Keesokan harinya, Casandra memulai hari dengan persiapan untuk pekerjaan barunya menjadi ART. Perasaan gugup dan penasaran bercampur di dalam hatinya.
Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa melayani seorang anak SMA yang nakal tidak akan terlalu sulit, seperti yang dijelaskan oleh Ninda sebelumnya.
Tetapi, diam-diam ia masih memikirkan kejadian kemarin di jalan raya, pemuda SMA dengan wajah tampan yang nyaris menyerempet mereka.
“Kalau anak yang harus kuurus seberandal itu, bagaimana ya nanti?” gumamnya sambil mengikat rambut.
Sementara itu, Chavin kembali ke rumah sore itu dengan wajah masam. Hari di sekolah tidak berjalan mulus baginya.
Teman-temannya terus menggodanya tentang status ayahnya yang menikah lagi dengan seseorang yang mereka sebut “PEMBURU HARTA.”
Meski ia sudah biasa mendengar ejekan itu, hatinya tetap terasa berat setiap kali mengingat ibunya yang harus terganti posisi oleh ular betina itu.
“Chavin, ayo makan malam dulu,” panggil Nyonya Sarah dari ruang makan.
Chavin tidak menjawab. Ia langsung menuju kamarnya, dan menghempaskan diri ke kasur, dan memandang langit-langit dengan tatapan kosong.
Di sudut pikirannya, ia teringat wajah gadis yang membawa motor kemarin tegas dan berbeda, tidak seperti kebanyakan perempuan yang ia temui.
Minggu berlalu cepat, dan hari ketiga Casandra bekerja pun tiba. Akhirnya Istana ini resmi menjadi rumah majikannya.
"Betul betul besar yah rumah ini. Padahal yang tinggal hanya 3-4 orang saja. Ehhmmm...memang dasar orang kaya yah. Suka mubazir kan uang. " gumamku dalam hati.
Tiba tiba Seorang wanita paruh baya, asisten rumah tangga keluarga itu, menyambutku di pintu.
“Casandra, kan? Saya Bi Mirna. Ayo, saya antar bertemu Nyonya.” ucapnya.
"Bagaimana Bibi tau aku datang. Fikir ku.
"Oohh.. Mungkin ada CCTV. Aku pun baru bertemu harini dengan Bi Mirna.
Casandra mengikuti Bi Mirna ke ruang tamu, di mana seorang wanita elegan duduk dengan rapi sambil membaca majalah. Wanita itu menoleh dan tersenyum tipis.
“Casandra, ya akhirnya berjumpa lagi. Sudah siap kamu bekerja disini kan? "tanya nya.
"Terima kasih sudah mau membantu kami. Anak saya, Chavin, cukup sulit diatur, jadi saya harap kamu bisa sabar,” ucap Nyonya Sarah.
Casandra mengangguk sopan. “Saya akan mencoba yang terbaik, Nyonya.”
“Chavin biasanya pulang sekolah pukul tiga. Kamu hanya perlu memastikan dia makan, belajar, dan tidak keluar rumah terlalu malam. "titah Nyonya.
"Dia anak yang keras kepala, tapi sebenarnya tidak jahat,” lanjut Nyonya Sarah sambil tersenyum kaku.
Casandra merasa ada sesuatu yang aneh dalam senyum itu, tapi ia mengabaikannya. Ia diberi tour singkat ke rumah, termasuk kamar Chavin, yang ternyata berantakan seperti kapal pecah.
Saat dibawa tour keliling rumah. Aku terkejut melihat foto keluarga yang tertempel didinding. "Jadi bocah ini yang namanya Chavin. Jadi dia tuan mudah yang bandal itu. "Guman ku dalam hati.
Saat jam menunjukkan pukul tiga, suara deru mobil terdengar dari luar. Casandra melihat ke jendela dan tertegun. Pemuda yang turun dari mobil itu tidak lain adalah bocah SMA yang hampir menyerempetnya kemarin.
Chavin menatapnya sekilas, lalu mengernyit. “Lho, Mbak yang kemarin di jalan? Ngapain di sini?” tanya nya aneh.
Casandra juga terkejut, tapi segera menguasai dirinya. “Saya yang akan mengurus tuan mulai sekarang.” jawab ku singkat.
Chavin mendengus, lalu berjalan melewatinya dengan cuek. “Jangan harap bisa ngatur-ngatur aku,Mbak.” jawabnya dengan sinis.
Casandra menghela napas panjang. Ini akan jadi pekerjaan yang panjang, pikirnya sambil menatap punggung Chavin yang menghilang ke dalam kamarnya.
Hari demi hari berlalu, dan hubungan antara Casandra dan Chavin awalnya dipenuhi adu argumen. Chavin yang keras kepala selalu mencari celah untuk menguji kesabaran Casandra.
Namun, lambat laun, Chavin mulai melihat sisi lain dari perempuan itu. Casandra bukan sekadar pekerja yang menjalankan tugas, tapi seseorang yang tulus peduli padanya, sesuatu yang jarang ia rasakan sejak kepergian ibunya. Ia melihat sosok Ibunya ada pada Casandra.
Di sisi lain, Casandra mulai memahami luka di balik sikap pemberontakan Chavin. Ia melihat bagaimana pemuda itu sebenarnya kesepian, terjebak di antara kenangan akan ibunya dan rasa bencinya pada Nyonya Sarah.
Suatu sore, ketika Chavin duduk di taman dengan tatapan kosong, Casandra mendekatinya.
“Tuan muda, aku tahu tuan tidak suka aku di sini. Tapi, aku hanya ingin membantu tuan,” ucapnya pelan.
Chavin tidak langsung menjawab.
"Kalau disini kerja. Yah kerja saja. Buat apa ngurusi hidup orang. "jawab nya ketus sambil berlalu pergi.
"Aku bukan anak kecil yang harus diawasi. Aku mau apa pun dirumah ku terserah aku. Tidak ada yang bisa melarang ku. " jawap nya lagi emosi.
"Kehidupan ku yang tau hanya aku. Mbak siapa mau kepoh masalah ku. "jawap nya lagi ketus.
“Kalau tuan mau cerita, aku siap dengerin,” ujar Casandra, tanpa paksaan.
Untuk pertama kalinya, Chavin menoleh dan menatapnya lama. Ada sesuatu dalam tatapan itu kerentanan yang selama ini ia tutupi.
"Aku tahu tuan muda ada masalah. Kalau tidak keberatan, tuan bisa cerita saja. Mungkin aku bisa kasih solusi kepada tuan. "ujar ku.
"Tidak perlu. Tugas Mbak disini hanya siapkan apa yang aku butuh kan saja. Jadi tidak usah ikut campur masalah ku yang lain. Faham. " jawap nya lagi sambil pergi naik keatas kamar.
"Eehhmmmm... Casandra pun menghela nafas. Sebenar nya Chavin tidak bandal. Dia hanya perlu teman yang butuh mendukung nya. "batinku.
"Seseorang yang bisa menjadi teman curhat nya. Emosional nya tidak terkontrol jadi dia suka memberontak. Malang betul sich nasib ini bocah. " batinku lagi.
"Aarrkkk... aku tu tak suka dipantau begini. Lagi pulak aku bukan anak kecil. "ucap Chavin yang bicara sendiri dalam kamar.
"Lagian sok sangat jadi orang. Berani ngatur ngatur aku begitu. Jangan sok jadi Nyonya besar donk dirumah ini. Tidak akan ada yang bisa gantian posisi mamah dirumah ini. "gumam Chavin emosi.
"Tampang saja kelihatan baik. Tapi ular semua. Kalau Papah tidak kaya, dia juga pasti tidak mau menikahi nya. Dasar tamakkk. " keluhan Chavin.
"Anak sama ibu sama saja. Gila harta. Sama sama tamak. Berani berani nya ngatur kehidupan ku. Mau urus urus saja anak mu. Aku tidak akan pernah mau memanggil ular itu mamah. Jangan mimpi yah. " keluhan Chavin lagi.
Terdengar suara Chavin sedang berbicara sendiri didalam kamar. Mungkin lagi nelpon dengan teman nya. Fikir ku.
"Jadi chavin tidak pernah menyukai Nyonya. Tapi Nyonya tampak perhatian dan sayang sama dia. Tidak mungkin kalau Nyonya sejahat itu. Ramah dan begitu lembut Nyonya saya lihat. " batinku.
"Hhmmm... anak anak mudah sekarang memang begitu. Pasti tidak akan terima kalau Papa nya memiliki kasih sayang lagi selain dia. "batinku.
"Kesihan juga yah kamu Vin. Pahit juga hidup mu. " Bisik ku dalam hati yang tanpa sengaja mendengar keluhan Chavin dari dalam kamarnya.
Bibik Mirna pun mendengar juga keluhan Chavin. "Dia memang begitu setiap hari. Hati nya terguncang tidak suka Papah nya menikah lagi sama Nyonya. Bahkan dulu sempat kabur lari dari rumah. "kata Bibi Mirna.
"Aku pun terkejut saat Bibi bicara begitu. Omg... Hidup nya pahit sekali yah Bik. "ucap ku dengan terkejut.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ferry Fadliansyah Dmk
lanjut
2024-11-27
1