Di dalam mobil, sudah kurang lebih 7 menit keadaan begitu hening. Zean yang fokus mengemudi, dan Nayla yang hanya diam menatap ke arah luar lewat jendela mobil.
"Kamu kenapa? sedang memikirkan sesuatu? kalo tidak keberatan, saya ingin kamu berbagi cerita dengan saya." Tanya Zean, setelah berusaha keras menahan supaya tidak bertanya.
Nayla menoleh, menatap mata tajam Zean. "Lo kenapa bisa ada disana?" Bukannya menjawab, Nayla malah balik bertanya. "Kenapa lo nolongin gue?" Tanya Nayla.
"Saya tidak sengaja lewat saja, jalan tadi adalah jalan pintas menuju rumah saya. Apa salah jika saya menolong kamu, Nayla? saya akan sangat sakit jika saya telat datang tadi, kamu pasti sudah disakiti oleh bajingan itu." Jawab Zean meluruskan pandangannya ke jalanan, "Lalu kamu? kamu kenapa melewati jalan sepi itu? kamu tau kan jalan itu sangat jarang di lewati orang. Saya bersumpah, rasanya otak saya mendidih ketika melihat kamu hampir di sakiti oleh orang bajingan tadi." Ucap Zean dingin, membuat atmosfer di mobil terasa panas dingin bagi Nayla.
Nayla dapat melihat rahang Zean yang mengetat, juga tangan Zean yang mencengkram erat stir mobil. "Gue baru pulang eskul, dan gue juga sama kaya lo! gue jalan sana karna itu jalan pintas menuju rumah gue, gue nggak tau kenapa tiba-tiba motor gue mogok." Jawab Nayla berusaha menghilangkan kegugupannya, "Ehh iyah, motor gue gimana?" Tanya Nayla panik.
Zean berdecak pelan, "Dari tadi kemana? kenapa baru bertanya, hem?" Ujar Zean membuat Nayla terdiam, apa apaan denger suaranya doang baper batin Nayla. "Motor kamu sudah di ambil oleh karyawan bengkel langganan saya."
Nayla menghela nafas lega, syukurlah. "Makasih yah, karna udah nolong gue." Ujar Nayla pelan. Terdengar lucu di pendengaran Zean, karna Nayla tampak malu-malu. "Apa yang lucu? kok lo ketawa sih?" Mata bulat Nayla melotot ketika Zean terkekeh pelan.
Zean mengatupkan bibirnya, ia menggeleng. "Kamu lucu, Nayla." Ujar Zean membuat wajah Nayla memerah, salah tingkah. "Belok kanan atau belok kiri?" Tanya Zean ketika melewati pertigaan komplek rumah Nayla.
"Kanan." Jawab Nayla gugup, ia menghela nafasnya, Akhirnya sampe juga batinnya merasa lega. Berlama-lama bersama Zean, membuat jantung dan hatinya tidak aman.
Zean memberhentikan mobilnya di depan rumah sederhana bercat hijau yang terlihat klasik dengan tanaman yang begitu banyak menghiasi terasnya.
Nayla segera menggendong tas punggungnya, ia bergerak membuka pintu mobil sport merah milik Zean. "Makasih udah anterin gue pulang. Lain kali gue bakalan teraktir lo makan, sebagai ucapan terimakasih karna udah nolongin gue tadi." Ucap Nayla yang di balas gumamam oleh Zean.
Nayla melambaikan tangannya gugup, "Yaudah kalo gitu gue mau masuk dulu yah, lo hati-hati." Nayla membalikkan badannya hendak turun, namun tangannya di tahan oleh Zean. "Kenapa?" Tanya Nayla menatap tangannya yang dicekal Zean.
"Daripada mentraktir saya makan, saya lebih suka jika kamu yang memasaknya sendiri."
"Hah?" Beo Nayla, mata bulatnya mengedip lucu. Zean yang melihatnya tidak tahan untuk tidak mengacak gemas rambut Nayla, "Besok buatkan saya sarapan, oke?" Ujarnya mendorong pelan punggung Nayla. "Sana, masuklah." Titahnya.
"Oh, Oke." Nayla segera turun dari mobil Zean, ia belambaikan tangannya sekali lagi ketika Zean membunyikan klaksonnya saat hendak pergi dari rumah Nayla.
"Kenapa gue jadi kaya orang dongo sih setiap deket sama Zean?" Gerutu Nayla memukul-mukul kepalanya pelan. Saat hendak masuk ke rumah, tiba-tiba denting ponselnya terdengar. Nayla segera mengecek ponselnya, sepertinya ada pesan masuk.
+62***
[Berhenti menggemaskan Nayla. Segera masuk kedalam, jangan lupa untuk mandi lalu makan oke.]
+62****
[Ini nomer saya, jangan lupa untuk menyimpannya. Selamat beristirahat♡]
Mata Nayla membola, apa apaan ini? astaga! tuhan tolong Nayla, sepertinya sebentar lagi ia harus ke Dokter Spesialis Jantung.
Nayla menjerit tertahan, ia segera masuk ke dalam rumahnya. Saat membuka pintu, yang pertama kali lihat adalah Mamahnya yang tengah berkacak pinggang, menatapnya penuh selidik.
Mamah Nayla, sebut saja Mira.
"Kakak kemana aja? kenapa baru pulang jam segini?"
Nayla cengengesan, "Ehh Mamah! tadi Nay kan eskul Mah, terus tadi motor Nay mogok." Jawab Nayla mencoba setenang mungkin.
"Terus motor kamu mana, Kak? Mamah ngga denger suara motor kamu, Mamah malah denger suara mobil berhenti di depan. Kamu pulang sama siapa tadi?" Tanya Mira sekali lagi.
"Nay pulang sama temen kok, Mah. Motor Nay tadi di bawa ke bengkel, ngga bisa cepet-cepet di bawa. Jadi, temen Nay nawarin buat anterin Nay pulang deh." Jawab Nayla dengan gigi yang terus tersenyum.
Mamah Nayla menghela nafas pelan, "Yaudah, bersih-bersih dulu sana. Abis bersih-bersih, langsung makan yah." Titah Mira yang langsung di balas seperti orang sedang hormat.
Nayla berjalan menuju ke kamarnya, tapi di tengah perjalanan ia membalikkan badannya. "Papah kemana Mah? tadi Nay telpon ngga di angkat." Ujar Nayla.
"Papah lagi pergi ngelayad, temennya ada yang meninggal tadi sore." Jawab Mira, membuat Nayla refleks membaca doa.
"Temen deket Papah, Mah?" Tanya Nayla lagi, ia jadi ingin tahu. Seingatnya, ia mengenal semua teman Papahnya.
"Bisa di bilang gitu." Gumam Mira, "Almarhum ini adalah temen dekat Papah kamu ketika mereka masih kecil." Jelas Mira.
Nayla mengangguk paham, "Aku mandi dulu yah, Mah." Ujar Nayla melanjutkan perjalanannya menuju kamar.
Disisi lain. Tepatnya di kediaman Zean, rumah mewah itu mendadak ramai. Banyak sekali orang di dalam, membuat Zean yang baru memarkirkan mobilnya mengeryit.
Mata elangnya menjelajah, hatinya berdenyut ketika melihat bendera kuning yang tertampang di tiang rumahnya.
Tidak mungkin kan?
~♡~
Setelah selesai mandi dan makan, Nayla kembali ke kamar bernuansa serba orange miliknya. Ia dengan santai memakan keripik singkong sembari membaca buku novel miliknya.
Drtt drtt
Nayla menatap ponselnya yang bergetar, dapat ia lihat nama UsiCantik tertera dilayar ponselnya.
"Halo, Si? kenapa telpon gue malem-malem? ngga jaga lilin lo, sekarang malem jumat loh." Ejek Nayla membuat Usi mendengus di sebrang sana.
"Kita pending dulu bercandanya, lo harus tau sesuatu Nay."
Nayla mengeryit, "Ada apa, Si?" Tanya Nayla sedikit takut, perasaannya menjadi tidak enak.
"Bokapnya Zean, tadi sore meninggal."
Deg
"Apa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Angela M.
Pembaca baru nih, gara-gara cerita ini sangat epic!
2024-07-18
2