Masih pagi-pagi sekali, Safira sudah rapi dengan setelan baju panjang selutut dan juga rok gucci panjang berwarna hitam.
Safira pamit kepada kedua orangtuanya untuk mengunjungi makam salah seorang Ibu dari seorang anak jalanan yang ia kenal.
Setengah jam kemudian, sampailah Safira di sebuah pemakaman yang terletak di pinggir kota. Ia turun dari mobilnya bersama seorang anak perempuan berusia 7 tahun.
Safira merangkul anak itu memasuki area pemakaman. Tidak butuh waktu yang lama. Kini keduanya sudah duduk di sebuah makam sang Ibu dari anak perempuan yang ikut duduk di samping Safira.
Safira meletakkan buket bunga yang ia bawa, lalu mendoakan agar sang penghuni makam tenang di dalam sana. Usai berdoa, Safira menaburkan bunga-bunga indah di atas makam tersebut, lalu mengajak si anak perempuan itu untuk pulang.
Belum satu meter Safira melangkah. Ia sudah berhenti dan mematung, menatap ke arah seorang pria yang duduk di samping makam dengan raut wajah yang begitu menyedihkan.
'Kak Dev? Apa benar itu Kak Dev?' batin Safira bertanya-tanya. Safira melirik anak perempuan yang ada di sampingnya. Lalu meminta anak itu menunggunya sebentar saja.
Safira melangkah mendekati Dev yang sedang terduduk di samping makam Aurora?
"Kak Dev?" sapa Safira, lalu duduk di samping pria itu.
Dev menoleh, namun tidak mengucapkan apapun. Bahkan ia tidak menampakkan raut wajah ceria ketika bertemu dengan teman masa kecilnya itu.
'Kasihan sekali Kak Dev.' batin Safira mengasihi kondisi Dev sekarang.
Dev bangun lalu melangkah meninggalkan Safira. Pria itu menatap lurus jalanan di depannya. Tanpa menoleh ke belakang lagi.
Sementara Safira, gadis itu menyempatkan dirinya mendoakan Aurora lalu menyusul langkah Dev.
"Kemana dia?" tanya Safira mengedarkan pandangannya mencari sosok Dev. Namun nihil, Dev sudah hilang entah ke mana.
☆ ☆ ☆
Tok .... tok .... tok
Davin mengetuk pintu kamar Dev. Cukup lama, pintu itu tidak kunjung terbuka juga, dan akhirnya, Davin kembali mengetuk dengan ketukan yang cukup keras.
"Hehehe, Ibu dan ayah memanggil Kakak, ada hal penting yang harus dibicarakan," ucap Davin memberi tahu Dev yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Hmmm."
Hanya itu yang keluar dari mulut Dev. Pria itu menutup pintu kamarnya lalu melangkah mendahului sang Adik.
Dev berjalan dengan pikiran yang entah melayang kenapa. Sampai ia tidak sadar bahwa dirinya sedang menuruni anak tangga.
"Kak Dev, apa yang Kak Dev pikiran?" tanya Davin yang menahan tubuh tegap Dev agar tidak terjatuh. Gadis itu menatap mata Dev, yang entah apa yang sedang mata itu lihat sekarang.
"Aku baik-baik saja, jangan khawatir padaku!" ucap Dev lalu menyingkirkan tangan Davin yang memegang lengannya.
'Kenapa jadi seperti ini? Mana Kak Dev yang sayang padaku? Mana Kak Dev yang selalu berkata manis itu?' batin Davin bersedih. Ditatapnya punggung Dev yang sudah menjauh dan masuk ke dalam ruang keluarga.
"Ibu, Ayah. Apa yang ingin Ibu dan Ayah bicarakan denganku?" tanya Dev lalu duduk di samping kanan sang Ibu.
"Ada hal penting, ini tentang masa depanmu, Nak. Mengertilah!" jawab Aldy mewakili Jessica.
"Baiklah, Aku akan menjadi pendengar yang baik."
"Sayang." Jessica menyentuh bahu Dev lalu tersenyum saat pria itu menoleh kepadanya.
"Emm, begini, Nak. Ibu dan Ayah sudah menemukan calon istri yang baik untukmu. Menikahlah dengannya," ucap Jessica langsung pada intinya.
"Siapa?"
"Safira, apakah kau masih mengingatnya?" jawab Jessica lalu balik bertanya.
"Aku akan menikah dengannya, jika itu yang Ayah dan Ibu inginkan. Ibu tenang saja," jawab Dev lalu bangkit hendak keluar dari ruang keluarga. Namun langkahnya terhenti ketika sang Ayah memanggil namanya.
"Devano Pranata Yoga!"
Dev kembali duduk. Ia sadar, ia sudah keterlaluan selama ini. Bahkan sifat dinginnya sudah di luar batas wajar.
"Maaf. Maafkan aku yang selalu membuat Ayah dan Ibu khawatir padaku," ucap Dev tertunduk.
"Sayang." Jessica menyentuh tangan Aldy. Mengisyaratkan Dev harus diajak berbicara dengan tenang tanpa terbawa emosi sedikit pun.
Aldy menghela napas. Sungguh butuh kesabaran extra untuk menghadapi kedua anaknya. Terutama Davin yang selalu membuat masalah.
"Dev, Ayah tau kau sangat mencintai Aurora. Tapi, tidak harus seperti ini juga. Belajarlah menerima dan mengikhlaskan kepergiannya. Agar Aurora juga bisa tenang di sana."
"Tidak bisa Ayah. Aku sudah mencobanya," jawab Dev lalu mengangkat kepalanya menatap Aldy.
"Cobalah lagi, Ibu dan Ayah yakin, kau pasti bisa. Bahkan Adikmu sangat gigih untuk mencari cara agar kau kembali tersenyum," ucap Jessica.
Dev tidak menjawab apapun. Selama ini ia sudah berusaha untuk menerima kepergian Aurora. Namun semuanya terasa begitu sulit dan berat. Apalagi mengingat kenyataan kalau Aurora meninggal saat sedang bersamanya, dan bahkan sedang dalam dekapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Carmenita🌴 [HIATUS, JGN BACA!]
serapuh ini, Dev 😢😢😢😢😭😭😭 auroraaaa kenapa kamu harus pergi😕😕
2025-01-02
1
Carmenita🌴 [HIATUS, JGN BACA!]
safiraaaa 😭😭😭😭 tp td dev ga peduli pas ketemu safira
2025-01-02
1
Carmenita🌴 [HIATUS, JGN BACA!]
bisa 🥺🥺🥺 klo ga bisa, kasian safiranya 😭😭😭
2025-01-02
1