Three : Wasiat

Veyra POV’

Hari ini jenazah Om Dion dan Tante Dian siap untuk di kebumikan. Waktu gue lihat dua jenazah masuk ke liang lahat gue sempet menitihkan air mata, cepet-cepet gue hapus supaya gak ada orang yang tau. Gue bersama rekan-rekan kerja Om Dion menghadiri prosesi pemakaman dengan hikmad.

Pemakaman telah selesai, rekan-rekan kerja Om Dion pun satu persatu pamit pulang. Hanya gue yang masih ada di situ. Berjongkok di depan ubin yang bertuliskan nama. Sosok nama yang sangat gue sayang.

"Om, Tante Vee udah kasih nama buat baby kalian. Reno Diovangga namanya, bagus kan?" gue masih menatap nanar ke arah batu nisan itu. Gue lihat taburan bunga di atasnya. "Vee janji Om, Tante bakal rawat baby Reno sampai kapanpun. Vee juga janji bakal sering-sering dateng kesini untuk sekedar curhat sama Tante. Vee pulang dulu ya" gue berdiri dan segera kembali pulang.

Sesampainya di rumah, gue langsung ganti baju lalu bersih-bersih badan. Setelah itu baru deh gue gendong baby Reno. Dia masih merem, imut banget kaya gue.

"Non, ada orang mau ketemu sama non" ucap Bi Yati membuat gue mengernyitkan dahi, siapa?

Gue turun dari tangga dan melihat satu orang pria paruh baya dengan jas formal duduk dengan membawa berkas-berkas. "Hallo bu Veyra, senang bertemu anda" ucap lelaki itu setelah tau gue dateng.

"Perkenalkan saya pengacara andalan bapak Dion, nama saya Ivan kurniawan" pria bernama Ivan itu mengulurkan tangan nya, dengan sopan gue menjabat tangan nya.

"Silakan duduk pak" titah gue sama dia.

"Jadi maksud dan tujuan saya datang kemari untuk memberitahu surat wasiat yang sudah di tanda tangani oleh bapak Dion" jelasnya. Gue cukup bingung sih, tapi gue merespon sebisa mungkin.

"Surat wasiat apa pak?" saat gue tanya itu, pak Ivan langsung membuka berkas yang sedari tadi ia bawa, lalu menyodorkan nya ke gue. Gue baca satu persatu tulisan nya. Tulisan nya semacam ini,

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Dion Mahendra ingin mewariskan semua harta dan perusahaan saya kepada :

Veyra Esyley

Jika saya belum sempat mengajarkan apapun perihal perusahaan, silakan bertanya pada bawahan saya yang bernama Raka Maexandro. Dia adalah salah satu tangan kanan saya dan menjabat sebagai manager di perusahaan saya. Demikian surat wasiat ini saya buat. Terimakasih.

Setelah gue baca surat itu dengan baik, itu artinya gue harus bekerja di perusahaan Om Dion dan waktu nongkrong gue akan berkurang. Tapi mau bagaimana pun ini adalah wasiat, dan harus gue terima. Akhirnya gue menandatangani surat wasiat itu, dan menyetujui semua persyaratan nya. Pak Ivan juga segera memproses balik nama semua akses rumah dan perusahaan milik Om Dion menjadi milik gue. Setelah memberitahu perihal ini, pak Ivan segera kembali ke kantor untuk mengurus segalanya.

Gue kembali ke kamar untuk menidurkan kembali baby Reno. Gue harus cepet-cepet nyari baby sitter buat dia. Gue gak bisa urus dia selama 24 jam, secara gue masih sekolah, belom lagi gue harus ngurus perusahaan. Jadi setelah ini gue harus cari baby sitter buat baby Reno.

"Non ada temen-temen nya non" busyet gue lupa, tadi Alin bilang bakal kesini setelah pulang sekolah sama geng rusuh gue. Gue langsung menaruh baby Reno di kasur dengan hati-hati supaya tidak menangis. Sebelum meninggalkannya, gue suruh Bi Yati untuk menungguinya terlebih dahulu. Sampai teman-teman kampret gue itu pulang.

Gue turun dari kamar, yang gue lihat mereka asik ketawa-ketiwi disini. Mereka sama sekali enggak mandang kalo gue ini masih berduka. Sungguh temannya yang sangat good job. Saat mereka sadar gue dateng, mereka langsung kicep.

"Vee gue turut berduka cita ya" ucap Wanda dengan nada memelas.

"Gue juga Vee" sahut Chika.

"Gue juga Vee" timpal Shyiren.

"Lo enggak Lin?" gue tanya Alin yang fokus pada layar ponselnya.

"Kemarin kan gue udah" jawabnya enteng.

"Kirain mau nambah lagi. Iya sans, gue gak papa gais. Btw makasih ya udah dateng ke rumah gue” jawab gue.

Diam beberapa menit, akhirnya Shyiren membuka suara. "Gue mau curhat nih" gue antusias banget waktu Shyiren ngomong gitu. Gue jadi kepo tentang curhatannya.

"Curhat aja" sahut Chika dan di hadiahi anggukan oleh semua.

"Gue kaya nya suka sama Rizky"

Duarr!! Satu kalimat yang membuat gue kaget demi apapun disitu. Mau di bilang sakit ya enggak, mau di bilang seneng juga enggak.

"Seriusan lo demen abang gue?" gue lihat wajah Alin gak percaya banget sama ucapan Shyiren.

"Kenapa emang nya?" tanya gue dengan wajah polos.

"Ya gak papa sih, gue tadinya mau jodohin abang gue sama orang" jawab Alin tanpa berdosanya.

"Sama siapa?!" tanya Wanda dan Chika kompak.

"Enggak, gak jadi. Kan Shyiren suka sama abang gue yang tengil itu"

Shyiren tersenyum, "Lo semua mau bantuin gue kan?" Shyiren terlihat menaruh harapan besar ke gue sama yang lainnya juga. Kali ini gue gak bisa janji, kerjaan gue juga banyak sekarang dan gue aja gak yakin bisa ngerjain semuanya apa enggak.

"Gue bisa-bisa aja" jawab Wanda.

"Me too" sahut Chika.

"Kalo lo sama Alin gimana?" Shyiren menatap gue sama Alin bergantian.

"Ntar gue coba ya" Alin sudah memberikan jawabannya. Sementara gue belum.

"Kalo lo gimana Vee?" mampus gue, gue harus jawab apa nih.

"Em, gue gak janji. Tapi gue bakal usaha in" jawab gue super-super gugup.

"Makasih ya, gue sayang banget sama kalian" Shyiren memeluk bahu kita berempat. Meskipun begitu gue masih khawatir. Entah karena apa.

Karena waktu sudah hampir magrib, temen-temen gue memutuskan untuk pulang ke rumah. Setelah kepergian mereka gue kembali ke kamar untuk melihat keadaan baby Reno.

"Biar aku yang gantian jagain Bi" ucap gue sesopan mungkin pada Bi Yati.

"Baik non, Bibi permisi dulu" Bi Yati keluar dan tak lupa menutup kembali pintu kamar. Gue mendekati baby Reno yang asik tidur di atas ranjang, gue pun ikut berbaring di sebelah nya.

"Bunda harus belanja perlengkapan kamu sayang, bunda juga belum beli box bayi buat kamu"

kaya nya gue besok belum bisa berangkat sekolah deh, gue harus ke kantor dulu sambil belanja kebutuhan baby Reno, sekalian cari baby sitter nya.

Gue berbaring di sebelah baby Reno. Yang buat gue seneng disini adalah baby Reno enggak pernah rewel. Dia anteng banget, lucu lagi. Gue gak pernah nyesel buat jadiin dia anak gue walaupun gue masih SMA.

Gue menerawang langit-langit kamar. Mulai sekarang gue harus ninggalin sifat buruk gue. Gue udah gak boleh pergi ke club lagi sekarang, apalagi mabuk. Tapi kalo rokok? Ya perlahan gue mungkin bisa. Ini semua demi baby Reno dan demi janji gue ke tante Dian.

Gue bakal selalu yakin kalo hadirnya baby Reno di kehidupan gue, bakal ngerubah kehidupan gue semakin lebih baik. Dan gue juga yakin gue pasti bisa ninggalin dunia gelap gue.

"Bunda sayang sama kamu" gue kecup pipi mungil baby Reno yang matanya masih terus terpejam.

Krukk…kruk…

Tiba-tiba perut gue meronta-ronta minta diisi. Alhasil gue pergi ke dapur buat isi perut. Gue lihat keadaan dapur sudah sepi, mungkin Bi Yati udah istirahat. Gue bikin susu dan sandwich untuk makan malam gue. Gue duduk di meja makan dengan asyik mengunyah roti.

Disitu gue jadi kepikiran sama orang tua gue. Kaya apa ya wajah mereka? Mereka baik atau buruk? Ah yang pasti mereka buruk. Kalo baik mereka pasti gak akan ninggalin gue dan nitipin gue ke adiknya. The oath is really cruel to me.

Setelah roti dan susu gue habis, gue langsung kembali ke kamar. Gue gak tega ninggalin baby Reno sendirian. Gue langsung baring di sebelahnya. Kemudian terbawa di alam bawah sadar.

...----------------...

Jangan lupa like ma komen sebanyak-banyak nya ya gais, biar author juga makin seneng dan semangatt. Ada yang kepo sama visual cast yang lain ga?

Bakal ku upload visual cast yang lainnya di part selanjutnya yaa✨

To be continued…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!