BAB 04 - Proposal Jadi Ibu

"Kalau jadi ibunya Lily, Kakak mau?"

"Tidak bisa," jawabku dengan suara pelan. "Lily sudah punya Ibu, perempuan baik yang sudah melahirkan Lily. Dan perempuan itu bukan Kakak."

Mata Lily tiba-tiba menerawang jauh, jauh sekali .. Ke tempat di mana ia membutuhkan jawaban. Dia memberengut kepadaku dan menangis, keras sekali. "Kenapa tidak mau? Memangnya Lily anak nakal ya?"

Kemudian tiba-tiba, dengan gerakan tak terduga, Pak Bima muncul dengan mata menyala, dia menarik tanganku hingga dadaku merapat ke dadanya.

"Kamu apakan anak saya?" Pak Bima melotot padaku. "Kamu ini, kalau memang tidak bisa bermain dengan anak-anak lebih baik tadi tidak usah menawarkan diri main dengan Lily!"

"Bukan, Pak. Bukan! Pak Bima tenang dulu." Jawabku gugup. "Saya tidak tahu kenapa Lily tiba-tiba nangis."

"Kalau bukan karena kamu, terus siapa lagi?"

Dan ketika Pak Bima memarahiku, dari arah belakangnya terdengar Lily memanggilku, mengagetkanku.

"Kak ... Kak ... Mau tidak jadi ibunya Lily?" Lily mengulangi pertanyaannya.

Akhirnya, tamatlah riwayat ketakutan ku saat dimarahi Pak Bima. Ternyata semua tidak lebih dari sekedar halu ku saja. Syukur syukur.

Dari samping tempat duduk aku menghela napas dan Lily kembali menengok untuk menatapku. Matanya yang bulat dan jernih seolah tengah menuntut ku.

Ah, apa yang kupikirkan. Lily cuma anak kecil, wajar kalau suka bicara asal-asalan, kenapa harus ku anggap berlebihan? Pikirku.

Tanpa sadar aku jadi cengegesan, benar juga kenapa aku jadi berpikir berlebihan.

"Mau-lah!" jawabku diplomatis, penuh percaya diri. "Siapa yang tidak mau jadi Ibu untuk anak yang baik dan secantik Lily."

"Tapi Papa orangnya suka marah-marah ... " Lily mengaku. Apa gunanya juga menyangkal? Semua orang juga tahu.

"Ya tidak masalah," kataku berusaha menenangkan, sungguh kasihan anak sekecil Lily harus menghadapi tempramen dari seorang lelaki seperti Pak Bima. "Orang kalau sudah tua memang begitu. Pasti garang, soalnya bakteri baik di otaknya kebanyakan sudah pensiun."

"Memang bisa begitu?"

"Bisa, bisa." Kataku mengibul, sambil mengangguk-ngangguk meyakinkan. Sementara Lily memandangku dengan muka cengo.

"Coba Lily lihat kakak, Kakak Julia selalu senyum dan ramah. Itu karena bakteri baik di otak Kak Julia masih segar dan banyak. Lily juga begitu. Nah, kalau Papa-nya Lily itu sudah lebih dewasa, bakteri baiknya juga mudah lelah dan pelan-pelan menghilang. Makanya suka marah-marah."

"O-oh pantas," Lily memanjangkan kalimatnya.

Kami memilih duduk di bangku terluar taman, di samping pohon mangga yang rimbun. Pak Bima datang tanpa kusadari. Diluar dugaan profesor itu berdiri begitu dekat. Matanya menyala dengan bara yang seolah-olah membakar setiap saraf di tubuhku.

Aku menelan ludah dengan susah payah sambil menarik napas, kemudian berkata, "Bapak bikin saya kaget."

Pak Bima membuatku lebih dari sekadar terkejut, tapi juga gugup.

"Pa ..." Lily meluncur dari tempat duduk dan naik ke dalam pelukan Pak Bima.

"Lily sudah ketemu Ibu!"

Sontak mataku melotot begitu Lily mengarahkan telunjuknya ke arah ku, mulutku langsung tergagap sementara Pak Bima hanya menghela napas berat, tidak terkejut sama sekali.

"Memangnya dia mau jadi Ibu buat Lily?" Ujar Pak Bima. Suaranya lantas lebih pelan dari biasanya.

"Mau!" Lily mengangguk-angguk bangga. "Siapa juga yang tidak mau jadi Ibu untuk anak yang baik seperti Lily."

Pak Bima mengerutkan keningnya, "Siapa yang ngomong begitu?"

"Kakak ..." lagi-lagi Lily menunjuk ku. "Tadi kakak sendiri yang bilang begitu."

Pak Bima melirik ku, oh betapa malunya aku. Sementara wajahku tiba-tiba jadi terlihat bodoh dan kaku. Dia tahu kalau aku telah bicara ngawur, tapi aku takut malah jadi masalah baru.

"Kalau jadi Ibu, berarti harus jadi istri, kan? Papa kan suka marah-marah, kakak itu tidak akan betah." Balas Pak Bima sambil mengangkat bahu dengan gerakan tak peduli.

"Tidak, tidak masalah, Pa. Kakak bilang tidak masalah, Orang kalau sudah tua memang begitu; pasti garang, soalnya bakteri baik di otaknya kebanyakan sudah pensiun."

"Hah? Bakteri baik?" dia tersenyum tipis.

"Iya, Papa sudah dewasa jadi bakteri baiknya sudah lelah dan mudah menghilang."

"O-Oh begitu." Pak Bima melihatku dari sudut matanya.

Aku menggeleng-geleng tapi tidak berani bicara. Aku menghela napas dan menggenggam kain lap. Kuatkan dirimu, Julia. Ia tak punya waktu untuk meladeni hal yang seperti ini, ini tidak lebih dari salah paham. Nanti bisa dijelaskan---walaupun, Ya Tuhan, betapa sulitnya itu.

"Baiklah, sekarang Lily mau apa?" Lanjutnya. "Kita langsung pulang, ya? Kamu harus istirahat."

"Sama Ibu?" Seru Lily sambil menengok diriku. "Kalau tidak sama Ibu, Lily tidak mau pulang."

Pak Bima sempat diam sejenak.

Dia adalah seorang dosen, sekaligus profesor termuda di kampus ini. Meski dari tadi aku selalu menggebukan kalau beliau sudah berumur, senyatanya Pak Bima tidaklah setua itu. Seingatku usianya masih 32 tahun. Jadi bayangkan, bayangkan bagaimana seorang seperti aku berani menyinggung lelaki seperti dia? saat ini mungkin dia berpikir bahwa aku sengaja mengambil kesempatan lewat anaknya, maka Matilah aku.

"Lily sudah ketemu Ibu." Tiba-tiba wajah Lily suram, mirip seperti yang tadi aku bayangkan. "Capek kalau harus cari Ibu terus."

Lagi-lagi Pak Bima diam, dia hanya menghela napas beberapa saat.

"Oke, akan Papa pertimbangkan. Lily masuklah lebih dulu ke mobil, biar Papa bicara dulu dengan Kakak itu."

Petaka ... Pasti, pikirku.

Habislah aku kali ini.

Begitu Lily pergi, Pak Bima langsung menghampiri ku. Dia duduk di ujung kursi, lengannya terlipat di depan dada bidangnya, sedangkan kakinya yang bersepatu kulit di silangkan di atas paha. Mata gelapnya tertutup kelopak yang pekat, dan sosoknya begitu tegas. Tanpa ekspresi.

Aku memaksakan diri untuk bicara, dan berusaha untuk tidak terbuai dalam ketakutan atas dirinya.

"Anu .. Pak,"

"Maaf." Pak Bima menyela kata-kataku, aku langsung bengong.

"Maaf kalau anak ku bicara ngawur."

"Ah, tidak- tidak sama sekali Pak Bima. Tapi sumpah soal tadi, saya benar-benar tidak bermaksud..."

"Dia selalu begitu tiap bertemu orang, terutama perempuan. Dia sampai hafal kan dengan apa yang aku tanyakan dan sangkal, karena memang itulah yang selalu kami bicarakan kalau dia sudah ketemu perempuan." Tanpa sadar Pak Bima memijat-mijat keningnya. "Makanya sampai sekarang saya mengurusnya sendirian."

Suara Pak Bima itu. Lembut, misterius, dan penuh wibawa. Dia bicara dengan gaya formal yang sungguh membuatku kagum. Ditambah lagi aksen bicaranya itu, ada sedikit aksen barat mewarnai cara bicara Pak Bima sehingga membuatnya lebih menggoda lagi. Pantas banyak mahasiswi yang tergila-gila padanya. Dia mungkin bisa menjadi ahli hipnotis yang sangat sukses karena sanggup membuat wanita koma hanya dengan berbicara.

Tapi, ah. Aku tidak boleh ikut-ikutan.

"Maaf, Pak Bima..." Kataku sedikit gugup. "Memangnya Ibunya Lily kemana?"

"Saya juga tidak tahu."

Oh, mungkin beliau orang kantoran yang sibuk, pikirku. Jadi agak sulit untuk mengurus anaknya sendiri, Lily jadi kekurangan kasih sayang dan hubungannya dengan Pak Bima jadi renggang. Mungkin kurang harmonis, karena keduanya sama-sama sibuk. Masuk akal.

"Maaf, Pak. Saya izin bicara. Lily begitu mungkin karena kurang kasih sayang dari ibunya dan ingin diperhatikan," karena gugup tanganku tidak bisa diam, bergerak-gerak layaknya orang presentasi atau sedang mengajar. "Bagaimana kalau bapak coba bicarakan dengan Istri Pak Bima, dan coba luangkan waktu untuk liburan bersama sekeluarga?"

"Saya belum pernah menikah. Tidak punya istri." Jawabnya cepat.

"Aaahh ... Ooohh ..." kataku dengan wajah cengo, sambil mengangguk-angguk tidak jelas. Tanganku yang tadinya gerak seperti orang presentasi, langsung beralih menggaruk kepala, layaknya orang frustasi.

Lah terus Lily anaknya siapa?

Terpopuler

Comments

Imas Karmasih

Imas Karmasih

anak kamu sama. pak Bima. jangan2 cowo dulu itu pak Bima

2024-09-07

0

Danny Muliawati

Danny Muliawati

jangan2 Lily anak yg di buang SM ibu nya Yulia yah thor

2024-08-17

0

ummah intan

ummah intan

bisa jd Lily itu anakmu yg dibuang ibumu

2024-08-17

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 00 - Gerbang Cerita
2 BAB 01 - Pria Asing di Malam Perayaan
3 BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal
4 BAB 03 - Profesor Galak dan Calon Ibu?
5 BAB 04 - Proposal Jadi Ibu
6 BAB 05 - Kesalahan Atau Bukan?
7 BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru
8 BAB 07 - Hari Ini Menjadi Ibu Palsu
9 BAB 08 - Kekasih Yang Mencinta
10 BAB 09 - Pak Bima dan Rahasianya
11 BAB 10 - Lily Hilang
12 BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga
13 BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit
14 BAB 13 - Keluarga Palsu
15 BAB 14 - Tragedi Pacar
16 BAB 15 - Semua Yang Tak Terduga
17 BAB 16 - Saya Mau Berhenti Kerja, Pak
18 BAB 17 - Dia Pacarku
19 BAB 18 - Cinta Murni
20 BAB 19 - Masih Mencinta
21 BAB 20 - Dingin dan Rapuh
22 BAB 21 - Larangan Cinta
23 BAB 22 - Bagaimana, ya?
24 BAB 23 - Jatuh Cinta Dengan Bima
25 BAB 24 - Saya Nikahin Kamu!
26 BAB 25 - Kalau Tidak Ada, Biar Saya
27 BAB 26 - Permintaan Maaf Dari Majikan
28 BAB 27 - Romansa Dua Pria
29 BAB 28 - Lelaki Sejati
30 BAB 29 - Masa Lalu yang Tak Pantas dimaafkan
31 BAB 30 - Ksatria dan Tabir Kebenaran
32 BAB 31 - Malam Pengakuan
33 BAB 32 - Bukti di Tubuhnya Terungkap
34 BAB 33 - Pria Malam Itu Adalah ---
35 BAB 34 - Isak Tangis dan Derita
36 BAB 35 - Kita Berpisah
37 BAB 36 - Jangan Lupa Jalan Pulang
38 BAB 37 - Melepaskan, Mengikhlaskan
39 BAB 38 - Penyambung Ikatan
40 BAB 39 - Obrolan Malam-malam
41 BAB 40 - Perasaan Yang Sesungguhnya
42 BAB 41 - Rebutan Pria
43 BAB 42 - Perasaan Yang Mulia
44 BAB 43 - Patah Hati dan Bahagia
45 BAB 44 - Ketemu Camer
46 BAB 45 - Calon Mantu Dan Restu Ibu
47 BAB 46 - Trauma Orang Tua
48 BAB 47 - Luka di Usia Belia
49 BAB 48 - Keputusan Yang Harus Diambil
50 BAB 49 - Mang Koes
51 BAB 50 - Tuntutan Kebenaran
52 BAB 51 - Ikatan Ibu dan Anak
53 BAB 52 - Luka
54 BAB 53 - Ingatan Untuk Orang Asing
55 BAB 54 - Kabar Baik Kabar Buruk
56 BAB 55 - Tes DNA
57 BAB 56 - Rasa Benci dan Hormat
58 BAB 57 - Mengungkap Tabir Tentang Jafar
59 BAB 58 - Lelaki Jahat
60 BAB 59 - Dikta
61 BAB 60 - Cinta Gila
62 BAB 61 - Rusak Persahabatan Karena Cinta
63 BAB 62 - Laki-Laki Tegas
64 BAB 63 - Lily Tiada?
65 BAB 64 - Hasil Tes Keluar
66 BAB 65 - Maaf
67 BAB 66 - Impian Di Taman Surga
68 BAB 67 - Permintaan Terakhir
69 BAB 68 - Kata Nikah Terucap
70 Kabar Nove(l)mber 🩷
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 00 - Gerbang Cerita
2
BAB 01 - Pria Asing di Malam Perayaan
3
BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal
4
BAB 03 - Profesor Galak dan Calon Ibu?
5
BAB 04 - Proposal Jadi Ibu
6
BAB 05 - Kesalahan Atau Bukan?
7
BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru
8
BAB 07 - Hari Ini Menjadi Ibu Palsu
9
BAB 08 - Kekasih Yang Mencinta
10
BAB 09 - Pak Bima dan Rahasianya
11
BAB 10 - Lily Hilang
12
BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga
13
BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit
14
BAB 13 - Keluarga Palsu
15
BAB 14 - Tragedi Pacar
16
BAB 15 - Semua Yang Tak Terduga
17
BAB 16 - Saya Mau Berhenti Kerja, Pak
18
BAB 17 - Dia Pacarku
19
BAB 18 - Cinta Murni
20
BAB 19 - Masih Mencinta
21
BAB 20 - Dingin dan Rapuh
22
BAB 21 - Larangan Cinta
23
BAB 22 - Bagaimana, ya?
24
BAB 23 - Jatuh Cinta Dengan Bima
25
BAB 24 - Saya Nikahin Kamu!
26
BAB 25 - Kalau Tidak Ada, Biar Saya
27
BAB 26 - Permintaan Maaf Dari Majikan
28
BAB 27 - Romansa Dua Pria
29
BAB 28 - Lelaki Sejati
30
BAB 29 - Masa Lalu yang Tak Pantas dimaafkan
31
BAB 30 - Ksatria dan Tabir Kebenaran
32
BAB 31 - Malam Pengakuan
33
BAB 32 - Bukti di Tubuhnya Terungkap
34
BAB 33 - Pria Malam Itu Adalah ---
35
BAB 34 - Isak Tangis dan Derita
36
BAB 35 - Kita Berpisah
37
BAB 36 - Jangan Lupa Jalan Pulang
38
BAB 37 - Melepaskan, Mengikhlaskan
39
BAB 38 - Penyambung Ikatan
40
BAB 39 - Obrolan Malam-malam
41
BAB 40 - Perasaan Yang Sesungguhnya
42
BAB 41 - Rebutan Pria
43
BAB 42 - Perasaan Yang Mulia
44
BAB 43 - Patah Hati dan Bahagia
45
BAB 44 - Ketemu Camer
46
BAB 45 - Calon Mantu Dan Restu Ibu
47
BAB 46 - Trauma Orang Tua
48
BAB 47 - Luka di Usia Belia
49
BAB 48 - Keputusan Yang Harus Diambil
50
BAB 49 - Mang Koes
51
BAB 50 - Tuntutan Kebenaran
52
BAB 51 - Ikatan Ibu dan Anak
53
BAB 52 - Luka
54
BAB 53 - Ingatan Untuk Orang Asing
55
BAB 54 - Kabar Baik Kabar Buruk
56
BAB 55 - Tes DNA
57
BAB 56 - Rasa Benci dan Hormat
58
BAB 57 - Mengungkap Tabir Tentang Jafar
59
BAB 58 - Lelaki Jahat
60
BAB 59 - Dikta
61
BAB 60 - Cinta Gila
62
BAB 61 - Rusak Persahabatan Karena Cinta
63
BAB 62 - Laki-Laki Tegas
64
BAB 63 - Lily Tiada?
65
BAB 64 - Hasil Tes Keluar
66
BAB 65 - Maaf
67
BAB 66 - Impian Di Taman Surga
68
BAB 67 - Permintaan Terakhir
69
BAB 68 - Kata Nikah Terucap
70
Kabar Nove(l)mber 🩷

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!