Eli pun tak kalah terkejut mendengar suara lantang nek Yasmi. Dengan gugup Eli berdiri untuk menyambut sang mertua yang mendekat kearahnya.
"I-iya Mak, ada apa ?. Teriak-teriak segala, sampe kaget Saya," kata Eli tanpa rasa bersalah.
"Kamu tuh ya. Apa sih yang Kamu bilang sama Murad?. Bisa-bisanya dia nyamperin Yasin dan Dirga sambil nuduh yang aneh-aneh?!" tanya nek Yasmi galak.
"Nuduh aneh-aneh gimana sih Mak. Lagian Saya ga ngomong apa-apa kok sama Bang Murad. Iya kan Pa?" tanya Eli sambil melirik kearah suaminya seolah meminta pembelaan.
Sayangnya Murad hanya membisu. Dia pura-pura tak mendengar pertanyaan istrinya karena tak ingin menambah masalah. Sikap Murad tentu saja membuat Eli malu.
"Jangan bohong kamu. Saya liat semuanya normal dan biasa-biasa aja tadi. Tapi setelah kamu bisik-bisik sama Murad, semuanya berubah jadi kacau!" kata Mak Yasmi sambil menatap marah kearah Eli.
"Sabar Mak," sela Abah Mustafa dari ambang pintu.
"Ga bisa Bah!. Menantumu yang satu ini udah keterlaluan. Bisa-bisanya ngadu domba suami sama adik iparnya!" kata Mak Yasmi.
"Saya ga ngadu domba Mak. Saya cuma bilang, kok Yasin sama Dirga ngobrolnya berdua aja tanpa bang Murad. Jujur Saya tersinggung apalagi mereka ketawa terus daritadi. Saya curiga, jangan-jangan mereka lagi ngetawain saya sama bang Murad," sahut Eli sambil menunduk.
"Ngetawain gimana maksud Kamu El?" tanya kek Mustafa tak mengerti.
"Ngetawain ... itu Pak. Kan tadi Saya cerita tentang anak-anak saya. Keliatannya Dirga ga suka denger cerita saya. Mungkin iri, makanya mukanya sampe bete gitu. Dia pasti curhat sama Yasin dan mereka sepakat untuk membenci saya dan nyari-nyari kesalahan saya," sahut Eli.
Ucapan Eli membuat semua orang menggelengkan kepala karena tak mengerti dengan cara berpikirnya.
"Ga usah negatif thinking gitu lah Kak. Saya sama Dirga ga ngomongin keluarga Kakak. Kami lagi ngebahas masa kecil kami kok tadi, Nia saksinya. Walau dia juga jadi bahan ketawaan kami gara-gara marahnya mirip sama marahnya mamak, tapi Nia ga marah tuh," kata Yasin dengan santai.
Nia pun mengangguk mengiyakan ucapan suaminya.
"Jelas aja Nia belain kamu. Dia kan Istri kamu," gerutu Eli.
"Sudah lah, ga usah ribut lagi. Kalian kan sudah tua, masa masih ribut kaya anak kecil. Ayo baikan!" titah kek Mustafa sambil melotot.
Murad, Yasin dan Dirga pun bergegas saling mendekat untuk meminta maaf. Setelahnya ketiganya berpelukan lalu tertawa. Melihat sikap ketiga anaknya membuat Abah Mustafa dan Mak Yasmi ikut tertawa.
Menyaksikan tiga bersaudara itu telah kembali akur, Eli pun gusar. Dia segera meraih tas dari sofa lalu bergegas pamit. Kek Mustafa dan nek Yasmi tak bisa berbuat apa-apa. Keduanya terpaksa merelakan Murad pergi bersama Eli.
Tak lama kemudian deru mobil Murad terdengar meninggalkan halaman rumah. Kek Mustafa dan nek Yasmi nampak menatap kepergian Murad dengan sedih.
"Makin ke sini tingkah kak Eli makin menyebalkan. Udah sombong, perhitungan, pelit lagi. Iya kan Mak?" tanya Dirga tiba-tiba.
"Hush, jangan sembarangan ngatain orang. Gitu-gitu kan dia istri abangmu," kata nek Yasmi.
"Aku tau Mak. Tapi seharusnya sebagai istri kakak tertua, dia bisa membawa diri. Kalo ga bisa jadi panutan ya lebih baik diem. Daripada banyak ngomong tapi isinya cuma pamer dan ngerendahin orang lain. Kalo ga mandang bang Murad, rasanya udah pengen Aku sumpel aja mulutnya pake kaos kakiku yang bau ini," sahut Dirga kesal.
Kalimat terakhir Dirga membuat semua orang yang mendengarnya tertawa.
"Untung anak-anaknya bang Murad ga ikut hari ini. Mereka pasti malu ngeliat tingkah ibunya kaya gitu," kata Yasin sesaat kemudian.
"Betul. Jadi inget tragedi di acara keluarga di rumah mang Darma tahun lalu," sahut Nia.
"Emangnya ada apa di sana Mbak?" tanya Eva yang memang tak bisa hadir karena keluhan di awal kehamilannya.
"Di sana kak Eli kan ngatain cucunya mang Darma tuh. Bercanda sih katanya. Tapi ga nyangka menantunya mang Darma marah. Dia ga terima Anaknya dikatain mirip anak keterbelakangan mental. Ya, lagian mana ada orangtua yang terima anaknya dijelek-jelekin begitu. Setelahnya rame deh, ribut besar dan saling maki. Anaknya bang Murad yang awalnya belain Ibunya juga jadi malu setelah tau duduk persoalannya. Bahkan Mila juga marahin ibunya itu di depan kita semua lho," sahut Nia sambil tersenyum.
"Oh ya. Wah pasti mukanya kak Eli udah kaya pelangi ya Mbak," gurau Eva disambut tawa semua orang.
"Pastinya. Bang Murad aja ga bisa ngomong apa-apa saking malunya. Setelah minta maaf bang Murad buru-buru ngajak anak istrinya pulang. Waktu itu Mila sempet nitip uang sama aku buat cucunya mang Darma. Dia minta maaf karena udah bikin keributan dan ga sopan sama keluarga mang Darma. Untungnya mang Darma ga marah. Beliau maklum dan maafin keluarga bang Murad," kata Nia.
"Kamu tau ga berapa jumlahnya Bund?" tanya Yasin tiba-tiba.
"Kalo ga salah delapan ratus ribu-an Yah. Mungkin tadinya mau ngasih satu juta, tapi karena ga ada uang cash, makanya Mila cuma ngasih segitu," sahut Nia.
"Delapan ratus ribu, gede juga Mbak," kata Dirga.
"Iya. Tapi itu ga sebanding sama kesalahan yang dibuat kak Eli, Dir," sahut Nia yang diangguki Dirga.
"Untungnya anak-anak Murad punya sifat dan karakter yang beda sama Eli. Jadi ada yang ngingetin dia kalo lagi kumat," kata kek Mustafa sambil tersenyum.
Ucapan kek Mustafa membuat semua orang tertawa. Setelahnya mereka kembali ke dalam rumah dan melanjutkan obrolan mereka hingga malam hari.
Sementara itu Murad tampak sedang memarahi Eli di sepanjang perjalanan menuju ke rumah.
"Udah dong Pa. Ga capek ya ngomel terus daritadi. Udah hampir sampe rumah kok masih ngomel aja," protes Eli.
"Ya ini kan gara-gara kamu!" sahut Murad kesal.
"Aku kan cuma bilang apa adanya. Kamu aja yang gampang kepancing. Ga tanya dulu main labrak aja. Yang salah siapa kalo gitu," kata Eli tak mau kalah.
Murad pun terdiam. Dia menyadari kelemahannya yang memang mudah dihasut orang bahkan oleh istrinya sendiri. Murad pun menghela nafas panjang sambil melirik kearah Eli.
"Apa?!" tanya Eli sambil melotot.
"Gapapa. Lain kali Kamu juga jangan kaya gitu Ma. Amati betul-betul sebelum nuduh, biar ga jadi salah paham lagi kaya tadi. Aku malu Ma. Masa ribut cuma gara-gara hal sepele," kata Murad dengan suara sedikit lunak.
Eli menghela nafas panjang lalu mengangguk.
"Iya," sahut Eli dengan enggan.
"Dan ga usah kebanyakan cerita lagi tentang keberhasilan anak-anak kita sama mereka," pinta Murad.
"Lho kenapa emangnya?" tanya Eli tak mengerti.
"Ga enak sama Yasin dan Dirga. Kita kan juga pernah ada di posisi mereka dulu, masa Mama ga paham sih," sahut Murad.
"Justru itu aku cerita supaya mereka termotivasi Pa. Kita juga pernah susah kaya mereka, tapi karena kita berusaha, makanya Kita bisa bangkit dan hidup enak kaya sekarang," kata Eli ketus.
"Iya. Tapi ga usah terlalu diumbar lah. Yang ada bukan jadi termotivasi malah jadi benci nanti," kata Murad mengingatkan.
"Iya iya. Kenapa sekarang Papa jadi bawel sih. Banyak banget larangannya!" sahut Eli sambil mendengus kesal.
Murad pun tersenyum sambil menggelengkan kepala mendengar jawaban sang istri. Setelahnya Murad kembali fokus mengendarai mobilnya karena hampir tiba di rumah.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Yuli a
suaminya kok bisa tahan y
2025-04-22
1
YuniSetyowati 1999
Berkilah pula 😓
2024-12-17
1
Ali B.U
next
2024-08-14
1