Pemalu

Saat keluar dari kelas Agra kembali terlihat gugup, karena dia akan bertemu dengan Tania dan berkenalan dengannya, melangkah pelan dengan langkah yang terasa berat. Sesaat kemudian dirinya berusaha melawan rasa gugupnya.

Dibelakangnya ada Yadi yang mengikuti langkahnya, bagaimana pun dia harus menemani teman kecilnya itu, supaya janji untuk berkenalan hari ini tidak gagal, sepintas dia melihat Agra yang terlihat gugup, Yadi pun mempercepat langkah supaya sejajar dengannya.

" Sudahlah, santai saja Gra. Aku yakin kamu bisa menguasai rasa gugup. " Ucap Yadi, setelah mensejajarkan langkahnya dengan Agra, tangan terlihat merangkul disatu pundak Agra.

Agra hanya menoleh sepintas kearah Yadi, seperti ini terus diberi dukungan supaya rasa gugupnya pergi, tidak ada pilihan, kecuali hari ini memang harus berkenalan dengan Tania, dimana memang sudah berjanji saat sepulang sekolah.

Sesampai di koridor laboratorium biologi, dimana tidak jauh dari Agra dan Yadi tengah menghentikan langkahnya, disana terlihat suasana sudah mulai sepi, artinya hampir seluruh siswa sudah pulang kerumahnya masing masing.

Sesampainya di lorong koridor, dimana telah masuk deretan kelas satu, Agra melihat ada 2 anak perempuan sedang berada di dalam kantin, sambil terlihat mereka menikmati makanan ringan, ternyata Tania benar benar menunggunya, ucapnya dalam hati.

" Sudah lawan rasa gugup kamu, kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya. " Ujar Yadi sedikit mendorong tubuh Agra supaya maju kedepan.

" Memangnya kamu tidak mau temani Yad?  " Tanya Agra seraya membalikan badannya menghadap kebelakang, dimana Yadi berjalan dibelakangnya.

" Tidak, aku tidak mau. "  Yadi menolak malas.

" Kenapa ? " Tanya Agra kembali.

" Aku kan tidak mau seperti nyamuk nantinya. "

Terlihat Tania dan temannya sudah mengetahui Agra juga Yadi menuju kearah mereka. Terlihat keduanya tertawa menutupi mulut mereka, mungkin karena kelucuan tingkah Agra yang terlihat gugup, yang sebenarnya juga Tania merasakan hal yang sama.

" Itu kan kamu bisa bareng jalan sama temannya, jadi siapa tahu juga bisa dekat dengan temannya itu, bukannya kamu mendukung hal ini? " Agra mencoba kembali mengajak Yadi untuk bisa menemaninya.

Yadi baru tersadar akan hal itu, semua gara gara ingin supaya Agra bisa berkenalan dengan Tania, dia jadi lupa kalau Tania pasti pulang bersama temannya yang kemarin itu.

Terlihat Tania dan temannya itu saling berbisik, tentunya ada sesuatu yang diucapkan diantara mereka tentang diri Agra, selanjutnya keduanya terlihat tertawa kecil, saat sadar Agra dan Yadi sudah berada dihadapannya.

" Hai... " Tania lalu melambaikan tangan duluan ke arah Agra, seraya tersenyum ketika Agra dan Yadi mendekati mereka. Senyum yang sangat manis, yang terlihat oleh Agra, dia pun membalas sapaan dari Tania seraya membalas senyumannya.

Walau saat ini yang dirasakan Agra ingin sekali menghilang dihadapan Tania. Hanya saja itu tidak mungkin, semua sudah didepan matanya, malu gugup menjadi dominan dihatinya sekarang.

Terlihat Tania pun menunduk tersipu, tidak lama kembali melihat ke arah Agra yang semakin mendekat, disusul Yadi dibelakangnya.

Temannya terlihat menyenggol tangannya Tania, supaya Tania langsung mendekati Agra seraya sedikit menggoda Tania, karena terlihat Tania pun seperti gugup dan salah tingkah.

Saat Tania sudah berada dihadapannya, Agra mengulurkan tangan terlebih dahulu dan pada saat itu Agra sudah mampu mengendalikan rasa gugupnya

Sebenarnya Agra sudah mengetahui namanya, dirasa belum sah saja kalau belum berkenalan secara langsung dan mungkin juga Tania belum mengetahui namanya.

" Agra. "  Agra menyebut nama seraya mengulurkan tangan. Tania pun membalas uluran tangan Agra

" Tania. " balas menyebut namanya, lalu Tania menunduk kembali, semua terlihat salah tingkah baik Agra maupun Tania, walau begitu akhirnya keduanya berjabatan tangan, saat itu juga Agra merasakan kalau tangan Tania begitu halus dan lembut.

Melihat adegan tersebut beberapa siswa yang masih berada di lingkungan sekolah, yang menyaksikan mereka berkenalan, ada yang berteriak menggoda mereka, ada yang bersiul ke arah mereka, ada juga yang terlihat biasa saja melihat mereka, dan pasti mereka semakin dibuat salah tingkah dengan reaksi disekitar mereka.

Mata mereka terkadang tak sengaja beradu pandang dan mereka saling menunduk kepala kembali. Baru kali ini Agra disituasi seperti ini, ditonton beberapa siswa yang masih ada dilingkungan sekolah.

" Ya sudah, eee... kita mau tetap disini atau langsung pulang? " Tanya Agra mencoba memecah kegugupan yang ada, dengan memulai percakapan kembali.

" Bagaimana kalau kita sambil jalan pulang? " ujar Tania. Matanya sekilas terlihat mencuri pandang kewajah Agra.

" Beneran? Kamu capek nggak kalau jalan kaki? " Agra bertanya dengan memastikan ekspresi dari wajah Tania, kini Agra sudah mulai menguasai perasaan gugupnya.

" Kan kemarin saat kamu panggil namaku, bukan itu lagu jalan ya? " Tania menjawab dengan santai, ekspresi manis yang terlihat oleh Agra saat itu diwajah Tania.

Agra pun mengangguk pelan seraya berjalan yang diikuti oleh Tania, Yadi dan temannya Tania. Mereka berjalan berpasangan. Lalu kemudian Terdengar oleh Agra juga Tania, Yadi mulai berbicara dengan temannya Tania itu.

" Kenalkan aku Yadi, kamu? " Yadi terlihat juga tidak mau kalah untuk berkenalan dengan temannya, dan mencoba memberikan tangan untuk saling berjabatan, dari pada keduanya menonton orang yang lagi kasmaran.

" Aku Siska. " dan Siska pun membalas jabatan tangan Yadi, diwajah mereka tidak tersirat saling menyukai. Semua seperti wajar dan biasa saja.

Disepanjang jalan tak banyak obrolan diantara mereka. Lebih memilih banyak diam, lebih terkesan kaku, namun mereka tak jarang ketika saling bertemu pandang, saling melempar senyum. Senyum yang manis yang saat itu Agra lihat disepanjang mereka berjalan.

Berjalan berdua beriringan ditempat yang rindang dan teduh, dibelakang juga ada Yadi dan siska yang juga terlihat kaku, sama juga tak banyak yang mereka bicarakan.

Namun pada saat memasuki area dimana ada jembatan kayu. Kayu itu hanya dua bilah yang disambungkan dengan kayu lainnya seperti tangga yang terbuat dari bambu, jembatan itu tidak lurus melainkan sedikit miring menandakan tinggi posisi antara ujung kayu dan ujung kayu lainnya itu berbeda.

Jadi terlihat menanjak dan cukup meninggi kalau dari arah pulang, dan menurun dari arah sebaliknya, ditambah lagi kanan kiri sama sekali tidak ada pegangan, jadi lumayan sedikit sport jantung kalau yang tidak biasa lewat.

Tiba tiba Tania yang berada di belakang Agra tersandung kakinya oleh akar yang sedikit keluar dari tanah. Alhasil Agra yang berada di depannya tertubruk oleh Tania. Dengan reflek dan sigap Arga berusaha menyeimbangkan tubuh supaya keduanya tidak terjatuh bersamaan.

Karena berhasil menyeimbangkan tubuhnya, Arga sedikit membalikan badan, Dan seketika tanpa sengaja tangan keduanya berpegangan erat, karena tubuh Tania masih condong keposisi tubuh Arga.

Sejenak mereka saling beradu pandang tak berselang lama yang akhir mereka sadar dan memposisikan badan agar sedikit berjauhan.

" Kamu tidak apa apa? "  Tanya Agra.

" Aku ngga apa apa kok. " jawab Tania seraya tersenyum dan terlihat salah tingkah.

Dibelakang ada Yadi dan Siska yang tengah melihat adegan Antara Arga dan Tania, kedua nya pura pura tidak melihat saat adegan yang terjadi barusan antara Agra dan Tania, seolah tidak ingin membuat rusak suasana mereka.

" Tenang... kita nggak lihat kok adegan barusan.... " Ujar Siska dengan jari menbentuk seperti huruf v antara jari telunjuk dan jari manis.

Bisa dibayangkan seperti apa yang dirasakan oleh Agra yang tidak pernah memegang tangan seorang gadis,  juga yang memang dari awal sudah merasakan gugup saat melihat Tania dan sekarang harus ada adegan yang tidak terduga seperti tadi.

Tapi Agra sendiri kembali sadar memposisikan bahwa dia adalah seorang anak laki laki, walau sebutannya masih anak-anak, dia pun lalu mengulurkan tangannya membantu tania untuk melewati jembatan kayu itu, kemudian tangan halus dan lembut Tania pun menyambut tangan Agra yang hendak membantunya naik dengan selamat.

Dengan posisi Agra didepan Tania dan berjalan mundur di Titian jembatan kayu, Arga ingin melihat Tania berjalan mulus sampai naik keatas tanpa terjatuh. Dengan tangan mereka yang masih saling berpegangan. Itulah sisi lain dari yang minderan, sebenarnya punya sifat romantis, perhatian dan kadang rela berkorban.

" Makasih ya... " Ucap Tania, tapi dia tidak berani menatap wajah Agra sedikit memalingkan ke sisi lain, dengan posisi seperti Tania makin terlihat cantik.

Setelah berhasil melewati jembatan kayu dimana keduanya sekarang sudah berada diatas, disisi jalan raya yang percis didepannya ada telepon umum koin. Terlihat juga ada Yadi dan siska yang sekarang berada diposisi yang sama.

Mereka pun lalu melanjutkan perjalanan, berjalan pelan seolah enggan cepat sampai tujuan rumah masing-masing. Karena baik Tania juga Arga masih ingin berlama lama berjalan menyusuri sisian jalan raya.

" Rumah kamu diperumahan itu ya? Diblok berapa ? " Tanya Agra mencoba membuyarkan kebisuan diantara mereka.

" Iya aku diperumahan itu, rumah ku adanya di gang ke tiga dari pintu masuk perumahan sebelah kanan. " Jawab Tania menerangkan.

Sementara itu  Arga terdiam, dalam hati nya mengucap kalau sepengetahuan dia blok yang disebutkan Tania tadi rumahnya cukup bagus bertingkat 2, yang berarti Tania kemungkinan anak berada.

" Aku juga banyak teman, tapi banyaknya dibagian dalam perumahan, kalau dari gapura itu kan kekiri, nah kebanyakannya disana.

" Tapi aku sepertinya baru lihat kamu? " Ucap Agra seraya sesekali melihat Tania dari samping.

" Iya SD dibandung, yang memang aku lahir disana nah masuk SMP aku disuruh ayah tinggal disini, dan sekolah disini. Kebetulan disini ada kakak juga karena ayahku memang tugas dibandung dan ada rumah disana. " Tutur Tania menerangkan diakhiri dengan senyuman. Agra hanya terdiam dihatinya memikirkan betapa enaknya hidup jika ada kedua orang tua yang sayang sama anaknya. Hidup bersama dengan penuh kasih sayang, Sedangkan Arga jauh dari hal itu.

Dan tanpa terasa akhirnya mereka berpisah di pertigaan jalan,  belok ke kiri ke perumahan dimana Tania tinggal dan lurus ke jalan kerumah Arga masih lumayan jauh dari perumahan itu. Terlihat oleh Agra sesekali Tania melihat kebelakang.

Agra sengaja tidak langsung jalan, memilih tetap berdiri untuk melihat Tania masuk kedalam perumahan. Dan Tania menoleh dia pun menyunggingkan senyum lalu  melambaikan tangan kearah Agra, Agra membalas lambaian tangan Tania, tak lama dari itu, dia kemudian  memutuskan melanjutkan langkahnya.

" Lupa ya, kalau kamu lagi bareng teman Gra? " Tiba tiba Yadi menampar pelan pundak Arga.

" Oh iya, hehehe, lah kan tadi ada Siska jadi nggak kayak nyamuk." Agra sedikit menunjukan giginya kearah Yadi.

" Tapi, akhirnya aku senang kamu bisa lebih berani sekarang, walau awalnya terlihat gugup... " Ujar Yadi seraya mengiringi langkah Agra.

" Perasaan itu masih adalah sedikit, tapi jujur sepertinya aku mulai menyukainya. " Kata Agra, yang tak lama dari berkata seperti itu, dia menundukan kepalanya.

" Kenapa, jangan bilang lagi merasa minder? " Yadi memperhatikan wajah Agra seksama.

" Pasti adalah, aku harus sadar diri juga. " Agra menoleh kearah Yadi.

" Pelan-pelan pasti bisa kok.. " ujar Yadi yang selalu memberi semangat pada Agra.

Lalu akhirnya mereka pulang kerumah masing masing. Ada perasaan tidak menentu dihati Arga, perasaan senang bercampur dengan rasa minder semua menjadi satu. Tapi karena seperti mulai menyukai Tania, Arga mencoba berusaha mengusir rasa minder itu.

Terpopuler

Comments

Rudy Koswara

Rudy Koswara

orang pacaran jaman dulu memang begitu

2024-11-01

2

mahesa Prasetyo

mahesa Prasetyo

Malu malu tapi malu = seru

2024-11-17

1

Ahmad Fauzi

Ahmad Fauzi

Karya yang bagus

2024-11-01

1

lihat semua
Episodes
1 Putih Biru
2 Tania
3 Pemalu
4 Bukan Play Boy
5 Seutas Senyuman
6 Sambil Bekerja
7 Belum Cukup Umur
8 Bukan Tidak Suka
9 Tamu Dari Jakarta
10 Mendatangi Ke Sekolah
11 Ada Apa Dengan Vina
12 POV Vina
13 Cemburu?
14 Kalau Suka Bilang
15 Ujian Hati Agra
16 Anak Santri?
17 POV Agra
18 Ujian Hati 2
19 Jawaban Dari Surat
20 POV Tania
21 Vina Menyatakan Cinta
22 Menyatakan Cinta
23 Pacar Pertama
24 Pembicaraan Serius
25 Harapan Vina
26 Sebuah Hasutan
27 Perasaan Serba Salah
28 Sakit
29 Kelucuan
30 Ijinkan Aku Hanya Dengan Satu Gadis
31 POV Maya
32 Sebuah Lagu
33 Sekolah Lagi
34 Apa Aku Salah?
35 Perubahan Sikap Agra
36 Akhirnya Yang Ditakutkan Terjadi
37 Komunikasi Itu Penting
38 Kedatangan Sosok Ibu
39 Tidak Punya Rasa Benci
40 Pamit
41 Masih Berharap
42 Ada Perkara Lain?
43 Menuju Pengalaman Baru
44 Romantika
45 Permintaan Vina
46 Oh Ternyata...
47 Loyalty Is Always Tested
48 Pekerjaan Baru
49 Karakter Bos
50 Vina Kerja?
51 Pengalaman Pertama Vina
52 Difitnah?
53 Konflik
54 Belajar Kuat, Belajar Sabar
55 Teman Curhat
56 Kandas
57 Nenek Pahlawanku
58 Agra Berubah?
59 Jika Cinta Sudah Terlanjur Ada
60 Mungkin
61 Terima Kasih Tania
62 Siapa Kakek itu?
63 Abah Sayuti
64 Vina Hilang
65 Ketulusan Yang Berseberangan
66 Kerumah Abah Sayuti
67 Nasehat Abah Sayuti
68 Kehilangan?
69 Saudara Yadi
70 Keegoisan Erick
71 Hatinya Sudah Beku
72 Gadis Bar Bar
73 Tidak Ada Bahasan Lain
74 Ya Sudahlah
75 Ketahuan?
76 Bella VS Vina
77 My Feel Your Feel
78 Mulai Berteman
79 Kekhawatiran
80 Nasehat
81 Say To Goodbye
82 Why Are U Crying?
83 Ucapan Abah Sayuti, Nyata
84 Perpisahan
85 Perubahan Seorang Agra
86 Penjaga Parkiran Di Cafe
87 Dunia Malam
88 Kesiangan
89 Tanda Tanya
90 Ternyata...
91 Bertekad
92 Still About U
93 Silsilah Keluarga dan Rumah
94 Curhatan Dessy
95 Berusaha Menasehati
96 Dessy Kabur
97 Ada 15 Wanita
98 Menjaga Mata Itu Tidak Mudah
99 Keinginan Mereka Yang sebenarnya
100 Terakhir Kerja
101 Surat Dari Vina
102 Komunikasi Dengan Vina Lagi
103 Tentang Cinta, Tentang Cita Cita
104 Semua Tidak Sesuai Harapan
105 Putih Abu Abu
106 Di Cap Sombong
107 Air Doa
108 Gejolak Kawula Muda
109 Pekerjaan Baru
110 Masuk OSIS
111 Pelantikan OSIS
112 Bertemu Vina Lagi
113 Masih Ada Pembahasan Yang Sama
114 Baru Cerita Jujur
115 Mengharu Biru
116 Ini Memalukan
117 Kumpul Kembali
118 Sebuah Gambaran
119 Ikhlas Adalah Kuncinya
120 Pamit
121 Kartu Ucapan
122 Drama Tidak Berkesudahan
123 Si Minder VS Si Ramah.
124 Gadis Pemalu?
125 Bertemu Dessy Kembali
126 Cerita Dessy
127 Berkelahi?
128 Damai
129 Siapa Sarah Sebenarnya?
130 Gaul Boleh, Nakal Jangan
131 Bertemu
132 Terungkap
133 Cerita Sarah
134 Memutuskan Masuk Pesantren
135 Good Luck Sarah
136 Petuah Sepuh
137 Pertanyaan Yang Terlupakan
138 Serba Serbi Sifat Teman
139 Kamu... Nggak Peka!!!
140 Masih Tidak Mempunyai Feel
141 Kembang Desa
142 Circle Antah Berantah
143 Mereka Aslinya Baik
144 Drama Itu Lagi
145 Vina Kesekolah Agra?
146 Melepaskan Dengan Ikhlas
147 Bicara Hati Ke Hati
148 Keikhlasan
149 Mengubah Jalan Pikiran.
150 Seiring Waktu
151 Masih Tentang Dia
152 Membicarakan Niatnya
153 Pertama Kalinya
154 Aku Memang Bodoh
155 Obrolan Bermutu
156 Yang Diharapkan datang
157 Berpamitan
158 Go To Jakarta
159 Beda Adat
160 POV Vina
161 Akhir Cerita
162 Selesai
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Putih Biru
2
Tania
3
Pemalu
4
Bukan Play Boy
5
Seutas Senyuman
6
Sambil Bekerja
7
Belum Cukup Umur
8
Bukan Tidak Suka
9
Tamu Dari Jakarta
10
Mendatangi Ke Sekolah
11
Ada Apa Dengan Vina
12
POV Vina
13
Cemburu?
14
Kalau Suka Bilang
15
Ujian Hati Agra
16
Anak Santri?
17
POV Agra
18
Ujian Hati 2
19
Jawaban Dari Surat
20
POV Tania
21
Vina Menyatakan Cinta
22
Menyatakan Cinta
23
Pacar Pertama
24
Pembicaraan Serius
25
Harapan Vina
26
Sebuah Hasutan
27
Perasaan Serba Salah
28
Sakit
29
Kelucuan
30
Ijinkan Aku Hanya Dengan Satu Gadis
31
POV Maya
32
Sebuah Lagu
33
Sekolah Lagi
34
Apa Aku Salah?
35
Perubahan Sikap Agra
36
Akhirnya Yang Ditakutkan Terjadi
37
Komunikasi Itu Penting
38
Kedatangan Sosok Ibu
39
Tidak Punya Rasa Benci
40
Pamit
41
Masih Berharap
42
Ada Perkara Lain?
43
Menuju Pengalaman Baru
44
Romantika
45
Permintaan Vina
46
Oh Ternyata...
47
Loyalty Is Always Tested
48
Pekerjaan Baru
49
Karakter Bos
50
Vina Kerja?
51
Pengalaman Pertama Vina
52
Difitnah?
53
Konflik
54
Belajar Kuat, Belajar Sabar
55
Teman Curhat
56
Kandas
57
Nenek Pahlawanku
58
Agra Berubah?
59
Jika Cinta Sudah Terlanjur Ada
60
Mungkin
61
Terima Kasih Tania
62
Siapa Kakek itu?
63
Abah Sayuti
64
Vina Hilang
65
Ketulusan Yang Berseberangan
66
Kerumah Abah Sayuti
67
Nasehat Abah Sayuti
68
Kehilangan?
69
Saudara Yadi
70
Keegoisan Erick
71
Hatinya Sudah Beku
72
Gadis Bar Bar
73
Tidak Ada Bahasan Lain
74
Ya Sudahlah
75
Ketahuan?
76
Bella VS Vina
77
My Feel Your Feel
78
Mulai Berteman
79
Kekhawatiran
80
Nasehat
81
Say To Goodbye
82
Why Are U Crying?
83
Ucapan Abah Sayuti, Nyata
84
Perpisahan
85
Perubahan Seorang Agra
86
Penjaga Parkiran Di Cafe
87
Dunia Malam
88
Kesiangan
89
Tanda Tanya
90
Ternyata...
91
Bertekad
92
Still About U
93
Silsilah Keluarga dan Rumah
94
Curhatan Dessy
95
Berusaha Menasehati
96
Dessy Kabur
97
Ada 15 Wanita
98
Menjaga Mata Itu Tidak Mudah
99
Keinginan Mereka Yang sebenarnya
100
Terakhir Kerja
101
Surat Dari Vina
102
Komunikasi Dengan Vina Lagi
103
Tentang Cinta, Tentang Cita Cita
104
Semua Tidak Sesuai Harapan
105
Putih Abu Abu
106
Di Cap Sombong
107
Air Doa
108
Gejolak Kawula Muda
109
Pekerjaan Baru
110
Masuk OSIS
111
Pelantikan OSIS
112
Bertemu Vina Lagi
113
Masih Ada Pembahasan Yang Sama
114
Baru Cerita Jujur
115
Mengharu Biru
116
Ini Memalukan
117
Kumpul Kembali
118
Sebuah Gambaran
119
Ikhlas Adalah Kuncinya
120
Pamit
121
Kartu Ucapan
122
Drama Tidak Berkesudahan
123
Si Minder VS Si Ramah.
124
Gadis Pemalu?
125
Bertemu Dessy Kembali
126
Cerita Dessy
127
Berkelahi?
128
Damai
129
Siapa Sarah Sebenarnya?
130
Gaul Boleh, Nakal Jangan
131
Bertemu
132
Terungkap
133
Cerita Sarah
134
Memutuskan Masuk Pesantren
135
Good Luck Sarah
136
Petuah Sepuh
137
Pertanyaan Yang Terlupakan
138
Serba Serbi Sifat Teman
139
Kamu... Nggak Peka!!!
140
Masih Tidak Mempunyai Feel
141
Kembang Desa
142
Circle Antah Berantah
143
Mereka Aslinya Baik
144
Drama Itu Lagi
145
Vina Kesekolah Agra?
146
Melepaskan Dengan Ikhlas
147
Bicara Hati Ke Hati
148
Keikhlasan
149
Mengubah Jalan Pikiran.
150
Seiring Waktu
151
Masih Tentang Dia
152
Membicarakan Niatnya
153
Pertama Kalinya
154
Aku Memang Bodoh
155
Obrolan Bermutu
156
Yang Diharapkan datang
157
Berpamitan
158
Go To Jakarta
159
Beda Adat
160
POV Vina
161
Akhir Cerita
162
Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!