Alka mengacak rambutnya dengan kasar. Ia sama sekali tak bisa berkonsentrasi memeriksa semua laporan yang ada di hadapannya.
Tadi pagi, saat sarapan, papanya sudah bertanya tentang tanggal pernikahan dan Alka belum berhasil meyakinkan gadis itu.
Rudi sang assisten sekaligus tangan kanan papanya memasuki ruangan.
"Ada apa? Kenapa nampak kacau?"
Alka menatap lelaki yang sudah dianggap seperti kakaknya sendiri.
"Giska.....!"
"Masih menolak lagi?"
Alka mengangguk.
"Ya sudah. Lepaskan saja. Buat apa menikah kalau memang gadis itu tak mau."
"Aku nggak mau kehilangan saham 10 persen milik mamaku apalagi tak menjadi direktur di perusahaan ini. Sekarang saja, saat si Jacky masih menjabat direktur sementara, sombongnya minta ampun!" Alka menyebutkan Jacky yang adalah suami dari kakak tertuanya.
"Tuan Jacky kan orangnya pintar dan juga sangat menguasai perusahaan ini."
"Tapi dia suka korupsi. Nggak. Apapun yang terjadi aku harus menjabat sebagai direktur utama dan menyingkirkan semua yang berusaha merusak perusahaan ini." kata Alka dengan wajah tegas.
Rudi tersenyum. "Kalau begitu, kejar Giska. Buat dia mau menikah denganmu."
"Si bocil keras kepala itu. Kenapa sih dia menolak aku."
"Mungkin di matanya tuan kurang tampan."
"Brengsek! Siapa yang bilang kalau aku kurang tampan." Alka langsung berdiri sambil berkacak pinggang. Ia mengambil kunci mobilnya. "Aku harus menemui Giska lagi dan meyakinkan dia untuk segera menikah denganku."
Rudi tersenyum melihat Alka yang pergi. Ia segera menelpon tuan Geo Almando. "Tuan, tuan muda pergi lagi menemui nona Giska."
"Biarkan dia berjuang untuk mendapatkan gadis itu. Biarkan dia berusaha untuk perempuan yang akan menjadi istrinya."
Rudi membereskan ruangan Alka yang nampak berantakan. Ia melihat berbagai foto gadis cantik yang ada di laci meja kerjanya. Para gadis yang selama ini kencan dengan Alka dan tak pernah disukainya. Rudi tahu Alka adalah pekerja keras dan para gadis hanya dijadikan kesenangan belaka. Alak bahkan tak pernah dekat dengan seorang gadis lebih dari 2 bulan karena seluruh waktunya hanya untuk pekerjaannya.
*************
"Sakit yang dialami ayahmu sudah masuk ke tahap sangat serius. Jika melihat hasil pemeriksaan ini, dia hanya akan bertahan selama 3 atau 4 bulan." kata dokter Celia, dokter ahli dalam yang adalah juga dekan di fakultas kedokteran. Ia dekat dengan Giska karena gadis itu pernah menolongnya saat dokter cantik itu pingsan di dekat parkiran kampus.
"Apakah tidak ada kemungkinan ayahku akan sembuh, dok?"
Celia memegang tangan Giska. "Giska, penyakit kanker belum ada obatnya. Kemoterapi hanya akan menolong seseorang sementara saja. Yang harus kamu lakukan sekarang adalah membuatnya bahagia. Kadangkala kebahagiaan justru akan memperpanjang umur seseorang."
Giska mengangguk. Ia keluar dari ruangan dekan itu dengan langkah gontai. Membayangkan usia ayahnya yang tak lama lagi, Giska menjadi sangat gelisah.
"Giska......!"
Giska menoleh. April, teman baiknya mendekati dia. "Kamu dari mana saja? Deo dari tadi mencari mu."
"Aku dari ruangan dekan Celia."
"Ada apa ke ruangan dosen fakultas kedokteran?"
"Ayahku sakit, sangat parah." kata Giska sambil menunjukan semua hasil tes pemeriksaan ayahnya.
April memeluk sahabatnya itu. "Sabar ya, Gis. Mungkin benar apa yang dikatakan dokter Celia, kamu harus berusaha menyenangkan ayahmu."
Giska duduk di bangku beton yang ada di teman itu. Terbayang kembali keinginan ayahnya untuk menikahkan dia dengan Alka.
"Sayang.....!" Deo mendekat dan langsung duduk di samping Giska. April segera pamit untuk memberi ruang pada pasangan itu untuk berbicara.
"Ada apa? Kamu terlihat sangat sedih." Deo memegang tangan kekasihnya. Tangis Giska langsung pecah.
"Hei, kenapa sayang?" Deo menghapus air mata Giska dengan punggung tangannya.
"Ayah, seperti yang aku katakan lewat telepon semalam. Dia sakit dan kata dokter Celia, sakitnya sangat parah. Waktunya tak akan lama lagi. Aku harus bagaimana? Aku nggak mau kehilangan ayah."
"Sayang, kamu tahu bahwa semua orang punya batas usianya sendiri-sendiri. Kamu ingat kan saat adikku meninggal tertabrak mobil? Awalnya papa dan mamaku sangat terpukul. Namun lama kelamaan mereka mampu menerima kenyataan bahwa memang usia adikku hanya sampai disitu. Kalau pun memang ayahmu harus pergi karena sakit yang dideritanya, kamu jangan takut. Aku tahu kalau kamu gadis yang kuat. Dan aku akan selalu berdiri di sampingmu. Atau kalau perlu, kita menikah saja sekarang supaya ayahmu tahu kalau ada aku yang akan menjagamu."
Tangis Giska semakin dalam. Bagaimana jika Deo tahu bahwa Giska justru akan dijodohkan dengan orang lain? Giska menjadi Deo, mereka sedang ada dalam fase manis-manisnya menikmati hubungan pacaran. Giska suka dengan Deo yang lembut dan selalu pengertian. Deo bahkan tak pernah kasar padanya selama 8 bulan ini.
"Deo, kita kan masih sangat muda. Bagaimana mungkin kita harus menikah?"
Deo kembali menghapus air mata Giska. "Aku tahu kita masih sangat muda. Usiamu 19 tahun dan usiaku 22 tahun. Tapi sebentar lagi aku akan lulus di fakultas kedokteran. Aku akan lanjut dengan koas. Selama ini aku tak pernah mengatakan padamu kalau sebenarnya aku punya usaha sendiri. Bahkan orang tuaku tidak tahu. Aku dan beberapa teman membuka usaha di bidang properti. Sudah dua tahun dan hasilnya lumayan. Bisa membiayai kehidupan kita. Orang tuaku pasti juga akan setuju karena mereka menyukaimu."
Giska hanya mampu memeluk Deo sambil menahan sakit di hatinya. Ia tak tahu bagaimana harus mengatakannya pada ayahnya.
*************
Hujan turun dengan sangat deras saat Giska berdiri di halte bis. Deo masih ada kuliah sampai malam dan Giska tak bisa menunggu nya karena gadis itu ingin cepat pulang dan menyimpan kembali hasil pemeriksaan kesehatan milik ayahnya.
Sebuah mobil Jeep Wrangler berhenti di dekat halte bis. Seorang cowok turun sambil membawa payung.
"Ayo masuk!"
"Alka?"
"Masuklah. Kita harus ke rumah sakit karena ayahmu ada di sana."
"Apa?" Giska sangat terkejut. Ia mengikuti langkah Alka dan masuk ke mobil cowok itu. Alka memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sakit.
Mereka pun akhirnya tiba di salah satu rumah sakit swasta milik keluarga Almando. Satpam langsung mempersilahkan keduanya masuk dan mobil Alka diurus oleh satpam tersebut.
Tanpa bicara, keduanya masuk ke dalam lift menuju ke lantai 3. Rudi tadi sudah memberitahukan pada Alka di mana ruang perawatan itu. Keduanya baru saja akan masuk dengan keadaan pintu yang sedikit terbuka. Namun Alka menahan tangan Giska saat mendengar percakapan papanya dan ayah Giska.
"Tuan harus banyak istirahat. Bagaimana jika anak-anak tuan tahu sakit tuan yang sebenarnya?" terdengar suara Delon, ayahnya Giska.
"Kamu memikirkan kesehatanku sementara kamu sendiri juga sedang kritis."
"Kita berdua berusaha menyembunyikan semua ini agar anak-anak kita bisa bahagia. Entah bagaimana jika Giska tahu yang sebenarnya. Ia pasti akan hancur. Makanya aku ingin pernikahan ini segera dilaksanakan agar aku bisa pergi dengan tenang. Agar aku bisa mewujudkan harapan mendiang istriku."
"Begitu juga dengan aku. Alka adalah kesayanganku. Namun jika dia tak mau menikah dengan Giska, aku serius dengan keputusanku. Membagi saham 10 persen peninggalan ibunya kepada kedua anakku yang lain. Aku tak mau Alka menikah dengan sembarang wanita. Karena mendiang istriku sudah menginginkan Giska semenjak ia ada dalam kandungan ibunya."
"Tuan, apakah kita berdua akan mati dengan sia-sia?"
Giska dan Alka saling berpandangan. Alka memegang tangan Giska dan gadis itu tak menolaknya. Keduanya masuk bersama di ruangan perawatan itu. Ternyata kedua pria itu sama-sama sedang dirawat.
"Alka? Giska?" Geo Almando senang melihat keduanya datang sambil bergandengan tangan.
"Papa, Giska sudah setuju menikah denganku. Silahkan tentukan saja tanggal pernikahan kita." kata Alka membuat Giska kaget dan menatap cowok itu namun Alka tak menoleh ke arah Giska. Ia semakin mempererat genggaman tangannya.
"Benarkah?" Delon menatap putrinya. Ia bahkan bangun dan duduk di ranjang perawatannya.
"Iya. Tapi bolehkah pernikahan kami ini dirahasiakan dulu? Giska kuliah dengan tanggungan beasiswa. Salah satu persyaratannya tidak boleh menikah sebelum tamat kuliah. Sebenarnya aku bisa saja menanggung biaya kuliah Giska namun ia harus pindah ke fakultas lain. Itu yang Giska tidak mau."
Giska terkejut. Bagaimana Alka tahu statusnya sebagai mahasiswa yang diberikan beasiswa?
"Baik, papa setuju. Kalian akan menikah 2 minggu dari sekarang. Namun setelah Giska selesai kuliah, maka pernikahan kalian akan diumumkan. Kita akan melaksanakan pernikahan kalian di Pulau pribadi kita yang ada di Jepang." kata Geo Almando dengan senyum penuh kebahagiaan. Giska menatap ayahnya yang juga tersenyum bahagia.
Deo.....! Guman gadis itu dalam hatinya.
************
Hai, semoga suka dengan cerita ini ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
ˢ⍣⃟ₛ 𝐀⃝🥀💜⃞⃟𝓛 Jibril Adinda
melepaskan cinta pertama sungguh berat tapi giska gk punya pilihan
2024-08-25
1
Eka ELissa
Deo....mungkin GK jodoh dgn mu giss jadi ya....plan2 aja lupain dia meskipun sulit
2024-07-19
2
Eka ELissa
wah Al grcep....DMI Sham 10 persen nya lngsung cap cuss bilang Giska mau nikah dgn Nya autho syok giska
2024-07-19
2