Bab Empat

Niken membuka pesan yang dikirim oleh Leona. Alisnya berkerut membaca pesan yang terkirim beberapa jam yang lalu. Niken mencoba menghubungi nomor Leona, tapi sayangnya nomornya tidak aktif.

"Duh, mbak Leona kenapa, ya?"

Di tengah kegalauan Niken, tiba-tiba seorang pria dengan setelan jas rapi muncul di depannya. Sebenarnya, pria itu sudah berdiri sejak tadi di sana. Hanya saja Niken terlalu fokus pada ponselnya sehingga tidak memperhatikan pria itu.

"Eh, cari siapa, Mas?"

"Leona ada?" Niken memandangi pria di depannya dengan tatapan menelisik. Dilihat dari penampilannya pasti dia pria kaya yang terpesona pada Leona. Niken senyum-senyum sendiri.

"Ehm, mbak! Mbak!"

"Eh iya, Mas. Ada apa? Mbak Leona ya? Tadi dia mengirim pesan katanya ga bisa pulang hari ini. Mas pacarnya mbak Leona ya?" tanya Niken kepo sambil cengar cengir. Pria di depannya ini benar-benar tampan paripurna, tapi entah mengapa semakin dilihat wajah pria ini mirip seperti wajah Leona, tapi versi pria.

"Bukan. Saya bukan pacarnya. Kira-kira kemana ya?"

"Ga tahu juga, Mas. Nomornya ga bisa dihubungi," ujar Niken.

Pria tadi pun langsung berpamitan, tanpa berniat menyebut namanya. Saat dia berjalan melewati tempat pembuangan sampah, Pria itu menutup hidungnya sambil terus menggerutu.

"Huh, dasar Leon ga ada kerjaan banget. Nyari tempat tinggal di dekat sampah-sampah kaya gini. Kalau bawahanku tahu aku jalan di daerah kumuh begini, bisa hilang wibawaku."

"Gimana, Bang, ketemu sama Leona?"

"Ga, Mah. Kata tetangganya dia cuma ngirim pesan. Isi pesannya kurang lebih sama kaya pesan yang mama terima," kata Pria itu.

"Adik kamu ini benar-benar menguji kesabaran mama, Leo."

Pria itu terkekeh melihat ibunya antara cemas dan marah, sulit untuk dibedakan. Keduanya bergegas meninggalkan perkampungan itu.

Di kediaman Widjaya, Astrid terus menggedor pintu kamar Abizar. Wanita paruh baya itu terlihat sangat marah. Meski di matanya Leona terlihat cantik, tapi semua tidak bisa hanya modal cantik saja. Bagi mama Astrid pasangan hidup putranya haruslah yang sesuai dengan kriterianya yakni memiliki bibit, bebet, bobot yang seimbang dengan keluarganya.

"Abi cepat buka. Kalau tidak mama akan telepon papa kamu biar papa kamu marahin papa kamu tiga hari tiga malam. Abi ... buka pintunya!"

Di dalam kamar, Abi mengusap wajahnya, mendengar omelan ibunya. Jatuh sudah wibawanya hanya dengan ancaman dari sang ratu. Pria itu menegakkan tubuhnya dan merapikan kemejanya. Abizar berjalan malas untuk membuka pintu.

Begitu pintu terbuka, mama Astrid langsung mendorong pintu dan langsung menerobos masuk ke kamar Abizar. Matanya terbelalak lebar melihat Leona duduk di ranjang putranya.

"Abi! kamu apa-apaan? Kenapa kamu biarkan gadis ini duduk di kasur kamu? Bagaimana kalau tubuhnya penuh kuman?" Mama Astrid berjalan ke arah ranjang sambil memelototi Leona.

Leona langsung bangkit dari duduknya dan menepuk nepuk kasur Abizar dengan tangannya. "Tuh, udah saya bersihkan. Lain kali jangan dibiarin anaknya bawa anak gadis orang sembarangan, bisa bahaya," kata Leona.

Dia pun juga melirik Abizar. "Dan buat kamu, stop ganggu saya. Kalau kamu ga mau uang ganti rugi, ya udah, tapi kedepan jangan sekali-kali melakukan hal ini pada saya atau kalau tidak, saya tidak akan segan-segan mengambil tindakan."

Leona berjalan melewati Astrid. Akan tetapi Abizar yang berdiri kokoh di depannya tiba-tiba menarik tangannya hingga Leona terpelanting ke dalam pelukan pria itu.

"Siapa yang mengijinkanmu pergi?" sorot mata Abizar membuat Leona kembali terhipnotis. Pria itu memeluk Leona dengan posesif, sementara Astrid kehabisan kata-kata, dia melongo melihat putranya yang bertingkah menggoda seperti ini. Mama Astrid hampir tidak mempercayai matanya sendiri. Abizar putranya adalah pria yang dingin dan datar. Jangankan merayu wanita, berdekatan dengan wanita saja dia akan merasa enggan sekaligus risih.

Leona tersadar setelah beberapa saat membatu. Dia berusaha memberontak, tetapi Abizar justru semakin erat memeluk tubuhnya.

"Sejak kamu muncul dihadapanku lagi, aku bersumpah akan menjadikanmu milikku," bisik Abizar di telinga Leona, bahkan dengan nakalnya dia menyenggol cuping telinga Leona dengan bibirnya. Tubuh Leona menegang. Dia menatap Abizar penuh permusuhan. Namun, Abizar justru terlihat sangat senang menggoda Leona.

"ABI!" mama Astrid berusaha meraih Leona, tapi Abizar memutar tubuhnya hingga mama Astrid hanya bisa menarik kemeja Abizar. Leona tetap aman dalam pelukan Abizar.

"Mah, aku udah dewasa. Mama jangan ikut campur dengan masalahku, termasuk soal urusan jodohku."

"Ya ga bisa gitu, dong, Bi. Mama yang lahirin kamu. Jadi mama berhak untuk menentukan siapa calon istri kamu."

Abizar menatap ibunya dengan tajam, "Mama silahkan coba. Sekali Abi tahu mama menyusahkan Leona, Abi sendiri yang akan berurusan dengan mama." Mama Astrid terkejut mendengar ancaman Abizar.

Leona mendengarkan diam-diam dan mengernyit keheranan. Seingatnya dia tidak pernah bertemu dengan Abizar, tapi entah mengapa pria ini seolah mengenalnya cukup lama. Bahkan untuk berpikir mendapat pembelaan sampai seperti ini saja dari Abizar, Leona merasa sangat heran.

Mama Astrid memegang kepalanya. Otaknya terasa mendidih, mendapat perlawanan dari putra kebanggaannya. Sepertinya tekanan darahnya kembali naik.

"Mama ga perlu mengurusiku, aku sudah dewasa dan bisa mengambil keputusan. Aku tahu mana yang baik dan mana yang buruk untukku. Mendingan mama liburan atau honeymoon sama papa," kata Abizar sedikit melembut, dia pun sebenarnya tidak tega berbicara keras pada ibunya.

"Terserah kamu lah, Bi." Mama Astrid menyerah. Dia berjalan ke pintu, saat wanita paruh baya itu melewati Leona dia mendengus sembari memelototi Leona.

Setelah mama Astrid pergi meninggalkan kamar Abizar, Leona tiba-tiba menginjak kaki Abizar dengan keras hingga Abizar melompat lompat kesakitan. Meski dia masih memakai sepatu, tapi Abizar tahu betul Leona menginjak kakinya sekuat tenaga.

Leona berharap Abizar marah dan mengusirnya, tapi siapa sangka, dengan gerakan yang begitu cepat Abizar justru berhasil menghimpit Leona di dinding. Abizar menatap Leona. Dia dengan berani mengusap pipi gadis itu. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyum nakal.

"Kamu cantik. Sangat cantik, Leona," ujar Abizar sembari terus menatap kedua netra Leona yang sejak tadi bergerak menyembunyikan keresahannya. Abizar tahu jika Leona sebenarnya takut padanya.

"Berhenti mengucapkan kata tidak penting seperti itu dan lepaskan aku. Aku bukan mainan yang bisa sembarangan kamu mainkan," kata Leona marah.

"Leona Subroto, Kamu berubah," kata Abizar. Alis Leona berkerut.

"Kamu pasti bercanda. Kapan kita pernah bertemu?"

"Coba ingat-ingat lagi," kata Abizar sambil tersenyum. Leona berpikir dalam kungkungan Abizar, tubuhnya yang semula menegang kini perlahan jadi rileks. Gadis itu tidak menyadari akal bulus Abizar.

Terpopuler

Comments

Dewi kunti

Dewi kunti

uuuuuuhhh Abi bikin deg deg an

2024-09-09

0

mamak"e wonk

mamak"e wonk

antara musuh waktu Bocil,atau cinta monyet 😁😍🥰

2024-09-06

1

mamak"e wonk

mamak"e wonk

awas mak ,mulut nya di lalerin 😁

2024-09-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab Satu
2 Bab Dua
3 Bab Tiga
4 Bab Empat
5 Bab Lima
6 Bab Enam
7 Bab Tujuh
8 Bab Delapan
9 Bab Sembilan
10 Bab Sepuluh
11 Bab 11. Tidak Ada Jalan Keluar
12 Bab 12. Abizar Pusing
13 Bab 13. Pulang
14 Bab 14. Dia Anak Orang Kaya
15 Bab 15. Dasar Anak Nakal
16 Bab 16. Keturunan Keluarga Besar Subroto
17 Bab 17. Masalah Besar
18 Bab 18. Demam
19 Bab 19. Itu Semua Karena Kalian
20 Bab 20. Kedatangan Abizar
21 Bab 21. Dipukul Lagi
22 Bab 22. Menghajar Preman
23 Bab 23. Nyonya Yang Usil
24 Bab 24. Mana Mungkin
25 Bab 25. Obsesi Mikayla
26 Bab 26. Mereka Dalam Masalah
27 Bab 27. Kericuhan
28 Bab 28. Kejadian
29 Bab 29
30 Bab 30. Mama Sungguh Luar Biasa
31 Bab 31.
32 Bab 32. Bertemu Kembali
33 Bab 33. Aku Tidak Peduli
34 Bab 34. Bukan Salah Leona
35 Bab 35. Ga Tahu Diri
36 Bab 36. Pemakaman
37 Bab 37. Mengunjungi Rumah Belajar
38 Bab 38. Mikayla Vs Leona
39 Bab 39. Dinner
40 Bab 40. Bukan Kencan
41 Bab 41. Kakak Protektif
42 Bab 42. Membawa Mama Astrid Ke Belanda
43 Bab 43. LDR
44 Bab 44. Sakit Cinta
45 Bab 45. Keluarga Besar Berkumpul
46 Bab 46. Di Vila
47 Bab 47. Curiga
48 Bab 48. Rencana Pulang
49 Bab 49.
50 Bab 50. Kabar
51 Bab 51. Kedatangan Abizar
52 Bab 52.
53 Bab 53. Tiba-tiba Dilamar
54 Bab 54. Tidak Tenang
55 Bab 55. Dibela
56 Bab 56. Menikah
57 Bab 57. Sakit
58 Bab 58. Sudah Lahir
59 Bab 59. Kecemburuan Calia
60 Bab 60. End
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab Satu
2
Bab Dua
3
Bab Tiga
4
Bab Empat
5
Bab Lima
6
Bab Enam
7
Bab Tujuh
8
Bab Delapan
9
Bab Sembilan
10
Bab Sepuluh
11
Bab 11. Tidak Ada Jalan Keluar
12
Bab 12. Abizar Pusing
13
Bab 13. Pulang
14
Bab 14. Dia Anak Orang Kaya
15
Bab 15. Dasar Anak Nakal
16
Bab 16. Keturunan Keluarga Besar Subroto
17
Bab 17. Masalah Besar
18
Bab 18. Demam
19
Bab 19. Itu Semua Karena Kalian
20
Bab 20. Kedatangan Abizar
21
Bab 21. Dipukul Lagi
22
Bab 22. Menghajar Preman
23
Bab 23. Nyonya Yang Usil
24
Bab 24. Mana Mungkin
25
Bab 25. Obsesi Mikayla
26
Bab 26. Mereka Dalam Masalah
27
Bab 27. Kericuhan
28
Bab 28. Kejadian
29
Bab 29
30
Bab 30. Mama Sungguh Luar Biasa
31
Bab 31.
32
Bab 32. Bertemu Kembali
33
Bab 33. Aku Tidak Peduli
34
Bab 34. Bukan Salah Leona
35
Bab 35. Ga Tahu Diri
36
Bab 36. Pemakaman
37
Bab 37. Mengunjungi Rumah Belajar
38
Bab 38. Mikayla Vs Leona
39
Bab 39. Dinner
40
Bab 40. Bukan Kencan
41
Bab 41. Kakak Protektif
42
Bab 42. Membawa Mama Astrid Ke Belanda
43
Bab 43. LDR
44
Bab 44. Sakit Cinta
45
Bab 45. Keluarga Besar Berkumpul
46
Bab 46. Di Vila
47
Bab 47. Curiga
48
Bab 48. Rencana Pulang
49
Bab 49.
50
Bab 50. Kabar
51
Bab 51. Kedatangan Abizar
52
Bab 52.
53
Bab 53. Tiba-tiba Dilamar
54
Bab 54. Tidak Tenang
55
Bab 55. Dibela
56
Bab 56. Menikah
57
Bab 57. Sakit
58
Bab 58. Sudah Lahir
59
Bab 59. Kecemburuan Calia
60
Bab 60. End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!