Rena, Bryant dan Zeina pun memutuskan untuk langsung pulang ke rumah masing masing. Jarak antara restoran dengan rumah Rena pun sangat dekat, sehingga membuat Rena duluan yang turun dari mobil Bryant.
Melambaikan tangannya dari belakang mobil Bryant didepan area rumahnya. Rumahnya tak sebesar yang dikira, Rena bersyukur saja mempunyai rumah yang agak sederhana namun sangat bisa ditempati.
Ceklek.
Ia membuka pintu, meletakan tas nya di meja lalu mendekat dengan sang ibunda yang tengah duduk di kursi roda. Melamun di atas kurs roda, tanpa berbicara.
"Ibu, Rena kembali-" ucap Rena menyalami tangan ibunya.
"Ibu..Maafkan Rena. Rena belum bisa menjadi terbaik buat ibu, Rena tidak bisa membantu ibu. Tapi Rena ada uang, ibu mau kan mengantar Rena ke supermarket buat beli bahan bahan keseharian sama membelikan obat ibu-" ucap Rena
Ia tetap Berbicara walau ibunya tidak merespon ucapannya dengan pembicaraan. Namun ibunya masih memiliki hati, terkadang suara Isak terdengar. Tangis, dan senyuman kecil. Hanya itu yang bisa di respon mama Rena.
Tak lama ketika Rena meninggalkan ibunya di ruang tengah ayahnya datang. Ia menatap sepatu Rena yang telah berjejer di salah satu lemari sepatu di depan pintu masuk.
"Loh Bu? Rena udah pulang kah-?" Tanya ayahnya sambil mendekat ke istrinya.
"Rena-!!" panggil ayahnya
"Iya ayah sebentar-" ucap Rena berteriak dari kamarnya.
"Alhamdulillah dia sudah pulang bu, tidak pulang malam malam lagi-" ucap ayahnya sambil mencopot kaos kaki.
"Ya ayah-?" tanya Rena memakai pakaian kasual kaos dengan rambut di kucir belalang.
"Kok tumben kamu pulang sangat awal, Nak-?" tanya ayahnya.
"Aku..Aku di pecat ayah-" ucap Rena membuat aktifitas ayahnya terhenti.
"Kenapa-?" tanya ayahnya menatap Rena.
"Tidak apa ayah, hanya karena kesalahpahaman antara pegawai. Mungkin pegawainya terlalu banyak jadi sebagian besar di pecat-" ucap Rena
"Jangan berbohong Rena, katakan saja sejujurnya. Ayah tidak akan marah kok-" ucap ayahnya.
"Hufft, jadi..."
Rena pun menceritakan kejadian yang sesungguhnya, ia tau ayahnya memang penyabar. Setidaknya berusaha jujur walau hasilnya akan menyakitkan.
"Rena takut ayah marah sama bos Rena.." ucap Rena
"Tidak apa apa, ayah tau. Yang penting Rena ikhlas dengan pekerjaan Rena, tetap semangat untuk cari kerja ya Rena-" ucap ayahnya
"Iya ayah,terima kasih-" ucap Rena tersenyum.
"Lalu kau mau kemana?" tanya ayahnya
"Mengantar ibu ke taman dekat sini, kasian ibu, ayah. Sekali sekali di ajak keluar, ayah mau ikut kah-?" tanya Rena.
"Tidak perlu, tapi jangan lama lama ya. Kasihan ibunya diluar panas, takutnya kepanasan. Ayah masih harus istirahat, nanti malam ayah harus ke tempat kerja lagi-" ucap nya.
"Ya sudah ayah, aku udah memasak air panas untuk buat kopi di termos. Kalo mau buat ayah tinggal tuang menuang saja-" ucap Rena.
"Iya makasih ya anak ayah yang cantik-" ucap nya.
"Dah ayah-" ucap Rena melambaikan tangan. Ayahnya hanya menjawab dengan senyuman, ia pun langsung merebahkan dirinya di kamar nya. Tanpa sadar karena kelelahan ia pun tertidur, memang mengajar karate bagi pemula harus mengeluarkan tenaga dan kesabaran jauh dari batas normal haha.
Ya Tuhan, maafkan hamba mu ini yang tidak bisa apa apa. Aku hanya bisa berdoa atas kehendak mu, engkau lah pencipta dan maha kuasa di dunia. Sempurnakan dan lindungi lah keluarga kecil ku, hamba memohon terhadap mu ya Allah.
"Ibu, ada varian bubur baru ni, mau nyobak enggak? Beli ya, nanti Rena cicipi dulu sebelum ibu makan. Ibu kan enggak boleh makan yang agak asin dan masam, apa lagi pedas. Jadi Rena ambil bubur merah dengan varian original saja ya, Alhamdulillah ada varian yang original. Rena juga mau cicipi, itung itung belanja bulanan hari ini hehe-" ucap Rena berbicara sambil menunjukan bubur yang ia maksud lalu dimasukkan nya di keranjang.
"Kalo gini bawa nya susah bu, gmn kalo telpon mbak ima?" tanya Rena.
"Ya sudah lah, bentar ya bu-" ucap Rena menelpon mbak ima.
Ima adalah pengasuh ibunya, ia hanya memanggil mbak ima ketika ia membutuhkan sekali. Berhubung dirinya tadi agak tidak sibuk jadi tidak menghubungi mbak ima. Tapi saat ini ia sangat membutuhkan mbak ima untuk mengawasi ibunya.
40 menit berlalu, mbak ima dengan buru buru nya menghampiri Rena yang duduk sambil makan di taman.
"Ya non, maaf, tadi perjalanan nya agak macet-" ucap mbak ima
"Tidak apa apa bi, sini bi. Saya kan tadi pulang lebih awal dari pekerjaan, terus berhubung saya mendapatkan bayaran terakhir saya musti harus cepat cepat belanja bulanan. Karena saya juga mengajak ibu, jadi mbak ima harus bantu saya untuk mengawasi ibu-" ucap Rena
"Owh iya non, siap. Kayak biasanya-" ucap mbak Ima duduk di dekat Rena.
"Tadi saya beli mangkuk kecil dan air panas. Mumpung ibu belom makan ya kan, Jadi saya minta tolong mbak Ima menyiapkan nya ya. Saya mau beli siomay dulu-" ucap Rena
"Baik non-" ucap mbak Ima menurut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments