“Ngawur!” suara Pungki akan tetapi dia pun mulai terbuka kedua matanya karena kakinya ditarik sangat kuat oleh Syahrul..
Setelah kesadarannya sudah penuh seratus persen Pungki melepas guling yang tadi dipeluk mesra dengan kasar dan tampak kesal..
“Aku hanya mimpi.” Gumam Pungki lalu menatap Syahrul yang ekspresi wajah Syahrul masih serius menatap Pungki.
“Ningrum baru saja menghubungi aku, Andien hilang secara misterius di rekaman CCTV Andien tiba tiba lenyap.. Aku mau sembahyang dan bertanya ke kakek Jin, Perkiraanku Andein dibawa oleh jin...” Ucap Syahrul lalu melangkah menuju ke kamar mandi.
“Mas.. mungkin saja kamera CCTV ditutupi oleh orang jahat.” Ucap Pungki yang ekspresi wajahnya tampak khawatir namun masih berharap Andein tidak berurusan dengan makhluk gaib.
“Bapaknya Ningrum pasti tahu CCTV nya bekerja dengan benar tidak.” Ucap Syahrul sambil terus melangkah..
“Kamu ikut sembahyang Pung, agar Andien selamat. Kalau tidak mau ikut sembahyang ya jangan tidur jaga jaga kalau Ningrum menghubungi lagi..” ucap Syahrul lalu membuka pintu kamar mandi.
Pungki yang masih duduk di tempat tidur itu, tiba tiba wajahnya menjadi sangat sedih..
“Kenapa masalah datang silih berganti.. baru saja Fatima selamat kini ganti Andien yang dalam bahaya.. padahal tadi seperti nyata saja aku memeluk Andein dan Andien sangat nurut dan pasrah di dalam pelukan ku tidak galak seperti biasanya .. ternyata hanya mimpi ...” gumam Pungki sambil mengusap wajahnya dengan kasar.. Pungki pun akhirnya bangkit berdiri dia pun akan ikut sembahyang demi keselamatan Andien, gebetan barunya..
Sedang kan di rumah Ningrum suasana masih ramai, dan sosok Andien belum juga ditemukan meskipun orang orang mencari cari di dahan dahan pohon besar besar bahkan ada yang pergi mencari ke sungai atau tempat tempat lain yang menurut mereka tempat angker rumah para lelembut dipimpin oleh Mbah Dukun.
Ningrum tampak menangis sedih..
“Nduk, jangan menangis kita tetap usaha mencari Andien.. sekarang kita hubungi orang tua Andien. Bagaimana pun kita harus memberi tahu orang tuanya..” ucap Pak Kades sambil mengelus kepala Ningrum.
“Aku takut Pak, pasti Papa dan Mama nya Andein marah kita sebagai tuan rumah tidak bisa menjaga Andien dengan baik.. hu...hu... hu... aku menyesal Pak tadi tidak mau mengantar Andien ke kamar mandi hu...hu....hu...hu.... Bagaimana kalau Andien dibawa Pangeran Jin dan tidak bisa kembali hu...hu... hu....” ucap Ningrum sambil menangis tersedu sedu.
“Semua sudah terlanjur sekarang kita berdoa dan berusaha. Pak Kyai masih membantu doa, Mbah Dukun dengan orang orang nya juga sedang mencari di tempat tempat wingit. Pak Babin dengan teman temannya juga bekerja turut mencari dengan cara mereka.” ucap Pak Kades sambil masih terus mengelus kepala Ningrum untuk menghibur..
“Mana hand phone kamu Bapak yang akan menghubungi orang tua Andien.” Ucap Pak Kades selanjutnya.. Ningrum pun memberikan hand phone pada Bapak nya..
“Mamanya Andien Pak.” Ucap Ningrum selanjutnya saat Sang Bapak sudah mengusap usap layar hand phone miliknya untuk mencari kontak nama yang akan dihubungi.
Setelah sudah mendapatkan nama kontak Mamanya Andien, Pak Kades pun segera melakukan panggilan suara..
“Hmmm untung aktif.” Gumam Pak Kades sebab menyadari waktu masih dini hari, waktunya orang beristirahat..
Sementara itu di sebuah kamar yang luas dan bagus, seorang perempuan cantik berumur empat puluh tahunan terbaring tidur dengan gelisah di tempat tidur luas dan elegan. Mata terpejam tetapi tubuh berubah ubah posisinya membolak bolak ke kiri dan ke kanan.
Sesaat terdengar bunyi dering hand phone di atas meja nakas.. kedua matanya pun segera terbuka..
“Papa apa ya..” gumamnya karena Sang Suami sedang pergi ke luar kota. Perempuan setengah baya yang cantik itu pun segera bangkit dan meraih hand phone miliknya..
“Ningrum? Ada apa dia malam malam menghubungi? Apa Andien sakit? Maka perasaanku tidak enak..” gumam perempuan cantik itu lalu segera menggeser tombol hijau..
“Assalamualaikum..” suara seorang laki laki di balik hand phone milik nya.. Perempuan cantik yang tidak lain adalah Mamanya Andien itu tampak kaget.. dan tidak mengucapkan kata apa apa karena takut.
“Maaf Bu, saya Bapak nya Ningrum akan menyampaikan hal penting tentang Andien..” suara Pak Kades selanjutnya..
“ Wa’alaikumusalam... ooo ada apa dengan Andien..” suara Mamanya Andein dengan sangat khawatir..
“Maaf Andien baru saja hilang, kami sedang mencari.” Suara Pak Kades lagi.
“Hah? Hilang bagaimana? Diculik?” tanya Mamanya Andien dengan nada dan ekspresi kaget sekaligus khawatir dan panik..
“Kami sedang menyelidiki Bu. Doakan Andien segera bisa ditemukan.”
“Haduh... mana Papa sedang di luar kota lagi.. oo Pak.. tolong kirim lokasi ya.. ini masih di desa Fatima itu kan? Kemarin Andien bilang mau datang ke nikahan Fatima..” ucap Mamanya Andien yang masih tampak bingung..
“Benar Bu, akan saya kirim lokasi.” Suara Pak Kades dan setelah Mamanya Andien mengucapkan terima kasih sambungan telepon pun berakhir.
“Haduh Papa pasti marah ini.” Ucap Mama nya Andien tampak sangat bingung dan takut. Andien adalah putri mereka satu satunya , Papanya Andien waktu itu tidak setuju saat Andien akan kuliah ke luar kota.
“Bagaimana ini.. tapi harus menghubungi Papa, kalau tidak memberi tahu Papa akan tambah marah pasti..” gumam Mamanya Andien lalu dia pun mengusap usap layar hand phone miliknya untuk menghubungi Sang Suami yang sedang ke luar kota, tepatnya sedang di Nusa Dua Bali.
Sesaat kemudian...
“Ada apa Ma.” Suara seorang laki laki di balik hand phone milik Mamanya Andien..
“Hiks.. hiks.. Papa jangan marah ya.. hiks.. hiks...” suara Mamanya Andein sambil terisak isak menangis..
“Mama ada apa?” Suara Papanya Andien dengan nada tinggi karena khawatir dan merasa ada sesuatu yang tidak beres.
“Papa jangan marah ya.. hiks.. hiks..” suara Mamanya Andein lagi yang begitu takut dan khawatir..
“Katakan Ma, ada apa? Kalau aku marah itu pasti ada alasannya.” Suara Papanya Andien lagi..
“Andien hilang Pa.. huuu.... hu.... huuuu...” ucap Mamanya Andien yang kini menangis tersedu sedu..
“Hilang bagaimana?” tanya Papanya Andien dengan nada kaget bingung dan khawatir.
“Mungkin diculik Pa.. hu... hu... hu.... “ ucap Mamanya Andien sambil terus menangis..
“Ini tuh karena tidak menurut sama aku, aku sudah tidak mengizinkan dia kuliah ke luar kota, Mama yang terus menuruti saja keinginan Andien. Kalau ada kejadian begini repot kan? Mana pameran belum selesai dan ada calon buyer potensial yang belum deal pembicaraan nya..” suara Papanya Andien terdengar emosi, kini dia memang sedang berada di Nusa Dua Bali untuk mengadakan pameran produk tingkat Internasional.
“Maaf Pa, maksudku agar Andien mandiri jika kuliah di luar kota, aku tidak menyangka ada kejadian macam begini hu... hu....hu...” ucap Mamanya Andien sambil menghapus air mata yang terus meleleh..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
YuniSetyowati 1999
Aku rindu Windy jd aku balik ke sini dah.
2025-02-27
1
Îen
kayanya yg ditaksir si pungki smuanya kelas berat...ningrum bokapnya kades...skr si andien kayanya malah lebih tajir lagi..emang selera s pungki gak kaleng2🙈🙈🙈🙈
2024-07-08
2
Nit_Nit
jelas nurut lah pung namanya jg guling 🤣🤣🤣🤣
2024-07-07
2