SMA Langit.
Jam istirahat, Rio menggunakannya untuk membaca buku di belakang ruang kelasnya. Dia jarang makan, juga jarang jajan sehingga tidak mengherankan jika Rio bertubuh kurus. Dimas menghampiri Rio, membawa satu croissant blueberry yang ia makan sendiri. Dimas juga menyodorkan air mineral kepada Rio dan langsung diminum olehnya.
"Makasih."
"Yoi," jawab Dimas. Beberapa detik kemudian ia menyambar air mineral milik Rio lalu meminumnya ugal-ugalan. Dia keseretan.
"Dim, tadi di kelas lo mau ngomong apa soal bokap gue?"
"Oh iya, gue hampir lupa yo mau nerusin cerita ntu. Jadi gini, kemarin-kemarin ada orang datang ke rumah gue. Orang itu nanya-nanya tentang meninggalnya bokap lo sama nanya-nanya tentang lo juga. Orangnya lelaki pakai masker, jadi nggak keliatan bentukan mukanya kaya gimana."
"Terus dijawab apa?"
"Ibu gue yang jawab. Tadinya ibu sempet ngaku nggak kenal sama lo, eh ternyata ibu ketahuan bohong, maaf ya ibu gue jadi cerita apa adanya."
"Yaudah gak pa-pa. Tapi orang itu setelah dapat informasi udah nggak datengin rumah lo lagi kan?" Rio tidak tertarik bertanya lebih lanjut tentang apa tujuan orang tersebut bertanya-tanya soal keluarganya. Bahkan Rio terkesan tidak terusik dengan cerita Dimas barusan.
"Udah nggak si."
"Aman kalo begitu."
"Tapi kan jadi lo yang nggak aman yo?! eh nggak deh, kan alamat lo yang baru ibu gue nggak tau."
"Udah biarin aja. Paling cuma orang iseng doang."
Setelah menimpali cerita Dimas, Rio kembali meneruskan aktivitasnya. Jiwa penasaran Dimas terbangun saat melihat buku yang Rio baca. Buku itu tampak lusuh seperti berusia berpuluh-puluh tahun silam. Mata Dimas menyipit.
"Yo lo baca apaan tuh?"
"Baca buku."
"Maksudnya lo lagi baca buku apa? lo sedang belajar apa?" selama Dimas berteman dengan Rio, baru kali ini buku legend milik Rio terlihat oleh Dimas.
"Belajar bagaimana caranya bertahan. Dim, lo harus bantu gue. Gue lagi butuh palem kuning, bunga krisan, dan selasih."
"Buat apa lagi nih Yo?"
"Di rumah yang gue tumpangi ada racun udara yang tersebar. Gue mau buat penawarnya. Lo bisa bantu gue kan? untuk sementara gue cuma butuh itu dulu." Papar Rio. Dimas sudah terbiasa dengan Rio yang suka meminta bantuannya mencari bahan-bahan tertentu. Jadi tanpa banyak bertanya lagi, Dimas menyanggupi permintaan Rio.
Bau yang Rio hirup tempo hari merupakan racun yang tersebar melalui media udara. Tidak mematikan dalam sekejap namun siapa yang terpapar dalam jangka waktu yang lama akan beresiko mengidap penyakit mematikan. Untuk jenis dan titik penyebaran, Rio masih menyelidikinya sepulang sekolah nanti.
...*****...
Kediaman Indy.
Sepi menyambut ketika Rio membuka pintu utama rumah Indy. Mata Rio mengedar ke segala penjuru namun ia tidak menemukan kotor ataupun keadaan yang berantakan. Pekerjaan mengurus rumah tangga tetap harus dilaksanakan meskipun keadaan rumah tidak dalam keadaan harus dibereskan karena memang sudah rapi. Maka, Rio mengawali pekerjaannya dengan mencari sumber bau racun yang ia cium.
Sesudah berkeliling memeriksa satu persatu, bau yang sangat menusuk terdeteksi berada di depan sebuah kamar. Kamar tersebut terkunci rapat menyebabkan Rio tidak bisa menjelajah lebih lanjut. Rio kembali ke kamar miliknya, melakukan hal-hal lain yang berguna sambil menunggu kedatangan Indy.
Berjam-jam berlalu, Indy pulang ke rumah tanpa semangat. Dia berjalan ke kamarnya dengan pandangan kosong. Rio yang telah mengetahui Indy pulang mendistraksi langkah wanita itu.
"Kak,"
Indy berhenti lalu menoleh. Perempuan itu hanya terdiam mengerutkan kening. Detik kemudian, dia tersadar kalau di rumah ini sudah ada Rio--bocah yang harus dia beri tanggung jawab.
"Ada apa Rio? kau membutuhkan sesuatu?"
"Saya mau bertanya, ruangan yang di sana itu ruangan apa?"
"Itu kamar saya."
Rio menatap Indy serius saat Indy mengatakan itu kamarnya.
"Ada apa memangnya?" tanya Indy penasaran dengan perubahan air muka Rio. Lelaki itu memang masih belum cukup memiliki kesimpulan lain untuk membuka apa yang dia tahu. Tetapi dia selalu berkata jujur apa adanya.
"Saya mendeteksi di ruangan tersebut tidak sehat untuk ditinggali. Udaranya telah tercemar racun draker. Efeknya memang tidak bisa dirasakan sekarang, karena draker perlahan-lahan meresap ke tubuh dalam rentang waktu yang lama akan menimbulkan penyakit serius."
"Kenapa bisa begitu? maksudnya, kenapa kamu bisa berbicara seperti ini Rio?" Indy bingung karena dia tidak merasakan keanehan apapun di dalam kamarnya. Dia kira Rio mau mengatakan melihat hantu saat bocah itu bertanya soal. kamar yang ia tempati.
"Saya bisa mencium bau yang bahkan orang lain tidak bisa menciumnya. Kak Indy, saya harap kakak taruh bunga ini di dalam kamar, juga tanaman ini di luar jendela."
Dengan perasaan ragu, Indy menerima keinginan Rio. Wanita itu menyudahi perbincangan lalu pergi ke menuju kamarnya.
Ada-ada saja bocah ini.
Sekilas Indy menggelengkan kepalanya sambil berdecak tanpa Rio ketahui.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
💫0m@~ga0eL🔱
wih,, bahaya banget ituu/Gosh/
2025-01-12
1
〈⎳ FT. Zira
nanti bakal kebalik ngak ya tanggung jawabnya???🤭🤭🤭
2024-07-13
1
〈⎳ FT. Zira
niatnya buat celakain Indy gitukah??😳
2024-07-13
1