DARA, NAMA YANG TERLUPAKAN

Ceklek...

Adara mematung, terdiam sejenak menatap seorang wanita yang sangat dia kenal, wanita yang sangat berarti dalam hidupnya, sedang duduk terdiam menatap kosong ke arah jendela ruangan. Wanita itu, ibunya, Santi, yang kini berada di depan matanya setelah sekian lama mereka tidak bertemu. Adara masih terdiam di tempat, terus memperhatikan wanita yang telah lama ia tinggalkan—wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini. Keadaan ibunya sekarang sangat jauh berbeda dibandingkan dengan apa yang ia ingat dulu. Santi, yang dulunya selalu tampil cantik dan rapi, kini terlihat begitu kurus, dengan wajah yang seolah kehilangan semangat hidup. Namun, meskipun begitu, ada satu ciri khas ibunya yang tidak pernah berubah sampai sekarang—rambut panjangnya yang indah. Hanya saja, rambut itu kini telah berubah menjadi lebih putih, tanda-tanda penuaan yang tidak bisa dielakkan.

Adara tidak bisa melepaskan pandangannya dari ibunya. Ia melihat bagaimana kulit ibunya tampak sangat putih, bahkan lebih pucat daripada kulitnya sendiri. Wanita yang dulu terlihat penuh energi kini terlihat begitu rapuh, seolah dunia telah memberinya beban yang begitu berat untuk dipikul. Bagaimana tidak? Adara tahu bahwa kehidupan ibunya tidak pernah mudah sejak dirinya lahir. Di usianya yang kini 22 tahun, ibunya sudah berumur lebih dari 50 tahun. Adara merasa hatinya tertusuk melihat kondisi ibunya yang seperti ini, tetapi ia tetap diam, berdiri mematung di ambang pintu, tidak yakin bagaimana harus memulai percakapan dengan wanita yang telah membesarkan dan merawatnya dengan susah payah.

Huf... Adara menarik napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian untuk melangkah maju. Perlahan, ia mulai berjalan mendekati ibunya, Santi. Langkah kakinya terasa berat, seolah setiap langkah membawa beban emosional yang sulit untuk dilepaskan. Hingga akhirnya, Santi menyadari keberadaan seseorang di ruangan itu. Wanita itu mengangkat kepalanya, mengerutkan keningnya, menatap penuh rasa ingin tahu pada sosok wanita asing yang berdiri di hadapannya.

"Siapa kamu?" Suara itu terdengar pelan, tetapi cukup jelas untuk membuat langkah Adara terhenti sejenak. Suara ibunya yang sangat ia rindukan. Adara yang selama ini dikenal sebagai wanita yang kuat, yang tidak pernah menangis lagi sejak 10 tahun terakhir, kini mulai merasakan matanya memanas, berkaca-kaca oleh air mata yang ingin keluar.

"Mama..." gumamnya pelan, tetapi hampir tidak terdengar oleh Santi.

"Siapa kamu?" Pertanyaan itu terdengar lagi, kali ini dengan nada yang lebih waspada, bahkan sedikit panik. Santi terlihat bingung dan tidak mengenali Adara. Adara segera mencoba bersikap lebih tenang, berusaha agar ibunya tidak histeris atau merasa terancam dengan kehadirannya.

"Mama, aku Adara," ucapnya pelan namun jelas. Kata-kata itu seolah menggema di ruangan kecil itu. Santi terdiam sejenak, ekspresinya berubah menjadi penuh tanda tanya.

"Adara?" gumam Santi, seperti mencoba mengingat sesuatu yang terasa familiar.

"Iya, Mama, aku Adara, anak perempuan Ibu," sambung Adara, suaranya lembut namun penuh dengan emosi yang sulit ia kendalikan.

Santi terlihat berpikir keras, mencoba mengingat nama yang baru saja ia dengar. Setelah beberapa saat, tatapannya tertuju pada sebuah foto yang dikeluarkan oleh Adara dari tasnya. Foto itu adalah foto lama dirinya bersama Santi.

"Ini foto Mama bersama Adara," ujar Adara sambil menunjukkan foto tersebut kepada ibunya. Santi mengambil foto itu dengan tangan yang sedikit gemetar, mengamatinya dengan seksama.

"Mama ingat Adara, kan?" tanya Adara lagi, nada suaranya penuh harap. Santi akhirnya mengalihkan tatapannya dari foto itu, memandang wajah wanita muda yang berjongkok di depannya.

"Kamu... Dara?" tanya Santi pelan. Adara tersentak mendengar panggilan itu. Panggilan "Dara" adalah panggilan khusus yang selalu digunakan ibunya sewaktu ia masih kecil. Kenangan itu langsung menyerbu pikirannya.

Adara mengangguk cepat, air mata akhirnya mengalir di pipinya. "Iya, Mama, ini Dara," jawabnya, suaranya bergetar.

"Dara...!" lirih Santi, suaranya nyaris tidak terdengar, tetapi cukup untuk membuat hati Adara terasa hangat untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama.

---

Sementara itu, di tempat lain, tepatnya di kamar Davin dan Kevin, kedua kakak laki-laki Adara sedang berbincang. Kamar itu terlihat rapi, dengan suasana yang tenang di Minggu pagi itu. Davin duduk di pinggir tempat tidurnya, terlihat termenung, sementara Kevin baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah rapi.

"Ada apa denganmu, Bang?" tanya Kevin, menatap kakak sulungnya yang terlihat tidak seperti biasanya.

Davin mengangkat wajahnya, menatap Kevin dengan mata yang terlihat penuh pikiran. "Kakak hanya memikirkan Adara," jawabnya pelan, tetapi masih cukup jelas untuk didengar oleh Kevin.

Kevin tertawa kecil, nadanya terdengar sedikit sinis. "Kakak masih mau mikirin Adara? Memangnya dia pernah mikirin kakak?" tanyanya dengan nada mengejek, sambil tersenyum miring.

Davin menatap adiknya dengan dingin. "Tutup mulutmu. Kau harus ingat kalau dia adalah adikmu juga," ujar Davin dengan nada tegas, tidak suka dengan cara Kevin berbicara tentang Adara.

Kevin hanya mengangkat bahu, masih dengan senyuman sinisnya. "Dia memang adikku, tapi sekarang sepertinya ceritanya sudah berbeda."

"Apa maksudmu?" tanya Davin, bingung dengan maksud ucapan Kevin.

"Dari dulu sampai sekarang, dia selalu menjaga jarak dari kita. Itu artinya, dia tidak mau lagi dekat dengan kita. Yasudah, biarkan saja, kita ikuti saja kemauannya," jawab Kevin dengan nada santai, seolah tidak peduli.

"Lagian juga, kita sudah punya Clarissa. Dia adik terbaik bagiku," tambah Kevin sambil tersenyum lebar, mengingat Clarissa yang baginya adalah sosok adik yang sempurna.

Davin hanya menghela napas panjang, merasa kesal dengan sikap Kevin. "Terserahmu saja," ujarnya akhirnya, memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan. "Kau mau ke mana di hari Minggu begini? Bukankah tidak ada pekerjaan di kantor?" tanyanya, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Kevin yang sedang merapikan dasinya menjawab santai, "Aku ada janji dengan teman. Lagipula, sekali-sekali menikmati waktu santai tidak ada salahnya, kan?"

Davin hanya mengangguk kecil, tidak ingin berkomentar lebih jauh. Dalam pikirannya, Adara tetap menjadi prioritasnya, meskipun hubungan mereka tidak lagi sehangat dulu.

Terpopuler

Comments

Evy

Evy

Ternyata Abang sulungnya tetap sayang adik perempuan nya...

2025-04-17

0

Agus Tina

Agus Tina

Bagus, semoga sampai tamat

2025-02-09

0

lihat semua
Episodes
1 MASA LALU KELAM
2 BAYANGAN LUKA DI BALIK KELUARGA
3 DARA, NAMA YANG TERLUPAKAN
4 GENG ADARA
5 ADARA DAN RAHASIA KEVIN
6 PERANG DALAM KELUARGA
7 PRIA ASING
8 DOSEN PENGAWAS
9 KELUARGA BIMA
10 ANTARA IPAR DAN DOSEN
11 PRIA MISTERIUS
12 ANGGUN DIBALIK DENDAM
13 DEAN: SAHABAT TAK TERUCAP
14 MANTAN KEKASIH
15 WAKTU SEDIKIT TERHIBUR
16 PESONA YANG MENIPU
17 SATU BULAN-PRIA ASING
18 ANTARA ELINA DAN KEVIN
19 API CEMBURU CLARISSA
20 KARINA TERSULUT EMOSI
21 RAHASIA VERA
22 ADARA, DAVIN, DAN KENANGAN LUKA
23 TIPU MUSLIHAT ADARA
24 DIBALIK POHON REHABILITAS
25 KEBURUKAN ADARA DI MATA KEVIN
26 SANTI - SOSOK TIDAK BERARTI LAGI?
27 ANTARA ARGA DAN ADARA
28 KEHANGATAN TANGAN ARGA
29 SEKALI MENJADI AKRAB- ARVAN
30 PERTEMUAN DI JALAN SEPI
31 DI MEJA MAKAN
32 FLASHBACK: DIBALIK TAWA ADARA
33 PELUKAN PERPISAHAN
34 PERPISAHAN DI SENJA BANDARA
35 DIBURU DI JALAN SEPI - KARYA BARU
36 PENYERANGAN ADARA
37 TERSANGKA MALAM HARI - CLARISSA
38 SENYUM KEMENANGAN ADARA
39 DI KAMAR ADARA
40 SISI LAIN LEON
41 PEMBALASAN AWAL-SAKITNYA DITINGGALKAN
42 ARVAN DAN KARINA
43 KEADAAN CLARISSA MEMBURUK
44 GILA?
45 WISUDA YANG HAMPA
46 MEREKA DATANG?
47 KEVIN SEBUAH KESALAHAN
48 MISTERI DIBALIK SUATU BUNGA
49 MISI TERAKHIR
50 MENJALANKAN MISI TERAKHIR
51 MABUK
52 SISI LAIN LEON
53 KEADAAN ARGA
54 ARGA MENINGGAL
55 MENGAMATI PEMAKAMAN
56 SECARIK KERTAS DARI ARGA
57 PRIA ITU LAGI
58 MENGENAL (PENGUMUMAN)
59 JANJI MASA KECIL
60 SEMAKIN MENGGILA
61 ANAK ASING
62 DICULIK
63 DALANG DIBALIK
64 PERTEMPURAN TERAKHIR
65 AKHIR CERITA
66 PROMOSI KARYA BARU
67 KARYA BARU NIH!
Episodes

Updated 67 Episodes

1
MASA LALU KELAM
2
BAYANGAN LUKA DI BALIK KELUARGA
3
DARA, NAMA YANG TERLUPAKAN
4
GENG ADARA
5
ADARA DAN RAHASIA KEVIN
6
PERANG DALAM KELUARGA
7
PRIA ASING
8
DOSEN PENGAWAS
9
KELUARGA BIMA
10
ANTARA IPAR DAN DOSEN
11
PRIA MISTERIUS
12
ANGGUN DIBALIK DENDAM
13
DEAN: SAHABAT TAK TERUCAP
14
MANTAN KEKASIH
15
WAKTU SEDIKIT TERHIBUR
16
PESONA YANG MENIPU
17
SATU BULAN-PRIA ASING
18
ANTARA ELINA DAN KEVIN
19
API CEMBURU CLARISSA
20
KARINA TERSULUT EMOSI
21
RAHASIA VERA
22
ADARA, DAVIN, DAN KENANGAN LUKA
23
TIPU MUSLIHAT ADARA
24
DIBALIK POHON REHABILITAS
25
KEBURUKAN ADARA DI MATA KEVIN
26
SANTI - SOSOK TIDAK BERARTI LAGI?
27
ANTARA ARGA DAN ADARA
28
KEHANGATAN TANGAN ARGA
29
SEKALI MENJADI AKRAB- ARVAN
30
PERTEMUAN DI JALAN SEPI
31
DI MEJA MAKAN
32
FLASHBACK: DIBALIK TAWA ADARA
33
PELUKAN PERPISAHAN
34
PERPISAHAN DI SENJA BANDARA
35
DIBURU DI JALAN SEPI - KARYA BARU
36
PENYERANGAN ADARA
37
TERSANGKA MALAM HARI - CLARISSA
38
SENYUM KEMENANGAN ADARA
39
DI KAMAR ADARA
40
SISI LAIN LEON
41
PEMBALASAN AWAL-SAKITNYA DITINGGALKAN
42
ARVAN DAN KARINA
43
KEADAAN CLARISSA MEMBURUK
44
GILA?
45
WISUDA YANG HAMPA
46
MEREKA DATANG?
47
KEVIN SEBUAH KESALAHAN
48
MISTERI DIBALIK SUATU BUNGA
49
MISI TERAKHIR
50
MENJALANKAN MISI TERAKHIR
51
MABUK
52
SISI LAIN LEON
53
KEADAAN ARGA
54
ARGA MENINGGAL
55
MENGAMATI PEMAKAMAN
56
SECARIK KERTAS DARI ARGA
57
PRIA ITU LAGI
58
MENGENAL (PENGUMUMAN)
59
JANJI MASA KECIL
60
SEMAKIN MENGGILA
61
ANAK ASING
62
DICULIK
63
DALANG DIBALIK
64
PERTEMPURAN TERAKHIR
65
AKHIR CERITA
66
PROMOSI KARYA BARU
67
KARYA BARU NIH!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!