Sebuah Tanda Cinta

Beberapa hari kemudian,

Velia tampak tengah fokus berjalan menuju ke arah kelas setelah dia tadi sempat berada di toilet.

Waktu itu pelajaran juga masih berlangsung, jadi tentu saja Velia tidak ingin berlama-lama di toilet.

Namun saat tengah fokus berjalan, tiba-tiba saja ada yang langsung menarik tangan Velia hingga dirinya masuk ke pelukan seseorang dalam kondisi berdiri.

Deg,

Velia yang hendak berteriak pun seketika terdiam menatap ke arah sang pujaan hatinya. Sudah beberapa hari ini dia juga jarang bertemu sedekat itu dengannya.

"Kak Lucas?" ucap Velia lirih.

"Syutt, ikut aku" ucap Lucas dengan menarik lembut tangan Velia.

Velia menahan tangan yang tengah menariknya itu, "Kita mau kemana kak? Ini masih jam pelajaran" ucap Velia mengingatkan pada Lucas.

"Nggak lama kok, cuma sebentar saja Velia" ucap Lucas dengan kembali lagi menarik tangan Velia.

Velia tentu tidak bisa menolak itu, apalagi kondisi seperti ini juga jarang terjadi hingga dia sulit untuk bertemu sang pujaan hati.

Lucas berjalan menuju ke sebuah ruangan laboratorium yang kebetulan sedang tidak di gunakan.

Velia hanya menurut saja dengan itu, "Ada apa kak?" tanya Velia setelah Lucas menutup pintu laboratorium dan memastikan tidak ada orang yang masuk ke sana.

Kini Lucas berjalan ke arah Velia dan berdiri tepat di hadapan Velia.

Velia sama sekali tidak menaruh curiga apapun terhadap Lucas, dia percaya kalau Lucas tidak akan berbuat macam-macam pada dirinya.

"Aku kangen sama kamu" ucap Lucas.

Velia menghela nafas perlahan, "Aku juga kak"

"Aku nggak mau kamu di miliki oleh cowok lain Velia" ujar Lucas dengan menatap mata Velia dalam.

Perlahan Lucas mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Tentu saja Velia penasaran dengan apa yang akan Lucas berikan padanya.

Lucas perlahan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna biru beludru dan dia langsung membukanya di hadapan Velia saat itu juga.

Sebuah cincin yang sangat cantik dengan di hiasi permata indah di bagiannya. Velia tak menyangka kalau dia akan mendapatkan kejutan seperti itu.

"Vel, aku nggak mau kalau kamu di miliki oleh orang lain. Aku tahu ini terlalu cepat, tapi ini bukti kalau aku memang benar-benar sayang sama kamu" ucap Lucas yang membuat mata Velia berkaca-kaca mendengarnya.

Velia bahkan tak mampu berkata-kata lagi. Dia hanya diam dengan matanya berulang kali menatap ke arah cincin dan juga wajah Lucas.

Salah satu tangan Lucas memegang wajah Velia dan mengarahkannya pada pandangan matanya.

"Apa kamu mau memakainya?" tanya Lucas memastikan pada Velia.

Tentu saja Lucas ingin memberikan cincin itu pada Velia sebagai tanda kalau Velia adalah miliknya saat ini.

Velia yang mendengar itu langsung menjawabnya dengan anggukan kepala. Dia begitu bahagia mendengar kalimat pertanyaan dari Lucas.

Lucas tersenyum mendengarnya, dirinya langsung memakaikan cincin itu di jari manis Velia. Lucas tersenyum kemudian mencium punggung tangan Velia.

Velia tidak menyangka kalau Lucas akan secepat ini memberikannya sebuah kepastian. Sungguh Velia begitu sangat bahagia saat ini.

"Makasih kak, cincin ini begitu cantik" ucap Velia.

"Iya cantik sama seperti dirimu, Vel" ucap Lucas dengan salah satu tangannya memegang dagu Velia sedangkan tangan yang lain memegang pinggang Velia.

Mata mereka beradu kemudian tanpa mereka sadari diantara wajah mereka mulai tidak berjarak. Velia seakan tahu apa yang akan terjadi, dia menutup mata untuk itu.

Mulut mereka saling bertemu, hanya sebuah kecupan yang Lucas berikan pada Velia. Dia tidak ingin dikuasai oleh hawa nafsu karena ingin menjaga Velia.

Itu adalah kecupan pertama yang Velia dapatkan dari seorang cowok. Begitu juga dengan Lucas yang juga baru pertama kalinya.

Keduanya saling melempar senyum yang membuat hati keduanya berbunga-bunga.

Sampai sebuah suara terdengar, itu adalah suara bel istirahat yang sudah berbunyi.

"Vel, kita harus keluar dari sini sebelum ada banyak siswa yang melihat" ucap Lucas memberi tahu.

Velia mengangguk mengiyakan, dia tentu tahu akan hal itu. Dia dengan hati yang berbunga-bunga Velia berkata, "Sekali lagi terima kasih kak, aku sangat senang dengan hadiah yang kakak berikan" ucap Velia dengan wajah yang terlihat bahagia dengan apa yang baru saja Lucas berikan.

"Iya, hati-hati ya, Vel" ucap Lucas, dia mengarahkan Velia agar keluar dari ruang laboratorium lebih dulu daripada dirinya.

Setelah keduanya keluar dari laboratorium, tanpa mereka sadari ada yang tengah memperhatikan mereka dari kejauhan. Tampaknya salah satu siswa itu tahu kalau keduanya baru saja keluar dari tempat yang sama. Namun sayangnya siswa itu tidak tahu apa yang baru saja terjadi diantara keduanya.

******

Velia berjalan menuju ke kantin tanpa adanya beban sama sekali. Bahkan salah satu teman yang sangat akrab dengannya kini telah berada di sampingnya, namun Velia seolah tidak menghiraukan keberadaannya.

"Vel? Lo dari mana aja? Kenapa nggak balik ke kelas tadi?" sebuah suara menyadarkan Velia saat dirinya tengah berjalan menuju ke kantin.

"Eh, Vanca " Velia menoleh ke arah samping dan di lihatnya ada seorang yang lebih tepatnya teman satu mejanya.

Dia bernama Vanca. Dia adalah teman sebangku Velia yang setiap hari selalu bersama dengan Velia. Keduanya semakin akrab karena memang memiliki banyak kesamaan yang mereka sukai.

"Lo belum jawab pertanyaan gue, Vel" ucap Vanca dengan berkacak pinggang.

"Hehe sorry, gue tadi mules jadi lama deh di toilet" ucap Velia berusaha beralasan supaya Vanca tidak terus bertanya padanya.

"Lah gue kira lo di mana nggak balik-balik" ucap Vanca. Keduanya berjalan beriringan menuju ke kantin.

"Emang lo pikir gue kemana? Kan tadi gue udah bilang ke lo, sama gue juga udah ijin ke guru", Velia berusaha mencari pembenaran supaya Vanca tidak curiga pada dirinya.

"Iya mana gue tahu bakal selama itu, gue kira lo di culik sama setan toilet" ucap Vanca dengan kekehan kecilnya.

"Sembarangan lo kalau ngomong, mana ada setan toilet" kata Velia sambil geleng-geleng kepala dengan ucapan Vanca barusan.

"Ya mungkin aja kan".

Keduanya pun sampai di kantin dan langsung membeli beberapa cemilan. Mereka akan makan di kelas saja, dan memilih untuk tidak makan di kantin karena terlalu ramai.

Sesampainya di kelas, Velia dengan memakan cemilan yang sempat dia beli tadi. Tampak Vanca yang juga makan sembari memperhatikan Velia yang dari tadi senyum-senyum sendiri.

"Vel, lo baik-baik aja kan? Gue perhatiin dari tadi lo senyum-senyum mulu. Lo kesambet ya?" Vanca langsung memegang jidat Velia.

"Apaan sih, Van. Gue nggak apa-apa" ujar Velia memberi tahu sembari menyingkirkan tangan Vanca dari wajahnya.

VISUAL

VANCA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!