Cry

Nath tak tahu apa yang terjadi. Jujur otak Nath menolak hal ini, tapi tubuhnya berkata lain. Tubuh Nath terasa begitu haus akan sentuhan pria asing ini. Yang di rasakan saat ini adalah panas. Panas yang sangat hebat. Nath juga samar-samar sadar bahwa ada seorang pria diatasnya yang saat ini sedang sibuk melepaskan semua pakaiannya. Menyentuh bahkan mencium beberapa bagian tubuh Nath. Mata Nath berusaha melihat wajah pria diatasnya ini, tapi Nath tak mampu. Pandangannya kabur. Yang dia ingat adalah mata pria itu yang berwarna biru dan dadanya yang bidang dan keras saat ia sentuh di mobil tadi.

Tangan pria itu mulai menyentuh semua bagian tubuh Nath Tangannya memancarkan panas ke tubuh Nath, memancarkan getaran di bawah tubuhnya. Kepala Nath mulai terasa pusing. Nath mengerang saat pria ini mulai menyentuh kulit pahanya dan perlahan-lahan dengan lembut tangannya naik semakin keatas.

Nath dengan frustasi berusaha menyentuh tubuhnya yang keras dan menarik-narik bawah kaosnya. Dia yang seolah mengerti keinginan Nath segera membuka kaosnya dan menampakan dada yang bidang. Dengan samar Nath bisa melihat tubuhnya yang bertato.

Dengan tergesa-gesa Nath menarik lehernya mengarahkan bibirnya ke bibir Nath lalu menciumnya dengan ganas. Nath merasa bibir pria itu lembut sekali. Nath mendengar dia menggeram halus. Tangan Nath yang berada di lehernya secara perlahan turun kebawah menuju celananya dan dengan tergesa-gesa berusaha membuka gesper celana pria itu. Dia berhenti mencium Nath sebentar untuk melepaskan semua pakaiannya dan secepat kilat mencium bibir Nath lagi. Nath masih berusaha melihat wajahnya namun gagal. Tetap saja pandangan Nath kabur.

Bibir Chris perlahan-lahan turun menuju ke leher Nath. Jarinya menyentuh pangkal paha Nath dengan perlahan. Melakukan gerakan memutar seolah menggoda Nath. Nath mendesis halus, mendongakkan kepalanya ke belakang. Jari Nath mencengkeram erat bed cover dibawahnya.

Bibir Chris yang tadinya mengecup leher Nath perlahan turun menuju bagian atas tubuhnya, menyesap puncak mungil milik Nath. Dengan 2 serangan nikmat itu, Nath merasa begitu tidak berdaya. Nath hanya bisa menggigit bibir bawahnya sendiri. Tubuhnya merasa menginginkan pria ini.

Sprei di bawah telapak tangannya semakin erat di cengkeram oleh Nath. Chris pun semakin menjadi-jadi membelai tubuh Nath. Miliknya terasa menusuk-nusuk di bawah sana. Chris mengambil bungkusan foil di meja sebelah tempat tidur. Ketika dia menyatukan diri dengan Nath, Nath langsung merasakan sengatan perih yang membuatnya mengerang kesakitan dan mencengkeram bisepnya.

"Shit! You still virgin?" Nath bisa mendengar suara Chris membeku dan bertanya dengan nada terkejut.

"Kumohon bergeraklah." Nath menggerak-gerakan pinggulnya berusaha mengusir rasa sakit yang tidak nyaman ini.

Chris pun menggeram keras, mencium bibir Nath sekali lagi dengan menggebu-gebu. Lalu ciumannya turun ke puncak mungil Nath dan menyesapnya, membuat Nath hilang akal dan mendesis keras. Nath bahkan tidak pernah tahu kalau ia bisa bersuara seperti itu. Jari Chris menelusuri tubuh bagian bawah Nath dan berhenti di bagian yang paling sensitif. Menggodanya dengan gerakan memutar. Tangan kiri Chris memainkan puncak mungil Nath seolah hal itu bisa menetralisir rasa sakit yang Nath rasakan. Nath menikmatinya. Sangat.

Dengan perlahan Chris pun menggerakkan pinggulnya dan aku bisa mendengar dia mengerang keras.

"Ya tuhan, kau sem...pit sekali."

Perlahan-lahan gerakannya menjadi lebih cepat dan tangan Nath meremas bagian belakang tubuh Chris, mendorongnya ke arahnya, mengikis jarak yang hampir tidak ada. Nath tidak merasakan kesakitan lagi. Rasa sakitnya sudah berubah menjadi rasa nikmat yang asing. Nath pun mengaitkan kedua kakinya di pinggul Chris. ia juga mengalungkan kedua tangannya dileher Chris.

Chris mencium Nath, melumat bibir Nath. Ciumannya turun hingga ke leher Nath dibarengi dengan gerakan pinggulnya yang tanpa henti. Kedua tangannya meremas pinggul Nath sekaligus mempercepat tempo gerakan pinggulnya. Dan aku pun bersuara semakin keras. Ketika Chris menyesap puncak mungil Nath, Nath pun meledak. Chris mendengus, nafasnya terdengar kasar dan ia pun menegang. Gerakannya semakin cepat dan akhirnya ia meledak di dalam Nath. Aku lepas kendali lalu menjerit dan meledak sekali lagi.

*******

Nath terbangun dari tidurnya karena sinar matahari yang samar-samar menerpa wajahnya. Ketika Nath membuka mata yang pertama kali dilihatnya adalah ruangan yang tidak ia kenal, dia merasa demam, badannya pegal-pegal dan kepalanya pusing. Ia merasa mual dan segera berlari ke kamar mandi. Sakit dan perih ia rasakan di bagian bawah tubuhnya namun ia abaikan karena ia ingin muntah. Setelah selesai, ia berkaca di wastafel kamar mandi dan ia baru menyadari kalau tubuhnya dalam keadaan polos dan banyak noda merah bertebaran di leher maupun dadanya. Nath berlari keluar dari kamar mandi dan terdiam melihat pakaiannya bertebaran disana-sini, ada pula tiga karet pengaman bekas pakai yang tertutup tisu tergeletak di lantai, dan ada noda merah terlihat jelas di tempat tidur dengan sprei warna krem. Nath langsung terduduk dan menangis kencang. Ia terus berkata sambil tersedu-sedu.

"Maafkan aku....maafkan aku.."

Entah berapa lama Nath menangis. Nath dengan sedikit sempoyongan bangun dan masuk kembali ke kamar mandi dan mandi dengan kasar. Dia menggosok seluruh bagian tubuhnya hingga terlihat kemerahan. Entah berapa kali dia menyabuni tubuhnya. Nath melakukannya seolah ia dapat menghapus hal yang sudah terjadi semalam.

Saat keluar kamar mandi, Nath bergegas memakai pakaiannya, menguncir rambutnya yang masih basah dengan asal dan mengambil tas nya. Beruntung Nath selalu membawa masker cadangan didalam tasnya untuk melindungi dari debu saat Nath mengendarai motor. Nath pun menggunakannya dan mengambil kunci kamar berbentuk kartu di meja sebelah tempat tidur. Nath berusaha keras tidak menoleh kearah tempat tidur yang membuatnya jijik. Dia ingin segera keluar dari hotel itu. Nath ingin tenggelam dalam tempat tidurnya yang nyaman. Mengurung diri dan menangis sepuasnya.

Dengan terburu-buru Nath keluar dari kamar, berjalan ke arah lift khusus menuju meja resepsionis yang berada tepat di depan lift lalu segera pergi dari hotel mewah itu. Nath berjalan cepat menuju gerbang hotel dan berjalan pelan ketika sudah berada diluar hotel.

Melihat coffee shop di pinggir jalan membuat Nath berbelok kearah cafe dan memesan kopi dan sepotong cheese cake. Setelah membayar, Nath lebih memilih duduk di luar menunggu pesanannya datang. Pikirannya melayang berusaha mengingat siapa pria semalam. Kenapa pria itu meninggalkannya begitu saja?. Nath melamun sampai tak menyadari kalau pesanannya sudah datang. Bahkan Nath tidak menghiraukan ponselnya yang terus berdering. Hingga barista yang mengirim kopinya mengetuk meja Nath beberapa kali untuk menyadarkan Nath dari lamunannya.

"Maaf! Sepertinya orang yang meneleponmu mulai khawatir karena kamu tidak juga mengangkat panggilan darinya."

"Oh iya. Terima kasih." Nath yang tersadar dari lamunannya buru-buru mengangkat telepon dari Ale.

"Sorry Le, aku baru lihat hp. Hpnya aku silent tadi."

"Kau kemana aja? Biasanya begitu aku bilang kalo aku udah naik pesawat kau pasti cepat membalas." Kentara sekali dari nada suara Ale kalau dia terlihat sebal.

"Sorry, aku baru bangun lalu pergi ke cafe, minum americano dan makan cheesecake." Nath berusaha seceria seperti biasanya agar Ale tidak curiga.

"Ya sudah kalau begitu. Aku kan khawatir, kok kau tidak seperti biasanya yang paling bawel kalo aku kesana kemari. Jangan lupa ininya lah, itunya lah."

"Aku mabuk semalam, jadi begitu pulang langsung ketiduran."

"Terus gimana sekarang? Pusing atau mual?" Nada suara Ale yang terdengar khawatir membuat Nath berusaha keras menahan air matanya agar tidak jatuh.

"It's oke. Aku tidak apa-apa kok. That's why sekarang ingin makan cake."

"Ya sudah kalau begitu. See u tomorrow yaa."

"Iya. hati hati selama disana. Tidak usah aneh-aneh selama disana."

"Iya..iya....cerewet sekali." Nath bisa membayangkan kalau Ale menjawabnya dengan cemberut dan memutar matanya.

Mereka pun mengakhiri panggilan telepon. Nath memasukkan ponselnya kedalam tas dan mulai menyantap cake didepannya dengan setengah hati.

"Setahuku cake ini rasanya enak, tapi kamu terlihat tidak menikmatinya."

Nath sedikit mendongak melihat ke arah pria yang menggunakan celemek berwarna krem. Mata hijau dengan guratan warna amber yang teduh menatap Nath dan memberikan senyuman geli.

"Enak sekali. Hanya saja aku sedang tidak mood." Nath tersenyum samar.

"May I?" Tanya pria itu sambil menunjuk kearah kursi didepan Nath.

Nath mengangguk menanggapinya. Pria itu pun duduk didepan Nath.

"Aku Nathan."

"Nath." Dan pria itu tertawa keras.

Hal itu membuat Nath mengerutkan kening, menatap aneh ke arah pria itu.

Dengan senyum yang masih terlihat geli dan menopang dagu pria itu berkata.

"Teman terdekatku dan keluargaku juga memanggilku Nath. Ini pertama kalinya kamu kesini ya kan?"

"Apa kamu selalu mengingat pembeli yang datang?" Nath menatap Nathan ingin tahu.

"Well, aku tidak akan lupa jika ada pembeli secantik kamu yang datang." Nathan memberi senyuman menggoda kepada Nath.

Senyuman yang biasanya selalu berhasil ke wanita-wanita yang Nathan goda.

Nath hanya menanggapi dengan tersenyum samar.

"Ini bukan pertama kalinya kan seorang pria berkata begitu kepadamu?"

"Berkata apa?"

"Bahwa kamu cantik."

"Darimana kamu tahu?" Nath kembali mengerutkan kening.

"Kau tidak seperti wanita yang lain yang ku goda. Tidak memerah, tidak salah tingkah dan sikapmu menunjukkan seolah kau bosan. Apa mungkin pesonaku sudah mulai luntur?" Gumam Nathan pelan.

"Yeah. Mungkin saja pesonamu sudah mulai luntur dan harusnya kamu mulai menunjukkan sikap acuh tak acuh agar membuat para wanita penasaran dan mendekat." Nath menanggapi sambil tersenyum geli.

Nathan menatap Nath dengan intens lalu berkata pelan.

"Apa itu berlaku untukmu? Jika aku bersikap acuh tak acuh, apakah kamu akan mendekat?"

"Maaf, sayangnya tidak." Nath tersenyum.

"Aku harus pergi, masih ada hal yang harus aku kerjakan." Nath menggeser kursinya dan berdiri sambil mengaitkan tasnya di pundak.

"Bisa kau beritahu nomor telponmu?" Nathan mendongak menatap Nath.

"Sorry, aku tak memberikan nomor teleponku ke seseorang yang baru satu kali ku temui. Bye Nathan!" Ucap Nath sambil berjalan pelan meninggalkan coffee shop itu.

Nathan menyentuh lengan Nath dan berkata pelan.

"Mau kuantar pulang?" Dengan lembut Nath melepaskan pegangan Nathan di lengannya.

"Tidak perlu terima kasih. Aku juga tidak mau diantar oleh orang yang baru pertama kali aku temui. Lagipula kau harus bekerja kan? Jangan bolos kerja hanya untuk mengantarkan seorang wanita yang baru pertama kali kamu temui." Nath menasehati Nathan sambil tersenyum lalu pergi dengan sedikit berlari menuju jalan raya dan memanggil taxi yang berhenti di pinggir jalan.

Nathan menatap kepergian Nath lalu kembali masuk ke cafe.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!