...🍁 Jangan lupa ramaikan part ini ya!...
...Happy reading...
...****...
Aditya pulang dengan wajah yang terlihat sangat lelah sekali, selain banyak pekerjaan di kantor yang membuat tubuhnya lelah, ucapan papanya juga membuat pikirannya cukup lelah. Selama ia hidup dan sampai sedewasa ini ia selalu menjadi bahan perbandingan dari papanya dengan Arsenio yang membuat Aditya kesal dan membenci Arsenio. Lagipula siapa anak yang mau dibanding-bandingkan dengan orang lain? Bahkan dengan saudara kandung pun tak ada yang mau bukan? Inilah yang Aditya rasakan selama ini, hatinya cukup tertekan jika sudah berurusan dengan papanya hingga ia menjadi Aditya yang seperti ini.
Disana Lastri sudah menunggu kepulangan Aditya dengan tersenyum ramah, melihat senyuman itu entah mengapa Aditya yang tadinya ingin memaki-maki Lastri menjadi terdiam tanpa suara, seakan makian itu lenyap ditelan oleh senyuman Lastri yang memang sangat manis. Tetapi Aditya tidak terpesona tujuan awal ia menjadikan Lastri kekasihnya adalah untuk merebut Aileen dari tangan Arsenio hingga pria itu juga merasakan penderitaan seperti dirinya.
"Tuan saya sudah menyiapkan makanan untuk anda. Sekarang Tuan mandi dan setelah itu makan malam ya," ujar Lastri dengan perhatian.
Aditya menatap Lastri dengan sinis. "Minggir!" teriak Aditya mendorong Lastri hingga gadis itu terjatuh di sofa.
Aditya tak mempedulikan Lastri ia melenggang pergi meninggalkan gadis itu begitu saja dan masuk ke kamarnya dengan membanting pintu sangat keras hingga Lastri terkejut dan mengelus dadanya dengan sabar.
"Salah lagi ya?" gumam Lastri dengan sendu.
Padahal ia sudah mempersiapkan makan malam untuk Aditya dengan sepenuh hati. Tetapi lelaki itu menolak dengan keras bahkan membantak dirinya. Lastri tahu Aditya terlihat kacau, ia hanya ingin memberikan perhatian kecil untuk Aditya tetapi Aditya terlihat sangat tidak suka dengan dirinya.
Dengan sabar Lastri berdiri dari sofa setelah di dorong dengan keras oleh Aditya. Jika Aditya tidak mau makan di meja makan maka Lastri akan membawakan makanan ke dalam kamar Aditya. Entahlah di satu sisi ia takut dengan Aditya tetapi disisi lain ia ingin selalu bersama untuk Aditya.
Lastri menyiapkan makanan untuk Aditya ke dalam piring setelah selesai ia membawanya ke dalam kamar Aditya dengan nampan.
"Siapa yang menyuruh kamu masuk ke kamar saya? Lancang sekali kamu!" ucap Aditya dengan sengit.
"Saya yang berinisiatif sendiri, Tuan. Saya tahu anda belum makan bukan? Ini saya bawakan makanan kesukaan Tuan," sahut Lastri dengan tersenyum.
"Bawa keluar makanan itu! Saya sama sekali tidak lapar!" ujar Aditya dengan sengit menatap Lastri dengan sangat sinis seakan dengan tatapannya itu bisa melukai Lastri saat ini.
"Pikiran boleh kacau tapi makan tetap jadi keharusan biar tidak sakit, Tuan!" ujar Lastri mengabaikan ucapan Aditya begitu saja yang membuat pria itu kesal bukan main dengan Lastri.
"Kamu dengar ucapan saya tidak? Saya bilang saya tidak lapar!" ujar Aditya menarik dagu Lastri dengan kuat hingga Lastri meringis kesakitan.
"Sepertinya kamu memang minta disiksa Lastri!" ujar Aditya dengan menyeringai.
"Akh..."
Lastri menahan rasa sakit saat Aditya menarik rambutnya dengan sangat kuat. "T-tuan sakit," gumam Lastri dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu yang memintanya Lastri!" ujar Aditya dengan menyeringai.
"Tolong lepaskan tangan Tuan. Ini sakit hiks..." ujar Lastri dengan memohon.
"Tidak akan!" desis Aditya dengan tajam.
"Jangan bermain-main dengan saya Lastri. Disini kamu hanya alat untuk mencapai tujuan saya," ujar Aditya dengan menyeringai.
Air mata yang tadinya ia tahan agar terlihat kuat di depan Aditya kini luruh juga. Lastri begitu terluka namun ia tidak bisa menunjukkan jika dirinya terluka disini, sorot mata Lastri entah mengapa membuat Aditya terdiam, ia seakan mengenal mata indah yang saat ini sedang berkaca-kaca.
Aditya langsung melepaskan cengkraman tangannya di dagu Lastri. Tangannya terkepal dengan sangat erat, matanya terpejam dan sialnya ia mengingat kejadian masalalu yang membuat dirinya kehilangan teman masa kecilnya.
Damn!!
"Argghhh..." teriak Aditya dengan keras yang membuat Lastri terlonjak kaget saat Aditya meninju tembok dengan sangat keras. Bahkan Pria itu terduduk di lantai sangking emosinya dengan apa yang terjadi di kehidupannya dari dulu sampai sekarang.
"KELUAR!"teriak Aditya dengan suara yang sangat menggelegar.
Lastri bukannya keluar gadis itu malah mendekat kearah Aditya. " Tangan kamu berdarah Mas. Aku obati dulu ya," ujar Lastri dengan cemas bahkan ia tidak sadar memanggil Aditya dengan panggilan mereka dulu.
Dengan panik Lastri mengambil kotak P3K yang memang tersedia di kamar Aditya. Ia mengobati luka Aditya dengan perlahan sampai Lastri meringis sendiri melihat luka yang ada di tangan Aditya bahkan ada bekas luka yang sudah mengering, Lastri yakin Aditya sudah melukai tangannya sendiri sebelum ini melihat luka yang ada di tangan Aditya.
Lastri baru melihat sisi rapuh seorang Aditya saat ini seperti ada beban berat yang ia himpit sendirian. Tapi apa? Lastri ingin meringankan beban Aditya tetapi ia tidak mempunyai keberanian untuk bertanya.
Aditya hanya diam tanpa ekspresi melihat kearah Lastri yang sedang fokus mengobati lukanya. Tidak ada yang tahu apa yang sedang Aditya pikirkan saat ini karena Aditya sendiri pun bingung dengan dirinya sendiri.
Dan sialnya Aditya malu karena Lastri melihat sisi rapuhnya yang selama ini ia sembunyikan seorang diri. Bahkan mamanya yang selalu menyayangi dirinya juga tidak tahu apa yang menjadi beban pikirannya. Ya mereka adalah korban dari keegoisan seorang Arvas.
"Sudah selesai!" ujar Lastri dengan tersenyum. "Mas jangan sakitti diri sendiri lagi ya. Aku khawatir," ujar Lastri dengan tersenyum.
"Mas makan ya! dua suap juga gak apa-apa," bujuk Lastri dengan lembut. "Makan ya, Mas! Mas harus memperhatikan kesehatan Mas sendiri. Banyak loh diluar sana orang yang gak makan sama sekali karena gak ada uang. Lastri pernah juga ngerasain itu semua, semenjak papa dan mama meninggal hidup Lastri gak ada arah sama sekali semua kacau tapi Allah masih memberikan kekuatan untuk Lastri bertahan di titik ini. Jadi, apapun masalah yang sedang Mas hadapi saat ini hadapi dengan penuh keberanian jangan menyerah ya, Mas. Ini makanannya kalau Mas gak mau makan karena ada Lastri disini. Lastri keluar dulu ya Mas. Dimakan ya, Mas!" ujar Lastri dengan tersenyum.
Lastri keluar dari kamar Aditya dengan perasaan yang cukup lega karena Aditya tidak lagi bertindak kasar kepadanya tatapan pria itu benar-benar tidak bisa ditebak hingga membuat Lastri berpikir keras.
"Ada apa dengan mas Aditya?" gumam Lastri didalam hati dan pertanyaan itu hanya melebur didalam hatinya tanpa Lastri tahu jawaban penyebab Aditya terlihat rapuh sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments