benar-benar mengenaskan, tidak mungkin ia masuk ke dalam kelas dalam pakaian yang sangat bau ini. Ia memutuskan untuk kembali ke kost-annya.
...\(◎o◎)/To be continue \(◎o◎)/...
...Keluarnya nunggu mereka check out aja ya, Liv. Nanti lu di guyur kuah seblak. Author khawatir ini....
Jangan lupa Readers. Like, vote, kembang kopinya ❤️ Sarange
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
R3Fresh
kenapa ya yang suka bully dan gosip di kawasan tertentu itu perempuan ya?
2025-04-30
2
Aksara_Dee
wudiihh sugar Daddy nya gak ada yg cakepan apa yak 🤣🤣spek lee Minho aku maauu ...
2025-03-28
2
Tini Tina toon
kagak bakal dimiskinkan lah wong saling melindungi 🤣 koruptor itu kayak Cepu nrkoba. ketangkep karena giliran aja. keluarga dan anak2nya mah aman. hukum mati juga cuma wacana aja. formalitas
2025-05-18
0