🍁🍁🍁🍁🍁🍁
... HAPPY READING... ...
.
.
Sementara itu di lain tempat, Farrel baru saja tiba di rumah orang tuanya.
"Ma, Tasya mana?" tanya pemuda itu pada mamanya yang lagi duduk bersantai di ruang tengah.
"Tasya sudah pulang ke rumah kalian tadi sore sekitar jam lima. Apakah dia tidak memberitahumu, Nak?" Nyonya Tika balik bertanya. Sedangkan Tuan Hendrawan hanya diam sambil melihat berita di televisi.
"Tidak, Ma. Tadi Farrel sudah memberitahunya akan telat datang. Tapi Tasya tidak membalasnya," jawab Farrel masih tetap berdiri, tidak duduk. Karena jika istrinya sudah pulang untuk apalagi dia di sana.
"Duduklah! Ada yang mau Mama bicarakan padamu," kata wanita yang masih terlihat cantik walaupun sudah berkepala empat dan hampir kepala lima tersebut. Farrel tidak bertanya dan langsung saja duduk di sofa singel.
"Apakah kamu habis bertemu Renata?" tebak Nyonya Tika. Soalnya kebiasaan Farrel adalah pergi bersama gadis itu yang merupakan sahabat masa kecilnya.
"Iya, Ma," jawabnya jujur.
"Farrel, sekarang status mu sudah berbeda, Nak. Kamu bukan lagi anak lajang yang bisa pergi semau mu dan pergi bersama siapa saja. Tapi sekarang kamu adalah seorang suami. Apalagi orang yang kau temui itu adalah seorang perempuan," Farrel diam karena tidak paham apa yang mamanya katakan. "Mulai lah menjauhi Renata secara perlahan, karena tidak akan baik untuk pernikahan mu,"
"Maksud Mama bagaimana? Farel tidak paham?" ungkap nya memperjelas pembicaraan sang ibu.
"Maksudnya mulai sekarang kamu jaga jarak dari Renata. Karena tidak baik untuk pernikahan mu dan Tasya. Dia pasti tidak akan suka bila mengetahui suaminya lebih mementingkan orang lain daripada dia. Mama perhatikan sejak kamu pergi dia hanya mengurung dirinya di dalam kamar," jelas Nyonya Tika yang secara diam-diam memperhatikan anak dan menantunya.
"Tapi Renata hanya sahabat Farrel, Ma. Bukan orang lain," jawab pemuda itu tidak senang mendengar mamanya berkata demikian.
"Mama juga tahu dia sahabat mu, tapi tidak ada persahabatan antara pria dan wanita yang benar-benar tulus, Nak. Pasti ada diantaranya memiliki perasaan lebih dari sekedar sahabat. Jadi untuk menjaga rumah tangga mu, kau harus menjauhi Renata. Kalau tidak maka suatu saat nanti akan menjadi bumerang dalam rumah tangga mu."
"Farrel mau pulang sekarang, Ma. Takutnya Tasya menunggu di rumah," ucap Farel langsung berdiri karena dia tidak bisa menerima bila disuruh menjauhi Renata Hanya dialah satu-satunya sahabat baik gadis itu. Jadi mana mungkin menjauhinya karena dia tahu bahwa Renata sangat membutuhkan bahunya sebagai sandaran. Seorang sahabat baik apa mungkin Farrel tega melakukan permintaan mamanya. Itulah yang pemuda itu pikirkan.
"Farrel, tapi Mama belum selesai berbicara. Kamu harus mendengarkan perkataan Mama jika tidak mau menyesal dikemudian hari, Nak" Nyonya Tika ikut berdiri untuk mencegah kepergian putranya.
"Lain kali kita bicarakan lagi ya, Ma. Sekarang Farrel mau pulang dulu karena Tasya itu takut bila sendirian," dusta pemuda tersebut yang sebenarnya ingin menghindari pembicaraan mereka.
"Tapi, Nak. Mama hanya ingin kamu---"
Cup!
"Mama tidak perlu khawatir karena Farrel bukan anak kecil lagi. Putra Mama ini tahu mana yang terbaik untuk rumah tangga kami," Farrel mengecup pipi wanita yang sudah melahirkannya 18 tahun lalu. Dia juga berpamitan pada papanya. Setelah itu pemuda tersebut pergi menuju rumahnya bersama sang istri.
Akan tetapi disaat mau memasuki kawasan perumahan GoldenEye. Farrel melihat mobil istrinya melaju kencang keluar dari arah rumah mereka. Gadis itu mengendarai mobilnya sangat kencang. Bagaikan seorang pembalap yang lagi bertarung di arena balap.
"Sepertinya itu mobil Tasya. Tapi masa sih membawa mobilnya seperti mau terbang. Ah, tidak mungkin lah. Pasti gadis bar-bar itu ada di rumah." Farrel kembali fokus pada jalanan yang ramai. Meskipun hatinya masih memikirkan mobil Ferrari berwarna pink yang sama persis dengan mobil istrinya.
"Berarti benar dia... " Gumam Farrel menggeleng kan kepalanya saat tiba di rumah tidak ada mobil sang istri. Bisa dipastikan mobil yang dia temui di jalan tadi adalah milik istrinya. Dengan langkah pelan Farrel membuka pintu dan masuk rumah, lalu dia kunci lagi. Setibanya di dalam kamar pemuda itu tidak langsung mandi, tapi dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidur.
"Mama ada-ada saja, mana mungkin aku bisa menjauhi Renata. Di adalah sahabatku dan akan tetap seperti itu selamanya. Rena juga membutuhkan diriku sebagai teman curhatnya di saat bersedih." Farrel kembali mengingat nasehat mamanya lagi. Hari ini dia memang menghabiskan waktunya bersama sahabatnya yang lagi bersedih. Lama pemuda itu beristirahat. Hingga satu jam kemudian barulah dia mandi karena gerah dan perutnya pun terasa lapar minta di isi.
Selesai memakai baju kaos pendek berwarna navy dan celana jeans pendek, dia pun ke dapur untuk melihat apakah ada makanan yang bisa dia makan. Namun, mata Farrel melihat ada rantang berisi makanan di atas meja makan.
"Anastasya mau sampai kapan Elo bertingkah seperti ini?" keluh pemuda itu. Disaat Farrel mau mengambil piring, tiba-tiba ponsel disaku celananya bergetar.
"Ya, ada apa, Don? Gue lagi di rumah mau makan malam,"
Tanya Farrel begitu menerima telepon dari Doni sahabatnya.
"Rel, mau ke clubbing nggak? Sebelum bertempur menghadapi pertandingan dan juga ulangan minggu depan, lebih baik kita bersenang-senang dulu. Kiki sama Edo juga ikut, tapi mereka berdua belum datang. Ini sekarang gue baru aja sampai,"
"Enggak, gue cape mau istirahat. Jangan mabuk-mabukan, bro. Nanti ketahuan bokap kena hukum lagi,"
Tolak Farrel karena tubuhnya memang sangat lelah, karena setiap hari selalu sibuk hingga tidak memiliki banyak waktu untuk beristirahat. Namun, sebagai sahabat yang baik dia tidak lupa menasehati sahabatnya.
"Oke, kalau gitu Elo istirahat aja. Gue sama teman-teman mau masuk karena mereka sudah datang."
Doni langsung menutup teleponnya karena Edo dan Kiki sudah datang. Saat ini mereka lagi berdiri di depan Clubbing. Suara dentuman musik House terdengar menggema dari rungan tertutup tersebut.
Sedangkan Farrel melanjutkan niatnya untuk makan malam yang sudah telat. Namun, baru setengah makanan yang dia habiskan. Masuk notif pesan dari Kiki. Penasaran pemuda itu pun langsung membuka pesan tersebut. Matanya melotot lebar, bagaimana dia tidak kaget, video berdurasi satu menit itu menunjukkan istrinya tengah berjoget diantara puluhan laki-laki dan perempuan lainya.
"Rel, rugi elo nggak datang. Lihatlah si cantik Tasya lagi dugem. Gila tahu nggak, karena gue pikir dia akan menangis di rumah karena sudah dihukum oleh Pak Anjasmara. Nyatanya dia lagi bersenang-senang."
Bunyi pesan singkat dari Kiki yang langsung dibalas oleh Evans.
" Serlok, gue nyusul kalian sekarang juga."
Tanpa berpikir panjang Farrel langsung meninggalkan makanannya yang belum habis. Pemuda tersebut masuk ke kamar mengambil jaket beserta dompet dan kunci mobilnya. Dia sampai mengusap wajahnya kasar karena benar-benar tidak habis pikir kelakuan Anastasya yang semakin menjadi-jadi.
Begitu mendapatkan alamat tempat hiburan malam yang didatangi teman-temannya malam ini, Farrel langsung menancap gas mobilnya menuju tempat tersebut.
"Tasya... " seru pemuda itu memukul stir mobilnya. "Elo benar-benar ya pembuat masalah." keluhannya yang tertahan karena percuma saja marah bila gadis itu tidak ada. Kurang dua puluh menit, pemuda itu sudah tiba di tempat tujuan. Dia masuk setelah dengan langkah panjang.
"Rel!" Edo berdiri mendekati Farrel yang mencari keberadaannya. "Ayo ikut gue! Teman-teman kita ada di sebelah sana," ajaknya dan Evans langsung mengikuti Edo dari belakang. Namun, mata pemuda itu mencari-cari keberadaan istrinya.
"Elo kenapa langsung datang setelah gue bilang ada Tasya, Rel. Tadi gue ajak tidak mau datang. Tapi setelah Kiki mengirim video Princess Tasya Elo langsung minta di serlok," cibir Doni. Akan tetapi Farrel hanya diam dan ikut duduk bersama ke tiga sahabatnya.
"Bukan begitu, tadi gue pikir mama ada di rumah, tau-taunya lagi tidak ada. Makanya menyusul kalian," dusta Farrel. Padahal dia datang karena mengetahui istrinya ke tempat hiburan malam.
"Rel, lihatlah itu si bar-bar. Ternyata dia sangat pandai bergoyang. Gue rasa nih ya, dia sudah biasa datang ke tempat ini," kata Edo yang sejak tadi hanya duduk sambil melihat Anastasya dan yang lainya bergoyang hepi. Terkadang gadis cantik itu ikut bernyanyi dengan mengeluarkan seluruh suaranya. Dia berteriak sekeras-kerasnya untuk meluapkan isi hatinya yang tidak bisa dimengerti oleh siapapun.
"Tasya, Elo kenapa seperti cewek nakal gini sih."
Farrel mengepal tangannya erat ketika melihat ada dua orang laki-laki mendekati istrinya dan ikut berjoget di samping gadis itu.
"Sepertinya dia minum alkohol juga. Coba lihatlah Tasya bergoyang begitu hepi berbeda dengan Rista. Dia hanya--"
"Fuck!" umpat Farrel kesal karena laki-laki yang mendekati istrinya berusaha untuk melecehkan gadis itu. Membuat Farrel langsung berdiri pada saat itu juga dan mendekatinya.
"Sorry, gue nggak sengaja," ucap Evans menyenggol pria tersebut yang tidak berbeda jauh dengan usianya.
"Farrel, Elo ada disini juga?" tanya Tasya berhenti bergoyang. Dia seakan-akan salah melihat keberadaan suaminya.
"Ayo!" dengan paksaan Farrel menarik pergelangan tangan Tasya. Tidak perduli gadis itu memberontak sekalipun. Arista yang tidak mabuk ikut ke tepi dari lautan manusia yang terus bergoyang diiringi musik DJ tersebut.
"Rel, lepas! Elo apa-apaan sih," teriak Tasya karena jika tidak seperti itu mana bisa didengar suaranya yang kalah oleh suara musik.
"Ayo kita pulang!" ajak Farrel tanpa berbasa-basi. Pemuda itu bahkan acuh pada tatapan aneh teman-temannya karena melihat kedekatan dia dan Tasya. Soalnya jika di sekolahan, mereka berdua seperti orang bermusuhan atau terkesan tidak saling kenal.
... BERSAMBUNG... ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Nasira✰͜͡ᴠ᭄
farel bener kata mamamu tidak ada persahabatan Antara laki" dan perempuan 🤭
2024-07-11
1
Mrs.Riozelino Fernandez
setelah menikah bahu mu itu untuk sandaran istri mu,bukan wanita lain, apalagi status teman
2024-07-10
1