Waktu tidak terhenti, namun duka siksaan mengecap pada jejak kaki masa lalu.
Hujan tetap membanting raga yang merapuh. Sekuat apapun jiwa dan raga yang dimiliki seseorang, pasti merasakan sakit dan basah yang di akibatkan badai yang mengguyur dari atas langit berkepanjangan.
Klan utara sangat kecewa karena sang ratu membela selir dan Raja di depan ibu suri. Tindakan gegabah yang dia pilih karena berpikir bahwa sebentar lagi air danau akan terisi penuh sehingga dia bisa meninggalkan semua masalah di istana. Namun sayangnya, air sumur mengering sehingga pengisian air danau kembali tertunda.
Selir ikut pingsan di tengah istana setelah menghadapi situasi yang menegangkan dan membahayakan nyawanya. Raja bergegas membawanya pergi, namun ibu suri yang menyaksikan itu di depan mata sangat marah dengan tindakan raja. Sementara itu, Galih yang memiliki perasaan terhadap sepupunya tidak bisa menutupi rasa kerinduan terhadap wanita yang di cintai ketika dia memandang ratu.
Dia pun mulai terpikir untuk menyerah dalam berusaha membuat ratu bahagia. Hubungan Ratu dan Raja mengalami perubahan yang menarik. Raja menjadi semakin tertarik dengan perubahan tak terduga dalam perilaku ratunya.
Meskipun awalnya dia menyimpan penghinaan untuk krani dan bahkan percaya bahwa dia berada di balik plot untuk menjebak nah. raja mulai melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.
................
“Yang mulia ratu, anda di panggil ibu suri untu menghadap” sang dayang utusan memberikan panggilan hingga sang ratu menghela nafas kesal.
“Kenapa dia memanggil ku? Aku kan mau mengawasi Pembangunan jembatan! Ah! Menyebalkan sekali!” umpat sang ratu.
Dayang Kribo dan dayang pendamping yang menemani berhenti di depan pintu kebesaran sementara sang ratu menemui ibu suri. Di depan meja kebesaran ibu suri meminta dayang yang memijat punggungnya untuk pergi. Sang ratu memberikan hormat, ada perdana Menteri pertahanan yang tidak lain adalah paman sang ratu memperhatikan semua tindak tanduk sang ratu.
“Ratu Renggana, kau bertindak membela mereka dan tidak menghormati ku. Jadi apakah kau benar-benar tidak mau menjadi ratu di negara ini?”
“Ahahahah! Aku tau. Wanita tua yang licik ini ingin menunjukkan bahwa dia mengendalikan semua hal tentang diri ku! Lihatlah bagaimana dia menjaga penampilannya agar tetap menawan” gumam sang ratu.
“Ratu, menurut penjaga Klan Utara, kau di tusuk oleh dua pria yang menggunakan penutup wajah. Di malam itu, anda tidak akan selamat jika tidak di bantu penjaga ku.”
“Apa yang harus aku jawab? Mereka berdua memarahi ku. Mengunci semua jawaban yang aku lontarkan. Habislah aku” gumam sang ratu memikirkan ucapan yang paling tepat.
“Aku lihat ratu memang tidak mau berada di Istana ini. Aku akan menurunkan mu menjadi ratu dan mengurung mu di pengasingan. Siapapun yang meninggalkan Istana sebaiknya lenyap bukan?”
“Yang mulia ratu, hamba mohon ampun. Maafkan lah hamba, hamba akan berusaha menjadi ratu yang terbaik!"
“Ratu, apakah kau benar-benar ingin meninggalkan Istana?” tanya Menteri pertahan.
“Aku masih ingin tinggal di istana dan menjadi ratu__”
Jawaban pamungkas mengakhiri pertemuan selesai sang Menteri menyelamatkannya sari amukan sang ibu suri. Dia berjalan menuju ke ruangannya, dirinya melamun di sudut dengan memeluk lututnya. Menyadari hidupnya semakin berat, dia menyimpulkan semua kekacauan ini berasal dari sang raja.
“Bajingan itu merusak hidup ku. Beginikah rasanya hidup berumah tangga? Aku mendapatkan tekanan dari pihak keluarga, mertua dan yang paling mengerikan adalah penyakit hiper sang raja yang menyukai koleksi selir” gumam sang ratu.
Di malam hari, sang raja mendekati Kasur sang ratu. Krani dalam tubuh Renggana, tetap terjaga meski di dalam tidurnya. Dia mendorong sang raja, memberikan pembatas dua bantal guling dan menguasai wilayah Kasur lebih lebar. Tidak hanya itu, dia mengambil semua selimut untuk menghangatkan tubuhnya.
“Tak ku sangka, tenaga dan amarah ratu ku luar biasa.”
“Tutup mulut mu, jangan ganggu aku. Kau memamerkan ke rakyat mu bahwa kau rasa yang penuh rasa iba bukan? Kau mengatakan pria yang kuat. Jadi jangan mengeluh kalau tidak mengenakan selimut di malam hari.”
Sebelum matahari terbit, sang ratu meninggalkan ruangan Tengah. Dia Bersama kedua dayang mengawasi pekerjaan Pembangunan jembatan. Dia menerapkan system kerja yang cepat menggunakan susunan kerja, mendesain rancangan jembatan yang kokoh dan menjaga kualitas bahan. Melihat salah para kasim yang tampak tidak bertenaga menarik batang pohon. Ratu menggulung bajunya hingga ke siku lalu mengangkat batang pohon hingga berlari dengan semangat.
“Yang mulia ratu mohon jangan melakukan itu!” dayang Kribo kesusahan mengimbanginya.
Sang ratu terpaksa di Tarik kedua dayang, saat ratu Renggana akan menuju ke wilayah Pembangunan jembatan. Dia mendengar suara gemuruh dari langit. Hujan yang akan jatuh di benaknya seperti menyiram tanaman yang masih terlalu basah.
“Hoaahhh! Kenapa hujan tidak turun setelah Pembangunan jembatan selesai? Bagaimana mereka bisa melaksanakan pekerjaannya?” sang ratu menepuk jidat.
Air hujan yang sangat deras mengguyur tubuhnya tidak mengurungkan niatnya berjuang menghentikan hujan. Kebiasaan yang pernah dia terapkan dari ajaran sang nenek di masa era modern, jurus yang paling ampuh. Sebuah sihir menghentikan hujan menggunakan bahan-bahan dapur.
“Dayang kribo jangan halangi aku berdiri menikmati air hujan ini. Aku akan Kembali ke ruangan setelah kalian membawa bahan-bahan yang aku inginkan.”
“Apa itu yang mulia ratu?”
Sang dayang Kribo di bantu dayang pendamping secepat kilat mengabulkan keinginan sang ratu. Seikat sapu lidi, sekepal garam dan sebuah mantra yang dia hafal dari sang nenek. Krani dalam tubuh ratu Renggana menegakkan sapu, melemparkan garam ke tanah di dalam benak mengucapkan mantra. Lima belas menit berlalu, hujan reda membuat kedua dayang terperangah tidak percaya apa yang di lakukan sang ratu.
Proses Pembangunan jembatan harus cepat, dia meminta kedua dayang mengirim pekerja pembuat jembatan sebanyak-banyaknya.
“Ratu ku, engkau basah kuyup”
Sang raja yang mendekatinya melepaskan jubah kebesaran untuk menutupi tubuhnya. Ratu Renggana menolak, dia tetap mengingatkan aturan jaga jarak Sikapnya di lihat para dayang, semuanya hanya terdiam sesekali menunduk.
“Aku hanya ingin menghangatkan mu. Aku tau sikap mu seperti karena insiden kemarin. Maafkan lah aku.”
“Sudah, anggap saja tidak terjadi apa-apa. Aku tipe manusia yang cepat memaafkan namun sulit memaafkan. Lagi pula, besok semua akan Kembali pada tempatnya! Ahahah! Aku bebas dari tempat ini!” Sang ratu tertawa lepas membentangkan tangan menatap langit.
Raja tetap memberikan jubahnya lalu berbalik pergi. “Malam ini aku tidak ke ruangan mu”
“Ahahah! Itu lebih bagus…”
Raja yang berjalan ke ruangan kebesarannya tersenyum datar. Penjaga pendamping mengikuti melihat raut wajahnya yang berubah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
timer
klan Utara nggak bisa mengatakan kecewa. udah terlanjur menjadi satu wilayah dalam dua bagian suku
2024-10-06
0
Strawberry milk shake
ada apa dengan mu ratu? sad
2024-09-12
0
micika kun
up love
2024-09-06
0