Feng Yun dan ibunya sedang menyantap makan siang mereka dengan lahap sembari bersenda gurau. Makan siang itu terasa sangat ramai meskipun mereka hanya berdua saja. Ini adalah waktu yang sangat berharga bagi Feng Yun karena ia bisa bahagia di tengah-tengah pahitnya hidup.
Feng Yun yang tidak bisa ber kultivasi hanya bisa menjalani hidup dengan penuh kesedihan. Ia tidak dapat bermain dengan anak anak seusianya karena kebanyakan dari mereka sudah dapat ber kultivasi. Jika pun memaksakan malah yang ada dirinya yang dijadikan bahan perundungan dan yang lebih buruk dijadikan samsak.
"Ahh.. Kenyang.. " Kata Feng Yun yang bersandar di kursi sembari mengelus-elus perutnya.
Han Xue Yi hanya tersenyum lembut menatap putranya yang sedang bahagia. Kemudian ia mengambil mangkuk yang digunakan Feng Yun untuk dicuci sembari memberi sedikit ledekan padanya.
"Kalau soal makan, kamu selalu saja cepat.. "
Feng Yun yang seakan tahu kearah mana topik pembicaraannya, langsung bangkit berdiri di atas kursi dan memberi jawaban dengan penuh tekad dan semangat, "Ibu lihat saja, suatu saat nanti aku pasti akan menjadi seorang kultivator terkuat yang akan menguasai seluruh alam semesta!"
Mendengar jawaban putranya, Han Xue Yi kembali tersenyum lembut dan menyuruh Feng Yun agar tidak berdiri di atas kursi.
"Kalau begitu, berarti kamu harus berusaha dengan keras! Jangan biarkan orang lain menghalangi ataupun melemahkan tekatmu itu!" Ucap Han Xue Yi sembari mendekati Feng Yun.
"Dan jika impianmu itu terwujud, maka kamu harus menjadi kultivator yang baik, yang selalu menegakkan keadilan dinana pun kamu berada" Ucap Han Xue Yi kembali sembari mendekatkan wajahnya sejajar dengan wajah Feng Yun.
"Cup!"
Han Xue Yi memberi ciuman kasih sayang di kening Feng Yun kemudian berbalik pergi untuk mencuci mangkuk. Sementara itu, Feng Yun yang tampak sangat bahagia turun dari kursi dan beranjak pergi keluar untuk menikmati pemandangan.
Ketika Feng Yun sudah mencapai pintu, tiba-tiba ia mendengar suara rintihan kesakitan dari belakang rumah. Ia pun membatalkan rencananya untuk menikmati pemandangan dan berlari masuk kembali kedalam rumah.
"Argh..!"
Di belakang rumah, terlihat ibu Feng Yun sedang memegangi kepalanya dengan kedua tangan. Ia merasa sangat kesakitan di bagian kepalanya seperti sedang di tusuk ribuan jarum.
"Ibu! Ibu kenapa? Ibu!" Feng Yun yang melihat ibunya sedang kesakitan langsung menghampiri ibunya dan bertanya.
Han Xue Yi tidak menjawab pertanyaan putranya, ia masih menahan rasa sakit yang dirasakannya. Ia juga mengalirkan qi ke tempat dimana rasa sakitnya berada. Namun bukannya berkurang, malahan semakin bertambah rasa sakitnya.
"Apa ini? Racun? Tapi dari mana asalnya?" Batin Han Xue Yi sambil memegang kepala.
"Ibu jangan tinggalkan aku... Ayo kita pergi ke tempat tabib saja!" Kata Feng Yun sembari menggoyangkan tubuh Han Xue Yi. Dapat terlihat dengan jelas matanya yang cerah nan indah, mulai meneteskan air mata karena khawatir terjadi sesuatu dengan ibunya.
Melihat putra kesayangannya yang sangat khawatir terhadap dirinya, Han Xue Yi tampak melukiskan senyuman manisnya. Seketika itu rasa sakitnya pun berkurang meski masih terasa, tapi setidaknya tidak terlalu parah. Perlahan ia mencoba untuk duduk, kemudian ia mengelus rambut Feng Yun.
"Yun'er.. Ibu baik-baik saja, kamu tunggulah di sini, ibu akan menemui Tabib Li sebentar.." Ucap Han Xue Yi mencoba menenangkan putranya.
"Tapi bu..."
"Sudahlah.. Yun'er tidak perlu khawatir.. Tabib Li adalah tabib yang hebat, jadi ibu pasti akan baik-baik saja.."
Setelah mengatakan itu, Han Xue Yi langsung menghilang dari pandangan Feng Yun tanpa meninggalkan jejak apapun. Sementara itu, Feng Yun tampak kebingungan menatap kesana kemari, tapi tidak menemukan siapapun. Perlahan tangisannya pun mereda, ia akhirnya hanya bisa memasrahkan semuanya pada takdir, meskipun hatinya masih diselimuti rasa khawatir.
Kemudian, ia pun masuk ke dalam rumah pohon untuk menanti kedatangan ibunya kembali. Dengan langkah yang tertatih-tatih, Feng Yun berjalan menuju dapur tempat sebelumnya ia menyantap makan siang. Setiap langkah yang diambilnya, pikiran negatif terus bermunculan sehingga menyiksa jiwa Feng Yun. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu dan meyakinkan diri, bahwa ibunya akan baik-baik saja.
Satu jam..
Dua jam...
Tiga jam...
Waktu terus berlalu, namun masih belum menemukan tanda-tanda Han Xue Yi akan segera pulang kerumah. Hal ini tentunya membuat Feng Yun semakin sedih dan gelisah. Wajar saja untuk anak berumur sepuluh tahun bersikap seperti itu, apalagi selama ini hanya Han Xue Yi lah yang merawat dan melindunginya dari kejamnya perilaku anggota klan termasuk ayah, kakak, serta kakeknya sendiri. Bahkan wanita itu sampai rela bertempat tinggal terpisah dari keluarga yang lain hanya demi melindungi putranya.
"Ibu.. Cepatlah kembali... Aku takut jika engkau meninggalkan ku sendiri disini... Huhuhu.." Gumam Feng Yun dengan air mata yang terus berlinang.
Saat ini, dirinya sedang berada di dalam kamar, duduk di tepian ranjang sembari menggenggam sebuah kertas yang di atasnya tergambar dua orang manusia lidi seperti seorang anak dan ibunya sedang bergandengan tangan.
Gambar itu merupakan karya dirinya sendiri yang dibuat ketika Feng Yun berusia delapan tahun. Saat itu adalah hari ulang tahun Han Xue Yi, namun sayangnya ia tidak tau ingin memberi hadiah apa. Jadi, ia pun memutuskan untuk menggambar sesuatu yang menurutnya akan membuat Han Xue Yi senang.
"Tok! Tok!"
"Ibu!?"
Ketika masih menunggu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. Feng Yun yang mengira jika yang mengetuk pintu adalah ibunya, langsung segera berlari menghampiri pintu depan dengan penuh semangat.
"Ceklek!"
"Ibu... Eh.. A-a-ayah!?" Sayang seribu sayang, ketika pintu terbuka, Feng Yun ternyata malah mendapati ayahnya sedang berdiri dengan tangan disilangkan depan dada. Tatapan nya yang dingin, langsung menusuk jantung Feng Yun hingga dirinya merasa sedang berada di wilayah pegunungan utara.
"A-ayah.. A-apa yang engkau lakukan disini?" Tanya Feng Yun ketakutan.
"Hmph... Setelah apa yang kau lakukan pada Yi'er, kau masih bertanya apa yang aku lakukan di sini?" Dengue Feng Huo dingin.
Mendengar jawaban dari ayahnya, Feng Yun pun mengerutkan keningnya. Sejenak ia berusaha mencerna kata kata tersebut, tetapi ia malah dibuat semakin kebingungan. Karena tidak tau, akhirnya Feng Yun memutuskan untuk bertanya.
"A-apa maksud mu, ayah?" Tanyanya polos.
"Oh! Masih tidak mah mengakuinya ya.."
"Zhep!"
"Brak!"
"Argh!"
Tiba-tiba Feng Huo melakukan gerakan yang sangat tidak terduga, di mana ia dengan cepat mencengkram leher putranya sendiri lalu di dorong hingga menabrak dinding ruangan sehingga membuat Feng Yun tertanam sedikit di dinding yang terbuat dari kayu itu.
"Ayah, apa maksudnya ini?" Tanya Feng Yun sambil meronta supaya lepas dari cengkraman ayahnya.
Sementara itu Feng Huo yang sudah terbawa emosi hanya menatapnya dengan tajam dan mata yang memerah. Lalu ia membalas, "Aku tidak menyukai orang yang suka berbohong, jadi kuharap kau menjawab pertanyaanku dengan jujur".
"Katakan! Apakah kau yang meracuni ibumu sendiri?" Lanjut Feng Huo tanpa mengendurkan cengkramannya.
"Ergh... A.. Aku.. Ti-tidak tau.. " Dengan susah payah, Feng Yun mencoba untuk menjawab apa adanya, tanpa menutup-nutupi apapun.
Mendengar jawaban jujur dari Feng Yun, bukannya mengendurkan cengkraman, Feng Huo malah menambah kekuatan dorongannya sehingga membuat putranya semakin tertanam ke dalam dinding kayu.
"Ternyata masih tidak mau mengaku ya.. " Kata Feng Huo, kemudian ia menarik tangannya lalu melemparkan Feng Yun ke lantai.
"Blug!"
"Argh.. Uhuk! Uhuk!"
Feng Yun mendarat di lantai dengan kasar sehingga membuatnya mengerang kesakitan. Terlihat pula darah segar yang mengalir dari sudut bibirnya.
"Bak!"
"Bammm!"
"Arrgghhh...."
Kemudian Feng Huo menendang sedikit tubuh Feng Yun sampai membuatnya terbaring terlentang, setelah itu sebuah pukulan yang cukup kuat menghantam perut anak kecil yang malang itu. Seteguk darah keluar dari mulut Feng Yun dan sedetik kemudian ia langsung tak sadarkan diri.
"Hmph! Dasar sampah tidak tau diri" Ucap Feng Huo kesal. Kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari dalam cincin ruangnya berupa sebuah botol kecil berisi cairan berwarna merah pucat.
Lalu cairan itu langsung dituangkan ke dalam mulut Feng Yun dengan paksa hingga habis tak bersisa. Setelah itu, ia memanggil seseorang dari luar supaya masuk ke dalam.
"Zhi'er! Cepat singkirkan sampah ini dan bersihkan ruangan ini!"
"Baik ayah.. "
-------------------------------
Bersambung>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Kasihan .... seorang Ayah telah membunuh anaknya sendiri
2024-06-04
2
Jimmy Avolution
ayah kejam...
2024-05-22
1