POV Mbok Minten.
Rumah yang ditinggalkan Ndoro Putri ini memang tidak lah terlalu besar. Tapi, setelah kepergian Ndoro Putri, menjadi semakin sunyi.
Meskipun, terkadang Ndoro Ayu Nimas beserta suaminya dan putrinya Ndoro Ayu Dyah, pulang untuk sekedar menjenguk rumah ini dan menjengukku.
Sebenarnya, bertahun-tahun juga aku sudah terbiasa dengan rasa sepi dan sunyi ini. Tapi, bukankah manusiawi kalau aku lelah dengan kesunyian ini?
Ini sudah janjiku pada Ndoro Putri, untuk menjaga dan melindungi semua tinggalannya. Baik harta bendanya, keturunannya atau semua yang berkaitan dengan Ndoro Putri. Termasuk "yang itu". Bahkan di akhir hayat, Ndoro Putri terus mengingatkanku dengan janji itu. Ah, ya sudahlah.
Ponsel yang dulu dibelikan Ndoro Ayu Nimas berdering, aku pun mengangkatnya.
"Assalamualaikum ... Mbok. "
Dari seberang sana, terdengar suara khas Ndoro Ayu Nimas
"Waalaikumsalam Ndoro, ada apa nggih?"
"Ndak ada apa apa Mbok, Mbok sehat kan? "
"Alhamdulillah sehat ndoro, Ndoro sekeluarga bagaimana?"
"Alhamdulillah juga Mbok. Oh iya Mbok, tadi Dyah sudah berangkat Mbok, katanya pengen pulang ke tempat simbahnya, nanti kalau sudah sampai, kabari ya Mbok?"
"Oh nggih Ndoro ..."
"Ya sudah mbok, aku tutup dulu, sehat trus ya Mbok. "
"Oh nggih, maturnuwun Ndoro."
"Assalamualaikum. "
"Walaikumsalam. "
Telpon sudah dimatikan. Tapi hatiku luar biasa bahagia, mendengar Ndoro Dyah mau pulang.
Dyah Pitaloka, masih segar di ingatanku nama itu. Dulu, Ndoro Putri lah yang memberikan nama Indah itu. Meskipun dalam cerita jaman dulu, seorang Putri dari kerajaan Sunda yang bernama sama, meninggal bunuh diri demi membela harga diri kerajaan dan ayahnya, tapi bukan maksud Ndoro Putri untuk menyamakan nasib cucunya dengan Sang Putri itu.
"Ndak mungkin to, aku berharap cucuku bernasib sama seperti Putri Kerajaan Sunda itu Min. Aku kagum sama kecantikan, keanggunan dan keberanian Putri Dyah Pitaloka. Yang sampai membuat Raja Hayam Wuruk tergila-gila padanya. Aku cuma berharap ... kecantikan, keanggunan dan keberanian Sang Putri nular ke cucuku. "
"Oh gitu to, Ndoro," kataku mengiyakan, meskipun tidak terlalu memahami.
Tapi anak itu memang cantik, mewarisi kecantikan Ndoro Putri dan Ndoro Ayu Nimas. Kecantikan khas bangsawan Jawa.
Terdengar suara motor berhenti di halaman rumah.
Wah, jangan-jangan itu Ndoro Ayu Dyah sudah datang. Aku keluar dari pintu belakang.
Benar saja, anak itu sudah sampai, dan turun dari motor Si Karmin, tukang ojek langganan keluarga Ndoro Putri.
"Maturnuwun ya Kang Karmin, ini ongkosnya. "
"Wah, kebanyakan ini, Mbak."
"Gak apa-apa Kang, buat tambahan jajan si kecil. "
"Maturnuwun, Mbak. "
Kudengar obrolannya dari jauh. Kemudian aku lihat gadis itu berdiri di teras, termenung cukup lama. Aku panggil pun, dia seperti tidak mendengarku. Ya sudah, aku tepuk saja pundaknya. Dan gadis itu pun terkaget-kaget, kemudian tersenyum.
Aku menawarkan bantuanku untuk membawakan tasnya, tapi dia menolak dengan sopan. Mungkin dia tidak mau membebaniku. Ya sudah, aku pun tak bisa memaksanya. Aku melihat dia masuk ke rumah dan masuk ke kamar yang biasa dia tempati. Baiklah, aku akan membuatkan dia teh hangat untuk sekedar menyegarkannya.
Aku menuju dapur, dan setelah selesai, aku mengantarkan teh hangat yang barusan kubuat. Tapi lagi lagi kudapati anak itu melamun lagi. Entah apa yang dipikirkannya.
Aku menawarinya masakan apa yang diinginkan. Dia menjawab, masakan apa saja dia mau. Karena percaya dengan kemampuan masak ku. Baiklah.
Aku sibuk di dapur, dan dikagetkan suaranya menawarkan bantuan. Tentu saja, aku juga tidak mau merepotkannya. Dia masih terhitung majikanku, meskipun cucu dari Ndoro Putri. Dia duduk di dipan bambu dan termenung lagi. Mungkin dia merindukan neneknya.
Aku menyuruhnya cepat mandi, dan aku pun cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan memasakku. Kemudian aku menuju halaman depan untuk menyapu daun-daun kering yang sudah terlihat semakin berserakan.
Gadis itu sudah terlihat segar dan duduk di bangku kayu di teras, entah sejak kapan. Aku juga melihatnya tersenyum mengamati anak-anak yang bermain. Bu Yanti lewat dan menyapanya dari kejauhan, mereka berbasa basi sebentar. Lalu, bu Yanti mendekatiku,
"Walah Mbok, mbak Dyah sudah dewasa gitu, makin ayu ya Mbok ... sayangnya, anakku sudah rabi semua je ... Eh, siapa tau, mbak Dyah mau jadi mantuku," bu Yanti tertawa kecil, aku menimpali dengan senyuman.
"Lha kan memang ibu dan simbahnya cantik, ya cucunya cantik juga lah Bu, masa gak cantik. lha sampean mau ngepek mantu, apa genduk cah ayu itu mau jadi wong ndeso sini?"
"Ealah .... iyo yho Mbok, lupa aku! "
Kami tertawa terkekeh-kekeh bersama. Sesaat kemudian aku melihat gadis itu terdiam, tatapannya ke arah lain, wajahnya pucat pasi, entah apa yang dilihatnya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
𝐋α 𝐒єησяιтα🇵🇸🇮🇩
opo iku yg itu?
2023-01-09
0
Nina Maryanie
aku mampir Thor...kami dari Sumatra.
2022-08-17
0
Elvi Nopricha
apa kabare kami org sumatra
2022-06-11
0