Saat kembali masuk ke ruang training, rupanya sudah ada Ziva disana yang tengah sibuk telefon dan Bianca yang sibuk scroll sosial media.
Ziva hanya melirik sekilas saat menyadari kedatangan Arshaka. Sementara Bianca mencoba menyapa Arshaka dengan sopan walaupun masih ada rasa takut setiap melihat sorot mata tajamnya.
“Terus udah lo pasang ?”
“Udahlah, udah gue setel juga” sahut Kenny di seberang sana
“Samsul mana ?”
“Masih otw dia, nanti malam lo kesini gak ?”
“Kayanya gak bisa, lagian motor gue gak ada bensin juga”
“Bisa dijemput, Zi”
“Iya tau, terus motor gue begitu aja gitu ?”
“Ya suruh si panjul isiin bensinlah”
“Gak deh, gue bisa isi sendiri”
“Makanya beliin motor Zi”
“Lo pikir gue kebanyakan duit ?!”
“Hahahaha !!”
“Udah ah, sorry gue gak bisa latihan nanti malam”
“Santai Zi, si manager mana ?”
“Nih, mau ngomong ?”
“Loudspeaker aja”
“Bi, Kenny mau ngomong” ucap Ziva setelah mengaktifkan mode loudspeaker
“Apa lo ?” omel Bianca
“Mampush, hahahaha !!”
Tuutt..
Sambungan telefon dimatikan sepihak oleh Kenny.
Sementara Bianca kesal mendengar ledekan Kenny, Ziva malah merasa tidak enak pada Arshaka karena mendengar ucapan tidak sopan Kenny.
“Gara-gara lo nih Zi” gerutu Bianca
“Kalau lo gak ngeluh di story wa, dia gak bakalan ledekin lo”
“Ya tapi kan lo yang ngejelasin ke dia”
“Terserah”
“Ekhem, pak” dehem Ziva
“Hem”
Arshaka masih fokus dengan laptopnya. Mungkin seharusnya Ziva membiarkannya saja.
“Maaf ya ucapan teman saya kurang sopan”
“Emang”
“Kan, Zi” desis Bianca
Tiba-tiba saja Arshaka bangun dari duduknya, dia berdiri tepat di depan kursi yang Ziva duduki.
“Bisa tinggalkan kami sebentar ?”
Jelas pertanyaan berikut perintah itu Arshaka tujukan pada Bianca walaupun sorot matanya tidak lepas menatap Ziva.
“Bi-Bisa pak”
“Bi !”
“5 menit” sambung Arshaka
“Jaga nyawa lo baik-baik Zi, nanti gue beliin permen”
Bianca langsung kabur sebelum sorot mata tajam Arshaka menatapnya.
“Pak” Ziva memberanikan membuka suara lebih dulu
Arshaka menopang kedua telapak tangannya di atas meja kursi Ziva sehingga tubuhnya sedikit membungkuk hampir menyeimbangkan tingginya dengan posisi duduk Ziva.
Glek..
Jujur saja kalau sudah begini Ziva bisa gugup juga. Padahal tidak ada sorot mata tajam di wajah pria itu seakan aura yang dikeluarkannya berbeda.
“Takut ?”
“Gak, pak”
Refleks Ziva memundurkan wajahnya saat Arshaka memajukan wajahnya.
“Takut rupanya”
“Sebenarnya ada apa ya pak ? kenapa teman saya sampai diusir ?”
“Mana ID card kamu ?”
“Ada, sebentar”
Ziva buru-buru mengambil ID cardnya yang dia masukkan ke dalam tas nya sebelum istirahat tadi.
“I-"
Baru saja Ziva mau memperlihatkan ID cardnya pada Arshaka, ucapannya terhenti begitu juga dengan matanya yang membulat melihat nama serta foto yang tertera di ID card itu.
“Mana ?” tagih Arshaka
“I-Ini punya bapak” ucap Ziva memperlihatkan ID card di tangannya pada Arshaka
“Hem, sini kembalikan” pinta Arshaka menadahkan tangannya
Ziva langsung menjauhkan ID card itu dari di empunya.
“Kenapa bapak bisa tau kalau ID card bapak ada sama saya ?”
“Karena saya salah kasih ke kamu tadi pagi”
“Eh ?”
“Lupa ?”
“Bapak yang temukan ID card saya tadi pagi ?”
“Iya”
“Terus mana ID card saya ?”
“Nih” jawabnya menunjukkan ID card Ziva yang sedari tadi dia masukkan ke dalam saku kemejanya
“Kalau begitu nih kita tukeran”
“Kembalikan dulu punya saya”
“Enak aja, nanti bapak gak kembalikan punya saya”
“Buat apa saya simpan ID card kamu ?”
“Ya mana saya tau”
“Udah sini kembalikan ID card saya”
“Bareng-bareng gimana ?”
“Gak, sini”
“Pak, jujur aja saya gak percaya bapak bakalan kembalikan ID card saya”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments