"Baiklah dad, kita makan di restoran ini saja." Keluar dari mobil setelah berada di basemen Hotel.
Tubuhnya tidak ada semangat sama sekali, bahkan rasa laparnya kini mendadak meluap.
Sudah berkali-kali mereka makan bersama di tempat ini, banyak pasang mata yang terkagum-kagum pada ketampanan Velo yang terpahat sempurna, tidak hanya tampan di wajah tapi di dompetnya juga, siapa yang tidak suka dengan kesempurnaan itu.
Tapi tidak bagi Vanilla, meski Velo sangat royal dan posesif jika ia pergi keluar, tapi tidak dengan raga dan hatinya, entah siapa pemiliknya.
"Kenapa tidak dimakan?" Velo memotong daging steak yang ada di hadapannya dan menukarnya dengan milik Vanilla yang tak tersentuh sedari tadi.
Ia menatap steak yang sudah di potong tinggal di makan.
'Kelakuannya seperti ini terus, bukankah akan membuatku salah paham. Apa Daddy tak menyadarinya?' Bertambah murung wajahnya.
Benar, semenjak kecil ia sudah tau jika Velo bukan keluarganya dan hanya seorang pahlawan yang suka rela merawatnya setelah insiden kecelakaan yang merenggut nyawa ke-dua orang tuanya, sopir dan baby sitter dan juga satu pembantunya. Kejadian naas itu masih ada sampai sekarang, karena masuk berita trending topik kala itu.
Kedua orang tua Vanilla aktor dan aktris terkenal pada jamannya, mereka idola yang di kagumi banyak penggemar hingga kini, beruntunglah Vanilla memiliki orang tua yang begitu luar biasa pengabdiannya dalam industri perfilman, hingga kisah mereka masuk ke dalam film layar lebar dan telah di putar puluhan kali setiap tahunnya.
"Makan lah, besok peringatan kematian kedua orang tuamu Vanilla, apa kamu mau jatuh sakit sebelum acara itu di selenggarakan?" Dingin sekali nada bicaranya, tak ada kata-kata lembut yang menenangkan sama sekali.
"Tidak dad, aku jamin besok aku tak berbuat ulah seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku janji," memperlihatkan deretan giginya.
Velo tak percaya, sudah berkali-kali dan setiap tahunnya begitu, mengulang lagi mengulanginya lagi.
"Daddy pegang ucapan kamu."
Mereka segera menyelesaikan acara makan malam yang begitu romantis, meski tak ada adegan suap-menyuap seperti di drama-drama romantis.
Tak berselang lama, kini Vanilla sudah berada di kamarnya, pikirannya kemana-mana sambil menatap ponselnya untuk mencari referensi menggoda sang Daddy, hal gila kan sampai sekarang niatnya belum padam. Padahal Velo sudah sangat tegas padanya, namun ia tetap maju dengan percaya diri.
"Maaf dad, hanya dengan cara ini aku bisa tau Daddy ada rasa atau tidak? Selain itu aku juga ingin menggagalkan acara pertunangan Daddy besok, selain acara peringatan kedua orang tuaku, sorry dad." Ia mengenakan jubahnya dan menemui sang Daddy.
Tok tok.
Dua ketukan lagi, Velo melepas kaca mata yang bertengger di hidungnya lalu meletakkan kembali di atas meja dekat laptopnya.
Ceklek. Suara handle pintu terbuka, dan terlihatlah gadis cantik dengan polesan make up yang sederhana itu berhasil menggugah sesuatu yang seharusnya tak bangun. Gila bukan, tapi ia normal dan wajar jika melihat sesuatu yang indah dan imut demikian.
Nb. Gak semua ya teman-teman.
Velo sama sekali tak merasa curiga dengan sikap Vanilla yang sudah masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya, namun detik berikutnya ia di buat terkejut dan tidak berkutik saat jubah itu di tanggalkan.
Brug.
"Daddy, kenapa Daddy terus menerus menolak ku? Apa aku kurang cantik dan kurang se*si?" Semakin mendekati Velo.
Vanilla memperlihatkan lekuk tubuhnya yang memang pakaian yang ia kenakan pres badannya. Bisa di katakan seperti jaring, namun cantik sekali saat Vanilla yang mengenakan pakaian tersebut.
"Tidak!" Singkat dan padat.
Itulah sikap dingin yang selalu ia tujukan pada gadis yang telah ia selamatkan dan rawat selama bertahun-tahun. Memang ia sengaja menjaga jarak, agar tidak terjadi hal lebih yang akan di sesali oleh gadis itu.
Namun Vanilla tetap melanjutkan aksinya, ia melakukan lagi saran dari beberapa sosial media yang ia cari-cari.
"Dad, lihatlah aku. Lihat dad." Terus melangkah sampai tubuh Velo terhuyung ke belakang dan terjatuh tepat di atas tempat tidurnya.
"Jangan berbuat lancang Vanilla, besok hari penting di keluarga ini," berusaha menyingkirkan Vanilla.
Justru dengan berani Vanilla merayap di atas tubuhnya, Velo menggigit bibir bawahnya, padahal kelakuan Vanilla di kantor tadi siang cukup membuatnya panas dingin dan sekarang apa? Justru lebih parah dari tadi siang dan kemarin-kemarin.
Dirinya tak berdaya dan terlena dengan semuanya.
"I'm sorry, aku tidak berniat merusak mu. Tapi kamu terus menerus menggodaku, laki-laki mana yang sanggup menahan jika setiap hari di suguhkan pemandangan ini. Pergilah dari kamarku dan kembalilah ke kamarmu, jangan lupa kamu bersihkan dirimu, aku akan membereskan kekacauan ini. Dan ingat satu lagi, aku di sini tak bersalah, jika kamu marah seharusnya kamu marah pada dirimu sendiri." Wajah Velo berubah sendu.
Sedangkan Vanilla terdiam di tempat saat dirinya di usir begitu saja oleh Velo, pria yang baru merenggut mahkotanya. Perlahan ia mengenakan pakaiannya kembali sebelum ia kembali ke kamarnya sendiri, tepat di sebelah kamar utama milik Velo.
"Pergilah, jangan membuatku marah Vanilla, besok aku akan tetap bertunangan dengan Maya, cepatlah keluar. Gadis tak punya malu seperti kamu memang pantas mendapatkannya, bukankah Daddy sudah bilang dan memperingatkan kamu, tapi kenapa kamu masih lancang. Andai saja kamu tak lancang tadi, aku yakin keperawa,nan mu masih utuh, ingat itu Vanilla, kamu gadis murahan yang pernah Daddy kenal, dan Daddy sangat kecewa dengan sikapmu." Tetap menatapnya penuh kebencian, namun di tahan. Vanilla menangkap wajah kecewanya.
"Maaf dad, aku sungguh-sungguh tidak ingin Daddy bertunangan dengan wanita itu, aku pikir Daddy tidak jadi bertunangan. Ternyata tetap lanjut ya dad? Dan maafkan Vanilla yang lancang tadi Dad." Matanya memancarkan kekecewaan mendalam pada Velo.
Sedangkan Velo mematung meski netranya tetap menatap tubuh Vanilla yang kini berangsur-angsur menjauh dari kamarnya, bahkan cara jalannya terlihat sangat tidak nyaman, apa segitu ganasnya kah kelakuannya barusan.
Ia memejamkan matanya, teringat kejadian tadi di tempat tidurnya.
"Vanilla, aku ini daddy mu. Berhenti, jangan membuat aku menyesal Vanilla." Ingin mendorong tubuh Vanilla namun tenaganya mendadak habis.
"Daddy, lihatlah aku dad. Lihat lah, bukannya ini kesukaan Daddy, bukannya Daddy suka dengan sesuatu yang besar. Lihatlah dad, milikku tidak seperti dulu," memperlihatkan nya pada Velo.
Velo menelan salivanya, bibirnya terus mengulum dan menahan, apalagi bagian bawahnya sudah tak terkendali.
'Kenapa bisa aktif begini?' batinnya.
Apalagi saat ia menatap tubuh indah Vanilla, ia gelap mata dan segera membalikkan tubuhnya menjadi di atas tubuh Vanilla.
"Ini yang kamu mau kan?" Ci,uman panas terus terjadi sampai mereka puas, selanjutnya mereka menuntaskan apa yang memang harus di tuntaskan.
Brag.
"Kenapa bisa-bisanya aku malah menyentuhmu, kenapa kamu begitu bodo' Velo, kenapa kamu termakan rayuan itu Velo. Lihatlah, apa setelah ini kamu akan punya muka untuk menatapnya lagi."
Sementara itu, Vanilla menatap tubuhnya dari atas sampai bawah, banyak sekali tanda merah pekat di leher dan bagian dada, bahkan di antara kedua kakinya juga ada tanda, selain punggungnya juga.
"Dad, kenapa banyak begini bekasnya?" Menatap perubahan di tubuhnya dari atas sampai bawah, semua sudah berbeda.
"Aww, perih banget." Saat tersiram air di kamar mandi.
Vanilla membersihkan tubuhnya meski bayangan betapa ganasnya sang Daddy saat menyentuhnya tadi, apalagi tenaga Daddy nya sangat full stamina, hampir 1 jam kegiatan panas tadi tanpa jeda. Apalagi ini untuk yang pertama kali bagi Vanilla, entah untuk Velo.
Laki-laki itu juga kerap membawa wanita masuk di kantornya, entah apa yang di lakukan oleh mereka berdua, tapi saat Vanilla masuk di jam makan siang wanita-wanita itu sudah tidak ada di ruangan daddy-nya.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments