“Hemm.. giliran disuapin Evan aja mau..” seloroh Barra dengan wajah ditekuk.
Caca pun membulatkan matanya dengan sempurna. Kok bisa yaa sampai Barra tau klo dirinya suka disuapin Evan. Caca memutar otaknya mencari jawaban agar Barra tak tersinggung.
“Nguntit yaa..?” Caca mengerutkan dahinya.
“Dih.. Sorry yee… Emang sih klo orang yg kasmaran mah suka ga tau tempat! Kantin itu tempat umum. Mana depan mata, yaudah pasti keliat lah!” sewot Barra tak terima dirinya disebut penguntit.
“Kasmaran??? Apa itu kasmaran?” jawab Caca so’ so’ an ga ngerti.
“Halah..! Orang jatuh cinta mana tau dirinya jatuh cinta!” sungguh jawaban yg menohok bagi Caca.
Kali ini Barra beneran emosi, meskipun dia tau Caca tak mungkin sama Evan tapi dirinya cukup kesal mengingat kejadian itu. Barra pun mempercepat makannya sambil penuh emosi.
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
Barra tersedak, membuat Caca sedikit panik dan berpindah posisi ke sebelah Barra lalu menyodorkan air mineral yg telah dibukanya.
“Minum.. minum…” Caca kini membantu Barra minum dengan posisi masih berdiri sebelah Barra sambil menepuk-nepuk pelan punduknya.
“Mangkanya klo lagi makan jangan ngomong aja.. Apalagi sambil marah-marah..” kata Caca dengan penuh kelembutan.
Barra sudah sedikit lega, namun emosi masih bergemuruh di dalam dada. Enggan balik ke tempat duduknya karena risih diliatin mba pelayan, Caca menyuruh Barra untuk menggeser tempat duduknya. Kini mereka duduk bersebelahan menghadap ke arah yg sama.
Tak ingin Barra berpikir macam-macam tentang dirinya dan Evan, Caca kini ikutan minum air mineral bekas Barra.
“Kan gw udah bilang lagi ga pengen makan nasi…” hal itu tiba-tiba keluar dari mulut Caca.
Mendengar begitu saja membuat gemuruh dalam dirinya menjadi luntur seketika. Berganti ketenangan yg mengalir sekarang membuat wajah semula yg merah padam menjadi merona.
“Lagian ini burger juga belum dimakan, takutnya ga abis kan sayang..” Caca masih melanjutkan, dirinya mulai memakan burger yg teronggok sedari tadi.
Barra masih asyik memakan sisa-sisa nasi dan sop iganya seolah tak peduli dengan Caca yg berbicara, padahal di hatinya sudah mulai tumbuh bunga-bunga yg membuat dirinya kembali bahagia.
Baru memakan setengah burgernya Caca sudah merasa kekenyangan. Dia menaruhnya diatas piring dan meminum mocacino yg esnya sudah mulai mencair.
“Besok janji yaa lu latihan.” kata Barra mulai membaik mood nya, sudah tak ada emosi lagi dalam nada bicaranya.
“Hmm..” jawab Caca sambil ngangguk-ngangguk tak melepaskan sedotannya yg sedang meminum mocacinonya.
“Makan lagi…” kata Barra yg melihat burgernya masih lumayan banyak.
“Kenyang..” sahut Caca sambil nyengir tanpa dosa.
“Katanya tadi sayang.. malah ga diabisin!”
“Gimana dong.. keburu kenyang… lu cobain deh.. enak tau..!” sahut Caca yg kini mengambil burgernya dan menyodorkan ke mulut Barra.
“Ak…!” sekarang malah Caca yg ingin menyuapi Barra dengan sedikit memaksa.
Barra masih menutup mulutnya dan memundurkan wajahnya dengan menggeleng kuat. Namun bukan Caca klo ga bar-bar, dia memaksa Barra memakannya dengan memajukan lagi burger ke arah mulutnya.
“Ak…! Sendirinya juga ga mau kan gw suapin!” malah itu yg keluar dari mulut Caca entah dalam kesadaran penuh ato tidak Caca berbicara seperti itu.
Tak mau ada kesalahpahaman lagi Barra cepat-cepat mengambil tangan Caca yg hendak menyimpan burgernya di atas piring.
“Nih.. gw makan!” sahut Barra sambil memasukkan burgernya ke dalam mulut dengan tangannya yg berada diatas tangan Caca memegang burger yg sama.
Deg!
Jantung Caca kembali berlari, sepertinya dia malah cari masalah. Caca berharap bisa menyembunyikan letupan-letupan bahagia di hatinya. Dia bertekad harus tetap tampak biasa.
Namun Caca telah terhipnotis suasana cafe sore itu. Tetiba tangan satunya mengambil tisu di meja dan mengelap saus yg ada di pinggir mulut Barra. Ini pertama kalinya Caca bersikap begini pada seorang pria.
Saat mengelapnya Caca masih belum sadar hingga dia tak sengaja mengalihkan pandangannya ke arah mata Barra yg sedang menatapnya dalam. Kedua mata mereka beradu, Caca tampak membeku.
Barra menyadarkannya dengan mengambil tisu yg sedang digenggamnya. Tetapi Caca masih tak mengedipkan matanya. Wajah mereka kini sangat dekat. Terlintas kembali dalam benak Barra untuk menjaili Caca.
“Fiuuhhh…”
Hembusan nafas yg hangat menyapu wajahnya, bulu kuduknya meremang. Padahal bukan ciuman yg Caca dapat, namun dia tetap mematung menatap wajah Barra. Pikirannya penuh, dipenuhi cerita-cerita keromantisan Elzi dan Dustin.
Saat Barra tengah sibuk dengan pikiran jailnya, justru Caca yg terhanyut dengan otak kotornya. Maklum lah kan belum pernah nyoba pasti penasaran gimana rasanya!
Caca tak sadar dia sedang menatap bibir Barra sangat dalam. Barra yg menyadari hal itu malah tambah ingin menjaili Caca. Sebenarnya Barra pun sangat tergoda dengan apa yg ada di hadapannya. Ingin rasanya Barra mencium bibir merah merekah Caca, apalagi sekarang Caca seperti sedang mendekatkan wajahnya.
Ctakk!
Barra menyentil jidat Caca yg terlonjak dari duduknya. Caca mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
“Astagfirulloh…” sahut Caca, “Apa yg udah gw lakuin barusan..” batinnya.
Barra masih memperhatikan tingkah Caca yg cukup aneh menurutnya. Caca tak mempersalahkan dirinya yg sudah menyentil dahinya yg kini lumayan merah. Biasanya Caca bakal mengaduh heboh kesakitan, tapi sekarang ngga.
Caca mengambil mocacino esnya dan mulai mengaduk-aduknya lagi ga jelas. Dia sedang mencerna apa yg sudah dia lakukan barusan dan selanjutnya apa yg harus dilakukan juga.
10 menit berlalu mereka terdiam, Caca buntu tak tahu harus bagaimana. Dia sudah tak peduli lagi dengan penilaian Barra tentangnya. Sudah kadung malu dengan sikapnya tadi yg terbawa suasana.
Melihat hal itu tentu saja Barra tak ingin mereka kembali canggung. Diacaknya pucuk kepala Caca untuk mencairkan suasana.
“Katanya kenyang, malah minum kopi lagi!” sahut Barra menghilangkan ketegangan.
“Hah..?” Caca masih belum bisa fokus. “Oh… iyaa ini kopi yg tadi belum abis. Lagian klo kopi gak bikin kenyang!”
“Jaga kesehatan Ca.. jangan kebanyakan ngopi…” sahut Barra mengingatkan.
“Hmm..” sahut Caca masih tak bisa fokus.
“Mu balik jam brp? Balik sendiri lagi kaya waktu itu ato masih mu gw anter?” sahut Barra sambil tersenyum geli.
Caca memutar bola matanya malas. Sore itu benar-benar dia mati kutu. Gegara dirinya yg tak ingin disalahpahami Barra tentang kedekatannya dengan Evan malah berujung mempermalukan diri sendiri.
Niatnya cuma mau goda Barra dengan menyuapinya, eh malah kebawa suasana! Dasar Caca sudah tau tak ada pengalaman berhadapan dengan seorang pria masih berani main-main, gatau apa yg dihadapinya mantan bad boy jelas aja sulit dipermainkan, jadi aja kena batunya!
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
hyacinth
kasmaran adalah sebuah makanan 🗿🗿🗿
2024-07-24
0
🔵❤️⃟Wᵃf⧗⃟ᷢʷঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
bahaya loh kalau barra kamu goda terus..., bisa-bisa si Joni nanti bangun 😅
2024-06-11
0
🔵❤️⃟Wᵃf⧗⃟ᷢʷঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
tuh kan.../Chuckle/
2024-06-11
0