1 Minggu kemudian.
..."Pemakaman dari model cantik Imelda Carlonia hari ini di lakukan dengan penuh haru. Banyak fans yang berkunjung kemakamnya dengan membawakan bunga dan turut prihatin memberikan bela sungkawa atas kehilangan idola mereka yang yang mereka cintai," media sekarang membicarakan masalah pemakaman Imelda Carlonia yang juga menjadi pemberitaan hangat....
Zeva sendiri yang berdiri di depan televisi yang menggantung di tembok rumah sakit dengan kedua tangannya di lipat di dadanya yang sangat serius melihat proses pemakaman itu.
..."Namun kematian dari korban masih menjadi misteri? Apa yang membuat Imelda bunuh diri. Namun banyak spekulasi. Jika Imelda di bunuh. Pihak rumah sakit Cipta Karya belum memberikan hasil otopsi sebenarnya dan membuat penyelidikan polisi masih belum bisa dilanjutkan," lanjut pembawa berita....
Wajah Zeva terlihat datar ketika melihat berita di telivisi dengan Zeva menghela nafasnya. Saat Zeva berbalik badan tidak sengaja tubuhnya tertabrak tubuh kekar.
Bruk.
Tubuh itu tertabrak tubuh yang begitu tegap sampai membuat Zeva hampir jatuh dan untung saja pria itu berhasil menahan tubuh dengan memeluk pinggang Zeva dan kedua tangan Zeva berada di dada bidang pria tersebut.
Nafas dan jantung Zeva berdegup dengan kencang karena panik dan Zeva mengangkat kepalanya yang melihat siapa orang yang menahan tubuhnya.
Deg.
Betapa terkejutnya Zeva dengan matanya melotot dan lebaran jantung yang semakin kencang yang seperti ingin copot. Pria itu juga terkejut melihat Zeva dengan ekspresi kaget mereka.
"Dokter Askara!" batin Zeva.
"Zeva!" batin Askara.
Mereka sama-sama kaget yang kembali di pertemukan setelah 6 tahun lamanya berpisah. Askara dan Zeva yang dulu memiliki masa lalu dan sekarang bertemu kembali. Dari wajah mereka terlihat masih sama-sama tidak percaya akan pertemuan itu dan jika di katakan apa saling mengenal pasti masih saling mengingat satu sama lain.
Zeva dan Askara dalam posisi yang sama terbayang kembali masa-masa yang pernah mereka lewati beberapa tahun lalu. Hal singkat dalam hitungan kurang lebih 3 bulan. Tetapi masih mengingat jelas dan mampu membuat jantung keduanya berdebar dengan kencang yang mungkin sama-sama merasakan debaran itu.
Askara mengingat pertama kali melihat Zeva di pesawat. Wajah Zeva sama dengan seperti saat ini Askara bertemu dengan Zeva. Wajah yang tidak pernah berubah. Bagi Askara Zeva masih tetap kecil dan gadis remaja.
Zeva juga mengingat pertama kali bertemu Askara yang menyelamatkan Zeva saat Zeva ingin di lecehkan di Bali. Ingatan seperti kilat yang sangat cepat berlalu. Mereka yang sejak dulu dekat dan Askara banyak mendampingi Zeva. Sampai timbul perasaan gadis remaja pada pria dewasa yang memang tulus kepadanya.
Gentelment seorang Askara yang apa-apa selalu meminta izin pada orang tuanya dan semua mereka lalui dengan hal-hal manis. Ingatan yang tidak pernah bisa di lupakan di pikiran mereka berdua dengan debaran jantung yang masih terus berdebar kencang.
Namun bukan ingatan manis yang berkesan. Tetapi ingatan terakhir Zeva adalah saat melihat Askara di depan rumah sakit saat hujan dan dia datang menemui Askara dengan sengaja membawakan nasi kuning. Namun Zeva melihat Askara berciuman dengan mantan kekasih Askara yang tak lain adalah laras. Apa yang teringat di dalam benak Zeva membuat hati Zeva masih terasa sesak dan sakit dan seakan kemanisan yang pernah terjadi luka seketika dengan luka yang masih membekas.
"Dokter Askara!" keduanya sama-sama membuyarkan lamunan mereka ketika mendengar suara memanggil.
Zeva dengan cepat melepas diri dari Askara dan langsung menjauh dengan rasa gugup dan salah tingkah yang masih terlihat shock. Namun tidak bisa bohong dari sorot mata Zeva ada rasa kecewa dan mata bergenang yang ingin di tumpahkan air mata itu.
"Maaf!" sahut Zeva yang mengalihkan pandangannya mencari pandangan lain. Namun, Askara masih memperhatikan Zeva yang sangat ingin banyak bicara dengan Zeva.
"Dokter Askara!" Dokter Ardi yang memanggil Askara menghampiri Askara dan Zeva.
"Dokter Ardi!" sapa Askara yang juga sedikit gugup. Namun masih berusaha tenang.
"Akhirnya Dokter datang juga," ucap Ardi.
"Iya saya baru datang dan tadi saya ingin langsung menemui Dokter Ardi," jawab Askara.
"Saya memang sejak tadi menunggu Dokter," sahut Ardi. Askara mengangguk.
"Dokter Zeva perkenalkan ini Dokter Askara. Dokter ahli bedah dan akan melanjutkan tugas di rumah sakit ini. Karena banyak Dokter muda yang butuh di bimbingan sama seperti kamu," ucap Dokter Ardi yang memperkenalkan Askara.
Zeva hanya mengangguk-angguk. Namun wajahnya melihat kesana kemari yang tidak melihat ke arah Askara yang seperti menghindari pandangan itu.
"Kamu tidak ingin mengulurkan tangan untuk berkenalan?" tanya Dokter Ardi dengan alis terangkat.
"Oh maaf! Saya Zeva!" sahut Zeva yang mengulurkan tangan dengan kegugupan di wajah Zeva. Askara bisa merasakan tangan Zeva yang begitu dingin.
"Askara!" jawab Askara yang menyambut uluran tangan itu dan melihat Zeva begitu dalam. Namun Zeva menarik uluran tangannya dengan cepat dan sampai lupa untuk menyebutkan namanya yang pasti sudah di ketahui Askara.
"Baiklah Dokter, kalau begitu saya permisi dulu. Masih ada yang harus saya selesaikan!" ucap Zeva yang buru-buru pamit.
Dokter Ardi mengangguk dan Askara yang melihat kepergian Zeva.
"Zeva kamu ada di sini. Kita bertemu kembali," batin Askara dengan tatapan mata yang penuh kerinduan.
"Mari Dokter kita mengobrol!" ajak Ardi yang kembali membuyarkan lamunan Askara.
"Baik!" sahut Askara dengan mengangguk. Lalu pergi bersama Dokter. Walau Askara masih kepikiran dengan Zeva.
*********
Setelah bertemu dengan Askara membuat tubuh Zeva jadi lemas. Zeva yang bersandar di salah satu Villar dengan kedua tangannya berada di saku jasanya.
Hahhhhhh.
Zeva membuang nafas beratnya begitu panjang.
"Aku tidak pernah membayangkan di dalam hidupku. Jika aku akan kembali Bertemu dengan dia setelah sekian lama," gumam Zeva.
"Tidak ada yang berubah, dia masih tetap orang yang pertama kali aku temui waktu dulu," batin Zeva dengan wajahnya yang tampak begitu sendu dan galau.
"Dia akan bergabung di rumah sakit ini dan akan menjadi Dokter di rumah sakit Cipta Karya,"
"Jika dia akan menjadi Dokter di rumah sakit ini artinya kami akan sering bertemu," tanya Zeva.
"Hanya menatap dan menyebutkan namanya, seolah tidak mengenalku yang artinya dia memang tidak mengingatku dan aku yang berlebihan mengingat dia!" Zeva kepikiran dengan Askara yang mengenalkan diri. Padahal Askara dan Zeva sudah saling mengenal.
Huhhhhhhh
Zeva menarik nafas panjang dan membuang perlahan kedepan.
"Seharusnya aku bisa melupakan dia!" batin Zeva yang memejamkan matanya dengan kembali mengatur nafas.
"Zeva!" tegur Inggit yang membuat Zeva membuka matanya.
"Inggit!" sahut Zeva.
"Kamu di dari dari tadi di sini, aku mencarimu!" ucap Inggit.
"Memang ada apa?" tanya Zeva heran
"Tuh kamu di panggil Dokter Ardi," ucap Inggit.
"Bukannya Dokter Ardi tadi bersama dia, lalu untuk apa aku di panggil," batin Zeva.
"Zeva!" tegur Inggit dan Zeva tidak merespon yang masih melamun.
"Hey Zeva!" Inggit sampai bertepuk tangan di wajah Zeva ya membuat Zeva kaget.
"Hah iya kenapa?" tanya Zeva seperti orang linglung.
"Kamu di panggil Dokter Ardi!" tegas Inggit sekali lagi.
"Iya-iya. Ya sudah aku Keruangannya dulu!" ucap Zeva yang langsung pergi dengan sedikit linglung. Inggit hanya menghela nafas yang juga meninggalkan tempat itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments