Di Rumah sederhana yang tak jauh dari rumah Maria, hari yang mau pergi entah kemana tiba-tiba di panggil oleh ibunya yang kebetulan melihat anaknya yang menghidupkan kendaraannya dengan wajah kusutnya.
" Hari...." teriak ibu menghentikan hari.
" Ibu?" jawab hari sambil melihat ibunya yang berjalan menghampirinya.
" Kamu mau kemana?" tanya ibu heran.
" Mau pergilah bu, mau apa lagi?" jawabnya sedikit kesal.
" Di tanya bukannya jawab, itu muka kenapa kusut amat kaya baju lima tahun gak di setrika?" tanya ibunya heran.
" Biasa Maria gak masak bu!" balasnya dan langsung di tarik tangannya oleh ibunya tanpa perdulikan kunci motor masih tergantung di motornya.
" Bu....itu kunci motorku masih tergantung bu!" omel hari namun tangannya masih di tarik ibunya untuk terus mengikuti langkah ibunya masuk kedalam rumah.
" Sudah biarin aja gak akan hilang, kamu makan sana di dapur, ibu sempet lihat wajahmu gak enak di lihat."ucap ibunya hari.
Sesampainya di dapur hari langsung menyambar makanan yang tertata rapi di atas meja, walau tak mewah setidaknya ada ayam dan ikan serta sayur, makanan seperti itu yang hari ingin kan dari istrinya, setiap mau makan.
Hari yang sedang menikmati makanan di rumah ibunya dengan hati dan pikiran tenang, berbeda dengan Maria yang sangat kecewa melihat tingkah laku suaminya yang tak bisa menghargainya sama sekali.
" Andai aku di izinkan kerja sudah ku tinggal kamu bang, jujur hati ku sakit dan kecewa kenapa abang tak pernah mau mendengarkan penjelasanku dan tak ingin memahami perasaanku." ucap ku lirih mengingat semua yang terjadi.
" Tes...tes .." Tiba-tiba air mataku meluncur bebas tanpa komando membasahi kantong plastik yang ku pangku.
Aku yangsedang sedih tanpa ku sadari ada dua manusia mungil yang memperhatikan ku di kamar tidurku.
" Kak, kenapa ya ibu sering menangis kak?" tanya Adi kepada sang kakak.
" Kakak juga gak tau dek, mungkin kita terlalu nakal makanya ibu sedih, apa kita jangan nakal lagi biar ibu kita gak menangis lagi." Adam menoleh dan berkata begitu le adiknya.
" Adi gak mau nakal lagi bang kasihan ibu, Hiks...Hiks..." Isak adik pelan tak ingin ibunya tau, jika mereka sedang melihat ibunya itu.
" Hayuk kita tinggalkan ibu sendiri, kita jangan ganggu ibu dulu ya, kita main di dalam rumah aja." Adam berkata kepada adiknya itu, dan di angguki oleh Adi.
Aku yang terlalu larut dengan kesedihan tanpa kusadari waktu terasa sangat cepat, saat aku melamun tiba-tiba baru teringat kedua anakku ketika waktu sudah menjelang sore hari, aku tersadar ketika suara adzan ashar dari masjid yang tak jauh dari rumah ku.
" Astaghfirullah....,jam berapa ini?" tanyaku pada diri sendiri dan lekas ku hapus jejak air mata, dan ku langkahkan kaki keluar kamar, pandanganku tertuju suara ceki-kiaan dari arah ruang tamu, dan benar saja Adi dan Adam sedang bermain menggambar.
"Adam...Adi ..sudah sore, yuk pada Mandian, nanti kita salat bareng ya." ucap ku kepada anak-anak, dan langsung di angguki oleh mereka berdua.
" hemmm....harumnya anak ibu....pada ganteng-ganteng," ucapku tulus sambil ku colek pipi Adi dan Adam bergantian.
Yang di colek hanya tersenyum geli melihat ibu nya menggoda mereka.
Setelah menjalankan kewajiban ibu dan kedua anaknya, Maria melanjutkan aktifitasnya memberesi dapur, ya makan malam yang akan dia masak untuk nanti malam, namun mood nya hilang ketika suaminya menolak keras masakannya tadi siang.
Maria memutuskan beli di warung aja untuk makan malam, sebenarnya Maria bukan tak punya tabungan, Maria ada tabungan sedikit karena setiap bapak angkatnya datang menemuinya selalu memberi Maria uang beralasan untuk cucuknya.
Maria selalu beralasan tak memiliki uang, karena iya tak ingin suaminya melepas tanggung jawab jika mengetahui jika Maria memiliki uang.
Di rumah ibu mertua Maria, hari, begitu menikmati harinya saat ini, karena tak ada drama dengan sang istri, iya manfaatkan waktunya sebaik mungkin menyantai di rumah ibunya, setelah makan iya tertidur tanpa dia sadari waktu sudah menjelang sore.
Hadi tak mau memusingkan istri dan anaknya dia terus menikmati waktunya di rumah ibunya itu, hingga menjelang malam hari pun baru akan pulang kerumah istrinya.
Sedangkan Maria dan kedua anaknya sudah pulang kerumah setelah membeli makanan untuk mereka makan, Maria terus melihat jam dinding di sudut kamar, hatinya sedikit kecewa mengingat perlakuan suaminya tadi sore padahal itu bukan hal pertama untuknya.
Karena tak ingin terlalu pusing Maria memutuskan tidur bersama ke dua anaknya, sedangkan Hari baru aja pulang dari rumah ibunya, melihat rumah keadaan sunyi Hari terus berjalan menuju kamar, ternyata tebakannya benar.
Maria tertidur dengan memeluk anaknya yang paling kecil, tanpa banyak drama Hari yang malas juga berhadapan dengan Maria, Hari memutuskan tidur di ruang tamu, dengan selimut dan bantal yang dia temukan di lemari masih terbungkus plastik.
Karena badan dan pikiran Hari sedikit tenang akhirnya memutuskan tidur tak butuh lama dia sudah di alam mimpi bersama ke dua anak dan istrinya.
Esok hari, Maria lekas terbangun dan melangkah ke dapur tanpa Maria menoleh ke belakang lagi karena melihat jam Maria kesiangan.
" Astaghfirullah ternyata beneran aku kesiangan." kataku sambil melihat sekeliling.
" Maria kamu kenapa baru bangun gak lihat apa ini jam berapa?" omel bang Hari dengan handuk yang masih di kenakannya kepalanya.
" Maaf bang, semalam Maria tertidur karena kelelahan." kataku menunduk aku sadar akan kesalahan ku yang bangun kesiangan.
" Sudah lah aku langsung pergi kerja aja." ucap Bang Hari sambil melangkah meninggalkanku.
" Haduh...pakai kesiangan segala sih." omel ku pada diri sendiri.
Tak ingin tambah banyak drama nantinya, aku memilih membereskan semua pekerjaan rumah, walau rumah ini sudah bersih dari semalam karena aku membersihkannya tiga kali sehari.
" Bang tunggu..." teriakku ketika melihat bang Hari sudah rapi dengan hendak melangkah pergi.
" Apalagi?" ucapnya tak suka ku hentikan langkahnya.
" Bang Maria mint uang bang untuk belanja!" ucapku takut-takut.
" Aku sudah tak punya uang, kamu puasa aja aku nanti makan tempat ibu." katanya ketus sambil berlalu pergi.
Dengan teganya bang Hari berucap memintaku berpuasa, sangat kejam menurutku ucapannya itu tak iya pikirkan kah anaknya masih kecil-kecil butuh asupan untuk tubuh mereka.
" Bang tunggu.." teriak ku lagi saat bang Hari hendak pergi dengan motornya.
" Apa." katanya marah.
" Bang anak-anak butuh makan bang, tinggalin lah uang setidaknya untuk mereka." pintaku memelas.
" gak ada..." ucapnya teriak dan langsung melajukan.
Aku pun hanya melongo dengan tindakan bang Hari yang benar-benar tega terhadap anaknya sendiri.
Dengan rasa dongkol aku pun masuk ke dalam rumah dan memilih menyelesaikan semua pekerjaan rumah dan rencana akan pergi bersama anak-anak untuk mencari makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments