Gairah My Step Brother
•••
Di usia dua puluh dua tahun, Kenzio Danierka Valert nyaris tidak punya waktu untuk sekadar bernapas.
Pagi diisi dengan revisi skripsi yang seolah tak ada habisnya, siang bergulat dengan laporan keuangan klien di perusahaan akuntansi kecil yang ia bangun sejak awal kuliah. Sejak SMA, angka-angka adalah dunianya — sampai akhirnya ia sadar, hidup bukan cuma soal angka.
Karena sore ini, satu hal di luar logika datang menghampirinya.
Kenzio bersandar di pintu rumah besarnya, tangannya di saku celana, matanya menatap mobil hitam yang baru berhenti di halaman. Dari sana keluar sosok yang — kalau bisa — ingin ia hindari sejak awal.
Zafanya Reskantara.
Gadis semester empat, junior yang dulu ia selamatkan dari kelakuan bejat mantan pacarnya. Gadis yang, entah kenapa, menatapnya dengan cara yang tidak pernah ia pahami — seolah Kenzio adalah satu-satunya dunia yang ia punya.
Dan mulai hari ini…
Gadis itu resmi menjadi adik tirinya.
Kenzio masih belum tahu apa yang lebih aneh dari kenyataan ini — bagaimana ayahnya bisa jatuh cinta pada seorang model terkenal —ibu Zafanya— atau bagaimana gadis yang dulu memanggilnya "Kak Kenzio" itu kini akan tinggal satu atap dengannya.
"Tolongin, Ken!" Seruan Sang Ayah berhasil membuat Kenzio berdecak kecil. Bukan sebuah bentuk pembangkangan pada Ayahnya, hanya saja, ia malas berurusan dengan kegilaan Zafanya lagi.
"Kak Ken!" Gadis itu berseru ceria, matanya berbinar, "Kangennn!" Ia berlari menghampiri Kenzio dan merentangkan tangan ingin memeluk. Membuat Kenzio langsung menahan jidat anak itu sembari berdecak.
"Jangan aneh-aneh! Inget kita saudara mulai sekarang!" Kata Kenzio sembari membawa beberapa koper dari bagasi mobil ayahnya. Sebelumnya ia masih sempat menyapa ibu Zafanya selaku istri baru ayahnya, Maishafa Reskantara.
"Ken, Ayah sama Bunda Shafa langsung pergi ke Singapore ya, nggak bisa ditunda-tunda lagi." Kata Daniel Valert sembari membawa beberapa koper juga, berjalan memasuki rumahnya dengan Maishafa disampingnya.
"Iya, Yah, hati-hati."
"Kamu jagain Zafa! Jangan macem-macem! Jangan jahat! Jangan judes!" Kata Daniel membiarkan koper ditangannya diambil alih oleh pelayan.
"Iya, Yah, iyaa." Kata Ken setelah menoleh pada Zafanya yang senyum-senyum tidak jelas.
"Ayah sama Bunda pergi aja, nggak usah khawatirin Zafa, Zafa udah gede, Yah." Cewek itu akhirnya membuka mulut.
Membuat Daniel menatapnya tak percaya, "Halah, waktu itu aja kamu kabur dari rumah sampai Bunda kamu pusing nyariin." Balas lelaki 47 tahun itu sembari tertawa.
"Itu beda cerita, Yah." Balas Zafanya tertawa pelan, begitu lembut, membuat Kenzio berdecih pelan.
"Yaudah, kita berangkat ya, Za, Ken." Sahut Maishafa.
"Iya, Tan, Tante nggak usah khawatir, Ken bakal jagain Zafanya, kok." Balas Kenzio.
Setelah pasangan baru itu meninggalkan halaman rumahnya, Kenzio berjalan masuk kedalam. Membuat Zafanya mengekori lelaki tinggi yang langkahnya besar itu.
"Mau kemana kak?" Tanyanya.
"Makan." Jawabnya berbelok menuju dapur, "Lo udah makan malam?"
"Belum..." Jawab Zafanya pelan.
Kenzio mengambil roti dari dalam lemari, Zafanya setia mengikuti pergerakannya dengan senyuman kecilnya.
"Mau?" Tanya Kenzio mengangkat selembar roti gandum yang sedang ia oleskan selai coklat.
"Engga... Maunya elo, Kak." Balas Zafanya pelan, lalu langsung menipiskan bibir saat sadar dirinya keceplosan.
Kenzio sempat tersentak, tapi kemudian pura-pura tak mendengar, memilih berlalu pergi meninggalkan dapur, membuat cewek itu kembali mengikutinya sembari tertawa.
"Makan nggak boleh sambil jalan, Kak." Kata Zafanya berlari kecil menaiki tangga, berusaha mengimbangi langkah kaki Kenzio.
"Hm." Kenzio masih asik menyuapkan roti gandum kedalam mulutnya, sampai saat cewek itu menarik lengannya dan ikut menggigit lembaran roti ditangan Kenzio.
"Ck, bikin sendiri sana!"
"Males, Kak. Boleh bikinin nggak? Tapi coklatnya jangan banyak-banyak, mau diet." Katanya berhasil membuat Kenzio kembali berdecak kesal. Tetapi akhirnya ia kembali menuruni tangga dan berjalan menuju dapur.
Zafanya bersender pada meja, memperhatikan cowok itu dari samping. Ia membuka mulut, "Beberapa hari lalu gue ketemu Gior, loh."
Membuat Kenzio langsung menoleh kearahnya, "Terus? Dia apa-apain lo lagi?" Katanya kesal, bisa-bisanya cowok brengsek itu sama sekali tak punya malu.
"Enggak, kok. Cuma mohon-mohon bentar." Kata Zafanya tersenyum tipis.
Kenzio baru tersadar bahwa hari ini seorang Zafanya begitu kalem, membuat Kenzio mengangkat tangannya dan mengelus puncak kepala Zafanya, "Kalau dia datengin lo lagi, telpon gue. Biar gue kasih pelajaran."
Kenzio masih ingat betul sekitar semester lalu si Gior-Gior itu hampir melecehkan Zafanya di toilet fakultas. Untung saja ia mendengar teriakan cewek itu hingga langsung mendobrak pintu toilet laki-laki tersebut.
"Gue suka sama lo, Kak." Kata Zafanya tiba-tiba.
"Inget, kita saudara sekarang."
"Saudara tiri, Kak. Kalo lo lupa."
Kenzio menoleh pada cewek itu, lalu menghela nafas melihat tatapan aneh cewek itu. Dia tak suka ditatap langsung ke netranya, hal itu membuat jantungnya jadi berdebar lebih cepat.
Cinta? Bukan, itu bukan cinta. Dia tidak pernah menganggap cinta itu ada. Dia sama sekali tak percaya cinta. Buktinya saja, orang tuanya yang semasa ia kecil terlihat saling mencintai, bisa bercerai begitu saja dan saling membenci saat ini. Baginya cinta itu sama saja dengan sex, perasaan yang hanya berisikan nafsu semata.
Kenzio mengemas kembali sisa roti serta selai coklat tersebut saat ia selesai membuatkan empat lembar untuk Zafanya.
Tapi pergerakannya terhenti saat ia merasakan pinggangnya dilingkari oleh tangan Zafanya, cewek itu tiba-tiba memeluknya dari belakang. Dengan begitu lembut. hingga Kenzio refleks menahan nafasnya.
Dia berdecak, "Lepas, Za. Jangan aneh-aneh."
"Nggak mau," cewek itu malah mengeratkan pelukannya. "Gue capek kak, bentar aja." Sambungnya lirih.
Dan sudah lima menit mereka terdiam dengan posisi seperti itu, membuat Kenzio akhirnya berdecak kesal merasakan dua aset kembar Zafanya yang menempel di punggungnya.
"Lepas Za, makan nih rotinya."
"Nggak laper."
Kenzio menghela nafas, "Gue geplak lo lama-lama. Lepas dulu deh pelukannya." Katanya kesal.
"Nggak mau!"
"Lepas, Za! Nggak nyaman gue." Tangannya bergerak berusaha melepas lingkaran tangan Zafanya pada pinggangnya.
"Ck! Dada lo kerasa, anjir!" Decaknya akhirnya, berhasil membuat Zafanya spontan melepas pelukan itu dan menyilangkan tangan di dadanya.
"MESUM LO KAKHMM—"
Kenzio dengan cepat membekap mulut cewek itu, khawatir para pelayan mendengar dan melaporkannya pada ayahnya.
"Lo yang peluk gue, malah nuduh gue yang mesum?" Desis cowok itu.
"Ya, lagian kenapa nggak bilang dari awal? Kenapa baru bilang pas udah lama gue peluk lo?" Kata Zafanya ikutan kesal.
"Ck! Kan lo bilang capek, pengen peluk sebentar."
"Alesan! Lo pasti nikmatin kan, Kak? Ihh, serem banget!" Zafanya yang cerewet benar-benar sudah kembali.
"Nggak nafsu gue sama lo, Za. Nggak nafsu."
Cowok itu pergi meninggalkan Zafanya, ingin kembali ke kamarnya dilantai dua dengan menggunakan lift, tidak ada tenaga lagi untuk menaiki tangga satu persatu. Zafanya pun berlari memasuki lift dengan sepiring roti gandum tadi serta susu segar yang ia ambil dari kulkas.
"Kenapa nggak nafsu? Gue seksi gini?!" Katanya mengedipkan mata, membuat Kenzio lagi-lagi berdecih.
"Seksi? Datar gitu lo bilang seksi?"
Zafanya menganga kaget, "Kak sumpah frontal banget ngomongnya! Mesum! Jahat banget!" Pekik cewek itu, ekspresinya syok, terlihat mendramatisasi.
"Iya, salahin aja gue terus, salahin." Kata cowok itu pasrah.
Pintu lift terbuka, membuat cowok itu segera berjalan memasuki kamarnya. Dan tentu saja diikuti oleh Zafanya yang dengan santainya nyelonong masuk. Kelakuannya benar-benar membuat Kenzio lelah.
"Kamar lo disamping, Za."
"Iya, tau, kok." Katanya memakan roti gandum tadi dengan santai, dia duduk di sofa dan menatap Kenzio dengan senyuman manis.
"Terserah lo lah." Kata Kenzio berusaha tak peduli. Dia membuka kemejanya, hingga Zafanya bisa melihat punggung polosnya.
"Wahh, keren, Kak." Cewek itu menghampirinya, "Boleh pegang nggak?" Katanya menunjuk kotak-kotak diperut Kenzio.
"Mau ngelecehin gue?" Tanya cowok itu sarkas.
"Boleh?" Tanya Zafanya mengulurkan tangannya hendak menyentuh.
Kenzio mendelik, dia lupa bahwa Zafanya itu rada gila. Dia berjalan menuju nakas, menaruh jam tangan yang baru ia lepas. Saat membalikkan badan, cewek mungil itu berdiri tepat dibelakangnya dan—
Brak!
Mereka terjatuh kelantai. Dengan Kenzio yang menindih cewek itu.
"ARGH BERAT, KAK, SUMPAH!" Zafanya berontak dari kukungan Kenzio, membuat Kenzio kembali berdecak frustasi. Bagian inti tubuhnya bergesekan dengan paha cewek itu.
"Ck!" Cowok itu segera bangkit dan duduk dilantai. Dan dalam sepersekian detik sebelum Zafanya ikutan duduk, tanpa sengaja matanya merekam pemandangan rok pendek cewek itu yang terangkat hingga melihatkan sedikit celana dalam hitamnya, baju semi crop nya pun terangkat hingga perut mulusnya ikutan terekspos.
Kenzio menelan ludahnya kasar hingga jakunnya naik turun, rahangnya mengeras, dia segera berjalan menuju kamar mandi.
"Sumpah, Kak! Lo itu manusia atau titan, sih? Berat banget?!" Gerutu cewek itu, tak tau bahwa hanya dalam satu detik saja Kenzio bisa memperhatikan dengan detail tubuhnya tadi.
"Keluar dari kamar gue." Ucapnya membanting pintu kamar mandi.
Dibawah shower yang membasahi tubuhnya, lelaki itu menatap kebawah, pada bagian tubuhnya yang menonjol dibalik celana.
"Bisa-bisanya lo bangun!" Katanya segera melepaskan celana itu, dan dilanjutkan dengan ritual malam.
•••
Zafanya Outfit today⬇️⬇️
Kenzio Outfit Today⬇️⬇️
*all pic from Pinterest
Like, comment and subscribe juseyoo🔥🔥
Satu like aja sangat-sangaaaattttttttt berhargaaaa🙂↕️🙂↕️
Tolong dukung author kecil ini🙂↕️🙂↕️🙂↕️🙂↕️🙂↕️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Siti Nina
Mampir thor kesan pertama oke ceritanya 👍👍👍
2025-09-17
1
Uthie
keep 👍
2024-12-09
1
®ayess👏😒
ritual adat mana lagi ini🤔
2024-09-09
1