Mulanya cahaya itu samar, hingga untuk ketiga kalinya Miyako mengerjap kan mata,akhirnya ia dapat melihat dengan jelas.
"Nona, silahkan, ini teh yang nona inginkan itu" Seorang pelayan paruh baya yang terlihat baru saja meletakkan secangkir teh itu berkata pada nona kecilnya yang sedang duduk di kursi dengan buku di tangannya.
𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘱𝘪𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢, dan tidak butuh waktu lama untuk meyakininya miyako tahu nona muda berwajah cantik -antara Jepang dan belanda- yang memegang buku itu adalah dirinya yang masih berusia 9 tahun.
𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘪𝘭𝘢𝘴 𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘪 𝘢𝘭𝘢𝘮𝘪 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘶𝘫𝘶𝘯𝘨 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶?
Kemudian Miyako kecil mulai terlihat menerima teh yang di sediakan untuknya itu dengan wajah senang, "Akhirnya" Katanya.
"Tapi kenapa kamu membuatku terlalu lama menunggu? " Miyako kecil berkata lagi setelah menatap sesaat air teh dalam cangkir di tangannya dengan nada dingin.
𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘰𝘮𝘣𝘰𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶. 𝘛𝘦𝘯𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢, 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘰𝘮𝘣𝘰𝘯𝘨? 𝘋𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘴𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘉𝘦𝘭𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘷𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘫𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘯𝘢𝘭 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪𝘨𝘶𝘴 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘔𝘪𝘺𝘢𝘮𝘰𝘵𝘰 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘰𝘳𝘮𝘢𝘵. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘭 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘬𝘢𝘱 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯, 𝘢𝘱𝘢𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯𝘪𝘯𝘺𝘢.
"Ampun nona, kami sudah mencari teh hitam ini semaksimal mungkin agar persis seperti yang ada di dalam buku yang nona bicarakan. Tapi belakangan ini pertanian para petani Indonesia sudah banyak di kuasai kembali oleh mereka, dan teh hitam ini sudah termasuk yang di ambil alih lagi oleh mereka" Jelas pelayan paruh baya itu dengan hati hati.
𝘔𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶, 𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘥𝘪 𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶. 𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘱𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘦𝘢𝘯𝘥𝘢𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘑𝘦𝘱𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘩 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 1945 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘰𝘯𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘰𝘳𝘮𝘢𝘵 𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨.𝘚𝘦𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘶𝘴𝘪𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘦𝘸𝘢𝘴𝘢, 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯.
"Meskipun begitu, aku tetap saja menanti teh ini terlalu lama" Kata Miyako kecil membalas pelayan di sampingnya masih dengan nada dingin.
"Ampun nona, selanjutnya hal ini tidak akan terjadi lagi" Balas pelayan tadi lalu meminta izin pergi.
Tidak lama kemudian setelah miyako kecil kembali melanjutkan buku bacaannya dan menghabiskan setengah cangkir teh, seseorang datang mengetuk pintu kamarnya lalu memberitahu bahwa sang ayah memanggilnya. Miyako kecil segera bangkit dari kursinya lalu menghampiri pintu dan meminta pelayan yang baru saja memanggilnya itu untuk mengantarnya ke ruangan sang ayah.
Sesampainya di sana, miyako 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 membuka pintu sedikit dan melapor bahwa dirinya datang. Sang ayah yang sedang terduduk di kursinya dan sudah menunggunya pun mempersilakan Miyako masuk dan duduk di hadapannya.
"Miyako, ada hal penting yang harus ayah katakan padamu" Kata tuan van dijk selaku ayah miyako dan kepala keluarga saat ini.
"Iya ayah, aku akan mendengarnya"
Balas Miyako kecil sambil tersenyum.
"Semenjak proklamasi kemerdekaan di umumkan, keadaan kita sudah tidak baik baik saja seperti dulu lagi."
"Ya aku tahu itu ayah, karna pemerintah kolonial belum kembali kita juga tidak dapat bertindak karna pemuda pemuda Indonesia yang terus memberontak akhir akhir ini, sementara Jepang sendiri tidak lagi memegang kontrol"
"Kamu memang anak yang cerdas, Miyako"
Mendengar pujian sang ayah, Miyako langsung merasa sangat senang dan tersenyum lebar.
"Tentu saja, karna aku adalah putri van dijk"
"Tapi mulai sekarang itulah yang ayah ingin katakan" Tuan van dijk terlihat lebih serius dari sebelumnya.
"Maksud ayah? "
"Di luar sana, Sekutu kita telah banyak yang menjadi korban tahanan , sasaran kekerasan dan bahkan pembunuhan oleh kelompok kelompok radikal yang sangat menentang keberadaan kita. Dan kejadian ini di sebut dengan masa bersiap"
"Masa bersiap?, apakah maksud ayah ini masanya kita untuk bersiap? Pergi ke mana?"
Dua Pengawal yang ada di ruangan tersebut, menatap Miyako tidak menduga dan menahan tawa sebisa mungkin. 'Baru juga di bilang cerdas' sirat mereka dalam hati.
Tuan van dijk menarik nafas dan menghembuskannya lembut, "Miyako, kelompok kelompok tersebut hanya mengarah pada orang orang seperti kita, dan tidak lama lagi mungkin mereka akan tiba di wilayah ini. Dan yang ingin ayah katakan adalah mulai sekarang jangan katakan lagi bahwa kamu adalah putri dari van dijk ataupun miyamoto untuk menghindari hal buruk yang akan terjadi"
Miyako kecil tidak langsung membalas, ia terdiam beberapa saat dengan perasaan yang tiba tiba saja bercampur aduk. Kenapa begitu? Apa maksudnya? Ayah? Apa kau ingin menjadikan aku orang lain?
𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘵𝘶𝘱 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘳𝘶𝘱 𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢.𝘚𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩 𝘬𝘪𝘭𝘢𝘴 𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘮, 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘮𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶. 𝘋𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘦𝘯𝘦𝘬 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘋𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘩𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘱𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘶𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘭𝘢𝘴 𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘬𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶.
𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘤𝘶𝘬𝘶𝘱, 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘋𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢, 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢.
𝘛𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳 𝘢𝘪𝘳 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘰𝘣𝘰𝘴 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘶𝘵𝘶𝘱 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘪𝘳 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘯𝘵𝘶𝘩 𝘱𝘪𝘱𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘴𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘥𝘪𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶, 𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘪𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘪𝘣𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘥𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵.
Tiba tiba saja ruangan sudah berganti, kini miyako bukan lagi berada di ruangan sang ayah, melainkan ia sedang melihat dirinya sendiri yang sedang menangis dengan baju putih lusuh,rambut tidak rapi dan wajah kotor di sebuah ruangan yang juga banyak orang bernasib sepertinya.
"Kenapa kamu masih selalu menangis? " Seorang perempuan yang berusia lebih tua dari miyako kecil menegurnya dengan heran.
"Ini,, hiks aku,,hiks,semua,,hiks tidak mau,, " Miyako kecil membalas tidak jelas di sela sela isakannya.
"Padahal kita sudah dua minggu bekerja dan diam di tempat seperti ini, tapi sikap kamu seperti anak bangsawan yang terculik saja"
Mendengar apa yang baru saja di katakan 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘴𝘪𝘯𝘨 yang baru menjadi temannya itu, miyako kecil segera menghentikan tangisannya dan memegang kedua lutut orang tersebut dengan cepat lalu memasang wajah serius walau masih terlihat sedih.
"Bukan, aku bukan anak bangsawan, percayalah,,hiks aku di tangkap karna,,, hiks karna aku anak orang Belanda biasa"
Karna masih teringat apa yang di katakan sang ayah padanya, miyako memutuskan untuk mempertahankan hal itu sampai kapanpun.
'Ini demi kebaikan mu dan keluarga kita, seandainya orang orang tahu van dijk memiliki putri muda, itu akan menjadi bencana yang mengancam kita'
"𝘒𝘦𝘣𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘒𝘪𝘵𝘢,," 𝘭𝘪𝘳𝘪𝘩 𝘮𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘱𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘥𝘢.
Apanya yang di sebut kita?, setelah dua minggu miyako menjadi korban penculikan oleh kelompok radikal dan di paksa melakukan pekerjaan pekerjaan yang tidak pernah di lakukannya, ia terus menunggu dengan sabar sesuai yang dikatakan sang ibu padanya.
'Karna ayahmu berkata begitu, maka lakukanlah Miyako. Tapi yang jelas bagi ibu engkau tetaplah anak ibu. Dan jika sesuatu terjadi padamu, tetaplah sembunyikan identitas mu yang sebenarnya hingga ibu akan menemukanmu dan menyelamatkanmu, saat itu kamu hanya perlu bersabar dan menunggu'
Kemudian setelah Miyako bertemu salah satu mantan pelayannya yang juga tertangkap seperti nya, dan berada dalam kondisi yang sama dengannya, lalu bertanya apa yang terjadi pada keluarganya miyako pun tahu bahwa keluarganya telah menghianatinya.
'Semua orang yang memiliki darah Belanda,atau hubungan kuat dengan mereka termasuk Ayah dan ibumu, mereka semua telah pergi dari negara ini bersama para pengawal dan pelayan pelayannya. Rumah mu sudah di tinggalkan dan hampir semua yang tersisa termasuk aku tertangkap oleh para penentang kolonialisme dan berakhir menjadi budak di tempat ini'
Saat itu 𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 baru sadar bahwa tujuan ayahnya meminta miyako untuk tidak pernah menyebutkan nama marganya lagi, adalah karna ayah nya sudah memikirkan kemungkinan akan datangnya nasib seperti ini pada miyako.Namun untuk melindungi dirinya dari tuntutan musuh, tuan van dijk berusaha untuk memutuskan hubungan dengan nya.Dan bukan berusaha untuk memikirkan cara menyelamatkan nya, tuan van dijk memilih untuk melarikan diri dari pada mendapat kan risiko besar yang akan menimpa kedudukannya.
Mulai saat itu, 𝘮𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 tidak lagi menangisi dirinya. Dia tidak lagi berkeluh kesah dengan pekerjaannya, tempatnya, ataupun kondisi tubuhnya. Miyako sudah sadar bahwa dirinya telah 𝘥𝘪 𝘣𝘶𝘢𝘯𝘨 dan itulah awal dari hidup membosankannya selama ini.
Tiga hari kemudian setelah mendapat kabar dari mantan pelayan nya, Sekutu yang di pimpin oleh Inggris di Asia Tenggara tiba tiba saja datang menyelamatkan hampir semua tahanan Belanda atau indo-belanda di tempat itu. Dan Miyako termasuk salah satu orang yang terselamatkan.
Mereka yang terselamatkan pun di bawa ke kamp kamp pengungsian dan hidup di sana sambil menunggu Sekutu kembali ataupun keluarga mereka yang sudah mereka hubungi. Namun tidak ada lagi harapan pada diri Miyako, dia merasa sudah tidak memiliki lagi tempat kembali. Dan perasaan Miyako yang seperti itu pun terus berlanjut hingga akhirnya menjadi kegelapan di dalam hatinya.
Miyako mulai berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan memutuskan nadinya, kemudian saat ia nyaris berhasil melakukannya,seseorang lebih dulu melihatnya dan Miyako pun berhasil diselamatkan sebelum goresan di tangannya semakin dalam.Namun saat itu, pendarahan Miyako lumayan parah hingga iapun di tempatkan di tempat rawat inap milik Sekutu untuk beristirahat dengan baik. Namun beberapa hari kemudian, seorang perawat memergokinya sedang mencoba mencekik diri sendiri dengan selang infus hingga nyaris tidak sadarkan diri. Untung saja, miyako segera di selamatkan dan kembali berhasil bertahan hidup walaupun ia sudah tidak menginginkannya.
Hingga tibalah suatu malam dimana miyako 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 seperti biasa masih terjaga dengan mata yang semakin kentara dengan garis garis gelap di sekitar kantong matanya, dia menatap langit di luar sana dari jendela.
Sangat gelap, seperti harapannya.Namun langit itu tetap memiliki cahaya samar dari bulan yang sedang tertutupi awan.
Saat itu, semua orang sudah berkali kali menanyai miyako kecil tentang latar belakangnya, namun mereka tidak mendapat apapun dari miyako sehingga mereka tidak tahu harus memulangkan anak sembilan tahun itu ke mana.Sementara miyako kecil, dengan perasaan tidak terarahnya itu hanya terus berpikir 'kenapa aku tidak boleh mati? '.
'Shiuuut, dwuar!'
Tiba tiba saja suara kembang api terdengar,yang sesaat kemudian membuat langit gelap di luar sana terlihat berkilauan dalam sekejap. Dan untuk pertama kalinya lagi, miyako kecil membuka kedua matanya dengan lebar.
'Shiuuut dwuar!' kemudian di susul oleh suara serempak dari para pemuda pemuda di luar dari bawah sana.
'Indonesia Tanah Airku
Tanah Tumpah Darahku
Disanalah Aku Berdiri
Jadi Pandu Ibuku
Indonesia Kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah Kita Berseru
Indonesia Bersatu
Hiduplah Tanahku
Hiduplah Negriku
Bangsaku Rakyatku Semuanya'
Suara para pemuda pemuda di luar sana yang terus terdengar begitu bersemangat menyanyi, perlahan menarik perhatian miyako kecil. Dengan sendirinya, iapun bangkit berdiri dan mendekat ke arah jendela. Lalu seperti lagu itu memiliki kekuatan misterius, miyako kecil merasa tersentuh saat nyanyian tersebut sampai pada kalimat,
'Bangunlah Jiwanya
Bangunlah Badannya
Untuk Indonesia Raya'
Entah kenapa, tiba tiba saja air mata miyako kecil menerobos keluar, sementara pandangan miyako terus memerhatikan pemuda pemuda indonesia di jalanan di bawah sana itu dengan perasaan pilu.
'Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku Negriku yang Kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya'
Kemudian begitu pemuda pemuda itu telah selesai bernyanyi dan tidak menyalakan kembang api lagi lalu pergi satu persatu, perasaan aneh dalam hati miyako kecil pun muncul.
Dengan hati hati, Miyako kecil melepaskan selang infus di tangannya lalu berjalan meninggalkan kamar. 'Indonesia, merdeka, tanah airku' begitulah isi kepala miyako saat ini.
Kenapa? Kenapa mereka tidak menyerah saja? Kenapa mereka terus berusaha walau mereka tahu para penjajah mereka lebih unggul dari mereka? Kenapa aku juga tidak bisa seperti mereka? Aku juga ingin merdeka.
Sembari memikirkan hal itu, miyako terus mempertahankan langkahnya untuk menuruni anak tangga dengan alasan yang tidak jelas. Hampir semua orang sudah tidur pada saat ini karna sudah lewat tengah malam.
𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘪𝘭𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘤𝘢𝘮𝘱𝘶𝘳 𝘴𝘶𝘬𝘢 𝘤𝘪𝘵𝘢, 𝘮𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘱𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘥𝘢, 𝘴𝘦𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘢𝘱 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢.
𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵, 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘣𝘢𝘳𝘶 1946 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘭𝘢𝘴𝘢𝘯 𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘱𝘪. 𝘋𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘪𝘵𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘙𝘪𝘤𝘩𝘮𝘢𝘯.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Reogkhentir
Dengan latar belakang perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, Miyako kecil berpikir bangsa ini tak kan mampu melepaskan diri dari bangsa Belanda. Namun belum tahu keadaan yang sebenarnya diluar sana
2025-01-15
1
Momy muda
ternyata Miyako cantik dan anggun waktu kecil yaa
2025-01-13
1