Rani tentu saja tidak mau malu. Semua temannya mengetahui bahwa Rani itu anak orang kaya. Jadi jika dia tidak mampu bayar uang untuk kegiatan praktik itu, Rani akan jadi bahan pembicaraan teman-teman sekolahnya
“Tika, kamu benar tidak punya uang lagi, gaji kamu kan besar Tik?” Tanya Alika kepada anak sulungnya.
“Uang aku hanya sisa untuk kebutuhan aku saja lagi ma.” ucap tika kesal.
Rasanya Tika tidak rela uang miliknya di berikan kepada sang mama untuk membayar uang sekolah adiknya itu. Tika benar-benar merasa tidak rela.
Tidak lama Piko sudah pulang membawa sarapan untuk anak dan istrinya itu.
“pa, papa benaran Sudah tidak punya uang lagi ?” tanya Alika memastikan.
“Tidak ada ma, uang papa hanya tinggal untuk beli bensin saja lagi.” jawab Piko memakan makanannya.
Padahal yang bekerja di rumah itu ada dua orang dengan gaji yang besar tapi karena mereka suka berfoya-foya hal itu lah yang membuat mereka selalu kekurangan uang.
“Ma, gimana kalau mama pinjam uang ke tante Ningrum saja ma?” usul Rani.
“Tante kamu itu pelit, mana mau kasih mama pinjam uang, yang ada mama kena ceramah sama tante kamu itu.” ucap Alika sambil menikmati sarapannya.
“Terus gimana dong ma? aku malu sama teman-teman aku ma! Atau tidak setengahnya saja. Nantikan bisa aku bayar lagi yang penting aku tidak di tagih ma, kalau aku di tagih sudah pasti aku akan sangat malu ma.” ucap Rani kesal bahkan Rani sudah tidak berselera untuk makan.
Rani sangat pusing memikirkan uang untuk bayar praktik. Sebenarnya uang untuk kegiatan praktik tidak lah sebayak itu namun Rani sengaja mengatakan sebanyak itu agar ia bisa mendapatkan uang jajan tambahan. Uang yang diminta Rani dua kali lipat dari biaya praktik yang sebenarnya.
“Ya mau tidak mau kita harus menunggu papa kamu gajian. Lagi pula mama rasa tidak apa-apa lah itu, nanti biar mama yang bilang sama guru kamu itu. ” ucap Alika.
Tidak ada lagi perbincangan diantara mereka. Hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.
. . .
“Kak cepatan, nanti aku telat!” teriak Qila dari anak tangga, entah anak tangga berapa dia berada yang jelas Qila malas harus ke atas lagi.
Qila naik ke lantai atas untuk mengambil tasnya yang ada di dalam kamarnya.
“Bentar dek, sebentar lagi siap kok.” jawab Reta.
“Aku tunggu di mobil ya kak, cepetan ya.” ucap Qila setelah itu Qila pergi ke mobil menunggu kakaknya bersiap-siap.
“Ok, ayo kita berangkat.” ucap Reta setelah sampai di mobil.
Tidak terasa mereka sudah sampai di sekolahnya, sebelum turun di salam dulu kepada kakaknya dan mengucapkan salam. Setelah melihat adiknya masuk ke dalam sekolah, Reta langsung pergi dari sana menuju ke kantornya.
. . .
Rata sudah berada di ruangannya dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Reta memiliki teman bernama Kania yang satu kantor dengannya. Kania merupakan teman Reta yang pernah mengajak Reta pergi ke pengajian.
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu seluruh karyawan karena hari ini mereka menerima gaji dari hasil kerja keras mereka.
“Re, Lo mau kemana setelah dari kantor?” tanya Kania.
“Ya langsung pulang lah, mau kemana lagi gue.” Ucap Reta.
“kita jalan-jalan yuk, mumpung sudah gajian.” Ajak Kania.
“Mau jalan-jalan ke mana?” tanya Reta.
“Ke mall. Gimana kamu mau kan?” Ucap Kania.
“Ya boleh deh, udah lama juga tidak ke mall.” Ucap Reta.
Mereka tidak lagi mengobrol dan fokus dengan pekerjaan mereka masing-masing.
. . .
Bel berbunyi nyaring menandakan sudah waktunya masuk kelas dan memulai pelajaran.
Qila yang saat ini sudah masuk kelas dan fokus mendengarkan guru menjelaskan di depan.
Namun berbeda dengan Rani yang tampak gelisah karena memikirkan uang untuk membeli peralatan praktek. Rani takut temannya mengetahuinya yang ada nantinya dia bisa dibully dan dihina habis-habisan oleh seluruh siswa yang ada disekolah itu.
Itulah yang saat ini dipikirkan oleh rani. Pada saat guru bertanya soal pelajaran pun Rani tidak bisa menjawabnya. Rani mendapat teguran dari gurunya untuk memperhatikan guru menjelaskan pelajaran di depan.
Sekolah itu bisa dikatakan merupakan sekolahan Elite, dimana semua murid merupakan anak orang kaya, meskipun ada juga yang bukan anak orang kaya namun mereka merupakan penerima beasiswa makanya dia bisa sekolah di sana.
Bel pun berbunyi menandakan waktu istirahat, semua siswa keluar kelas untuk menuju ke kantin. Termasuk Qila dan Rani.
Qila dan Rani saat ini sudah kelas dua SMA. Qila dan Rani berbeda kelas. Namun Rani sering sekali menganggu Qila. Dimana ada kesempatan Rani pasti akan memanfaatkan kesempatan itu untuk menganggu Qila dan menghina Qila.
“Ran lo kenapa ?” tanya Santi teman Rani.
“Kenapa apanya ?” tanya balik Rani.
“Kenapa tadi lo ngak fokus? lo lagi mikirin apa ?” tanya Santi .
“Gue cuma kurang enak badan aja” bohong Rani.
Tidak mungkin rani mengatakan kepada teman-temannya kalau dia belum ada uang untuk beli bahan praktek yang ada nanti aku malah jadi bahan gosip lagi. Bisa-bisa dia dijauhi oleh temen-temennya itu.
“Ran, Rani!” panggil Rena.
“Ya kenapa ?” ucap Rani kaget.
“Kalau lo sakit mendingan lo pulang aja, istirahat. Nanti gue akan bilang sama guru.” ucap Rena.
“Tidak usah gue Tidak apa-apa kok.” jawab Rani.
“Ran itu Qila sama teman-temannya tuh.” ucap Lina menunjuk ke arah Qilla dan teman-temannya yang duduk di pojok kantin.
“Samperin yuk gays.” ajak Rena bersemangat.
“Ayok!” jawab mereka kompak.
Rani yang tadinya lemas dan malas melakukan apapun langsung bersemangat ketika ingin menganggu Qila and the Genk.
Rani and the genk menghampiri Qila and the genk yang sedang menikmati makanan yang mereka beli.
“Hay, kaum rendahan, lagi makan ya?” ucap Lina menghina Qila and the genk.
“kalau lo tahu kita lagi makan, ngapain lo masih nanya !” ucap Dira ketus.
“Woy, santai aja dong!” jawab Rena mengambil gelas berisi jus jeruk dan bersiap-siap menyiramnya ke arah Dara dan Qila.
Untuknya Dara dan Qila dapat menghindar jadi Dara dan Qila tidak kena tumpahan jus jeruk itu. Dara dan Qila duduk bersebelahan jadi Rena pikir bisa mengenai keduanya sekaligus.
Seketika seluruh siswa dan siswi yang ada di kantin melihat ke arah mereka. Termasuk Genk aprikot yang selalu di incar oleh siswi disekolah itu.
“maksud lo apaan hah? nyiram Dara dan Qila ke gitu?” ucap Mala emosi.
“Tidak ada, Cuma dua orang ini pantas untuk kena jus jeruk ini” ucap Rena angkuh.
“Lo benar-benar kelewatan ya!” ucap Dira emosi.
Setelah berucap seperti itu Dira menyiram jus alpukat ke arah Rena. Rena yang tidak sempat menghindar pun terkena tumpahan jus alpukat itu.
“kurang ajar ya lo! beraninya lo tumpah hin jus alpukat murahan lo itu ke baju gue!” ucap Rena penuh emosi.
“Ya berani lah masa Tidak berani.” ucap Dira menatap tajam lawan bicaranya itu. Tidak ada rasa takut sama sekali dengan lawannya di depan dirinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
cputrii
bagus ihh.. paling gereget kalo ada yang bully gini
2024-07-15
1
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿
hadir thor/Smile/...
2024-07-12
1
Sefira Arrum
Semangat/Smile//Smile/
2024-06-25
1