* * *
Sesampai nya Silvia dirumah Rey, Rey menyambut Silvia hangat.
"Oh? Silvia ada apa?" tanya Rey dengan lembut.
"Apa benar UTS nya besok?" tanya Silvia kepada Rey.
"Iya, oh kau begitu manis dengan pakaian ini" Ucap Rey yang menggoda Silvia dan terus mendekat kan dirinya kepada Silvia.
"K.. K.. Kau mau apa Rey?" ucap Silvia dengan rasa gugup.
"Tidak ada.. Aku hanya ingin melihat dirimu lebih dekat sayang, kamu sungguh cantik.. Aku harap kita bisa memulai hubungan yang baik setelah kita lulus" ucap Rey lalu memeluk Silvia dengan sangat sangat tulus dan penuh perhatian, pada awalnya Silvia sangat senang dipeluk oleh kekasih nya itu, namun ketika dia sadar bahwa dia sudah punya suami, akhir nya Silvia mulai mundur dan menjauh.
"Ada apa Sil?" bingung Rey.
"ini salah Rey!.. Tidak boleh terjadi!" Ucap Silvia dengan ekspresi sedih dan langsung bergegas pergi dari rumah Rey. Sedangkan Rey hanya bisa terdiam dengan sikap Silvia yang menjadi lebih dingin dari pada biasanya. Rey heran bagaimana bisa Silvia menolak pacar nya sendiri.
* * *
Dikantor, Hevin sedang mengikuti rapat penting.
"Bagaimana pak apa bapak setuju?" Tanya seorang pria tua kepada Hevin. Namun dari tadi Hevin terus diam dan melamun dengan tatapan nya yg kosong. "Pak" panggil sekertaris nya. "Ah! Maafkan saya, silah kan lanjut kan pak" Ucap Hevin yang baru saja tersadar dari lamunan nya, sekertaris nya pun menjelas kan apa yang tidak di dengar kan oleh Hevin tadi karena melamunkan Silvia. "Oh, baik pak saya setuju" ucap Hevin lalu rapat berakhir dan Hevin dengan sekertaris nya kembali ke ruangan kerja Hevin.
Sesampainya Hevin di ruangan nya, Hevin langsung duduk di kursinya lalu membuka laptop nya, sedangkan Dea sekertaris nya mengerjakan tugas nya. Tidak berselang lama pintu ruangan Hevin di ketuk oleh seseorang, Hevin mengizin kan seseorang itu masuk. Dan masuklah seorang wanita cantik dengan pakaian yang mini dan ketat. Dengan segera Hevin menyuruh sekertaris nya untuk keluar dan membiarkan Hevin berdua dengan wanita itu.
"Selamat siang sayang, aku membawakan kue spesial buatan ibuku khusus untuk mu" ucap wanita itu dengan tersenyum.
"Ya sayang, letakkan saja disana diatas meja itu, oh ya apa yang membuat mu pergi ke sini Frey sayang? Tidak mungkin tanpa alasan kan?" Tanya Hevin dengan lembut. Frey pun lekas duduk di atas paha Hevin dengan manja. "Oh sayang, apa kau sedang mencoba menggoda ku?" Ucap Hevin lalu melingkarkan tangannya di perut Frey dan memeluk nya erat.
"Lain kali pakai jaket ya sayang, aku tidak mau tubuh indah mu dilihat oleh manusia lain kecuali aku" Ucap Hevin manja.
"Iya sayang, oh ya apa kau sedang sibuk?" tanya Frey agar tidak mengganggu waktu Hevin.
"Tidak kok, waktuku selalu ada hanya untukmu" Jawab Hevin.
Freya Sakha dan Hevin Anderson adalah sepasang kekasih yang sudah lama mereka menjalin hubungan. Pada satu waktu Frey dan Hevin sudah berencana untuk menjalin hubungan yang jauh lebih serius yakni menikah, namun kedua orang tua Hevin sangat tidak setuju putra mereka yang tampan dan hebat menikahi wanita yang dirasa tidak baik itu, oleh karena itulah Hevin segera dijodohkan dengan Silvia.
Ini juga faktor umur Hevin yang sudah 25 tahun dan sudah layak menikah tapi belum menikah karena belum menemukan wanita yang tepat. Hingga pada akhirnya Silvia menjadi pilihan orang tuanya Hevin. Namun walau sudah menikah, Hevin tidak mau Frey mengetahui itu dan terus memperjuangkan Frey.
Mereka pun menghabiskan waktu dengan bermersa mesraan. Hevin tidak mempedulikan apapun ketika dia bersama kekasih tercinta nya. "Sayang, bagaimana? Kapan aku bisa menemui orang tua mu dan menetapkan pernikahan?" tanya Frey penuh harap yang membuat Hevin menghela nafas panjang.
"Sayang, sudah kubilang tunggu waktu yang tepat" ucap Hevin terus terusan beralasan.
"Ah.. Hevin sungguh aku sangat bosan akan alasan mu! Kapan lagi waktu yang tepat!? Kau memang tidak mencintaiku!" Ucap Frey yang cemberut lalu dengan kesal dan kecewa langsung bergegas pergi dari ruangan Hevin.
"Huh, bagaimana caranya aku membangun rumah tangga bersamanya sedangkan orang tua ku tidak merestui bahkan aku sudah menikah" Ucap Hevin menghela nafas dengan ekspresi kehilangan harapan.
* * *
Silvia terduduk di pojokan kamar, memikirkan apa yang telah terjadi. "Aku harus bagaimana tuhan!? Aku sangat mencintai Rey, tapi aku sudah menikah. Aku harusnya menolak perjodohan ini dan tidak menghianati Rey" Gerutu Silvia menyesal akan keputusan nya waktu itu.
Silvia pun turun kedapur untuk mengambil cermilan dan melihat Zaiden disana. Silvia mencoba mengambil cemilan di rak paling atas, namun karena tidak sampai Zaiden langsung mengambilkan camilan itu dan memberikan nya pada Silvia. Setelah nya Zaiden pun pergi dengan tersenyum kecil pada Silvia.
Silvia pun sempat terheran dengan tingkah laku Zaiden yang aneh, namun akhirnya dia tidak mempedulikan itu. Setelah Silvia ngemil, dia ke kamar mertua nya untuk memberitahukan bahwa besok Silvia harus ke sekolah dan seragam sekolah nya sudah dia bawa dari rumah ibunya.
"Mah.. Silvi izin mau sekolah besok ya, soalnya Silvia harus ikut ujian besok" ucap Silvia dengan lembut.
"Oh, iya nak nggak apa apa kok, nak tolong telepon nak Hevin, suruh dia cepat pulang ya nak, karena ada yang ingin mamah sampaikan" Ucap Desi.
* * *
Malamnya Hevin masih dikantor, niat Hevin ingin singgah ke rumah Frey untuk menetapkan pernikahan mereka secara diam diam. Namun dia mengurungkan niatnya setelah mendapatkan telepon dari Silvia. Hevin pun menyerahkan tugasnya pada Dea dan segera pulang kerumah.
Setelah sampai di rumah, Hevin bergabung dengan anggota keluarga nya untuk makan malam. Lalu Rudi alias ayah Hevin menyampaikan suatu hal yang membuat suasana disitu menjadi canggung.
"Hevin dan Silvia, tadi papah ketemu dengan temen lama papah yang dulu satu SMA. Dia bawa cucunya yang manis dan cantik, papah jadi menghayal nih kapan papah bisa dapet cucu dari kalian" Ucap Rudi.
"Eummh.. Kebetulan nih mamah udah beli dua tiket ke bali untuk kalian berdua" Ucap desi lalu meletakkan tiket itu di atas meja dihadapan semua.
"Ha? Tiket kebali buat apa mah?" Tanya Hevin.
Ini kan untuk kalian pergi honeymoon (bulan madu)" Ucap Desi dengan santai yang membuat Silvia hampir tersedak. "Eh eh.. Ini minum dulu" Ucap Desi lalu memberikan segelas air lalu Silvia meminu air tersebut.
"Tapi mah! Kami gak butuh yang kayak begituan, lagian kami juga belum siap" Bantah Hevin dengan lantang.
"Halah.. Dikasih enak malah nolak" ejek Zaiden dengan memutar bola mata jengkel.
"Aish kau ini adik sialan, jangan cari cari masalah deh kamu Zai!" Kesal Hevin.
"Apaan sih, aku cuma mau ngingetin tau! Ingat umur kak! Kalau gak siap mulu, kapan punya anak nya?" ucap Zaiden menasihati dengan ledekan.
"Udah udah jangan bertengkar deh kalian kayak anak kecil aja, itu urusan mereka kapan mau punya anaknya, yang penting jangan sampai mamah mati dulu baru bikin anaknya" ucap Desi.
"ih mamah ngomong apa an sih, udah pasti mamah akan menggendong cucu nanti" ucap Hevin dengan kesal lalu beranjak pergi meninggalkan meja makan dan bergegas ke kamarnya.
"Mah, pah, kan makannya udah selesai, jadi biar aku aja yang cuci piring piring nya" Ucap Silvia dengan sopan.
"Aduh rajin nyaa menantu mamah satu ini, yaudah jangan lama lama ya, suami mu menunggu tuh di kamar" Goda desi lalu semua anggota keluarga pun bergegas ke kamar masing masing untuk beristirahat karena sudah larut malam kecuali Silvia yang sibuk membereskan dapur.
Silvia mencuci piring dan membersihkan area dapur. Sementara Hevin sedang mandi, lagi lagi dia berendam cukup lama hingga akhirnya Silvia ke kamar tapi Hevin belum selesai mandi.
"Hevin!" memanggil Hevin dari kamar ke dalam kamar mandi. "Apa!?" ucap Hevin berteriak membalas. "Aku ingin buang air dan aku sudah tidak tahan lagi vin! Kumohon cepat!" panik Silvia melompat lompat tidak dapat menahan. "Kan ada kamar mandi di dapur" jawab Hevin lagi lagi berteriak.
"Tapi udah gak tahan lagi, gak sempat! Cepat vin!" Ucap Silvia tergesa gesa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments