Kesempatan Membuktikan

"Aku harus gimana, Bunda?" Rara yang sedang duduk di ranjangnya, seketika mendongak sembari bertanya pada Citra yang baru saja memasuki kamarnya.

"Gimana apanya, Sayang?"

"Bunda kebiasaan deh, aku tanya malah balik nanya. Aku itu enggak mau nikah sama pilihan Ayah, Bunda." Rara mencebikkan bibirnya membuat Citra tersenyum melihatnya.

"Rara.. Bunda dan Ayah itu orang tua kamu, Nak. Orang tua pasti tidak akan sembarang memilih pasangan hidup untuk anaknya. Apalagi Ayah itu kritis banget orangnya, ya enggak? Bunda mau beli gamis aja yang milihin Ayah kan? Jadi, Rara percaya deh sama pilihan Ayah." Bunda Citra berkata sembari mengusap pundak Rara dengan sayang, yang membuat Rara kini terdiam.

"Jadi, menurut Bunda, aku harus nurut aja gitu sama pilihan Ayah? Enggak boleh protes?" Rara menoleh menatap mata Bunda yang duduk di sampingnya.

Bunda Citra seketika mengangguk mendengar pertanyaan Rara dan itu membuat Rara langsung mengembuskan napas kasar.

"Huft! Bunda sama aja sama Ayah. Egois!" Rara menutup wajahnya dengan bantal yang ia pegang sedari tadi.

"Bunda sama Ayah enggak egois. Bunda hanya ingin yang terbaik buat anak Bunda. Nanti setelah kamu menjalani pernikahan dan kamu mengerti apa aja arti di dalamnya, kamu pasti paham dan mengerti dengan maksud baik Bunda, Nak." Bunda Citra berkata sembari mengecup kening Rara sebelum keluar dari kamar gadis kesayangannya.

***

"Ra.. Sepertinya kita memang tidak berjodoh." Leon berkata dengan raut wajah begitu sendu saat menghampiri Rara yang kini sedang duduk di pinggir kolam rumahnya.

"Alhamdulillah deh." Rara menjawab acuh.

"Kok alhamdulillah sih Ra?" Leon merasa tidak terima.

"Lah terus gue harus gimana, Yon? Nangis-nangis sama Ayah biar Ayah nerima lo gitu? Jangan harap ya! Kita lebih baik jadi sahabat aja. Titik!" putus Rara sembari menaikkan sebelah alisnya yang membuat Leon langsung berbalik badan seketika meninggalkannya sembari menggerutu, "jahat lo, Ra!"

"Lo yang jahat, menghianati persahabatan kita dengan mengikuti ujian konyol Ayah." sahut Rara yang mendengar gerutuan Leon.

"Menghianati? Enggak salah, Ra? Ini itu gue lakuin buat nunjukin sama lo kalau gue ada rasa lebih sama lo. Masa lo enggak peka sih?" Leon pun membalikkan badannya lagi menghadap Rara.

"Enggak! Gue enggak peka dengan apapun yang bakalan merusak persahabatan kita. Gue lebih seneng kita sahabatan aja. Perlu gue ulangi berapa kali itu perkataan gue, Yon!"

"Ra--"

"Ehem!" Burhan pun langsung memotong perkataan Leon dengan tatapan tajam yang membuat Leon mengangguk lemah lalu sedetik kemudian memilih pergi dari rumah Rara.

"Udah ujiannya, Yah? Mana calon suami pilihan Ayah buat Rara? Kok Ayah sendirian?" tanya Rara sewot.

"Jadi.. Kamu udah enggak sabar buat menikah ya, Sayang?" ejek Ayah Burhan dengan wajah menyeringai yang menjengkelkan di mata Rara.

"Au ah! Lelah bestie!" jawab Rara acuh sembari berlalu dari hadapan Ayahnya.

"Ayah belum memilihkan pasangan yang tepat untukmu, Ra. Kamu boleh membuktikan untuk membawa laki-laki yang kamu cintai ke rumah ini sebelum Ayah memutuskan." ucap Ayah Burhan serius sebelum Rara berjarak lebih jauh darinya.

"What? Apa tadi, Yah?" Rara berlari menghampiri Ayahnya dengan raut wajah bahagia, "Ayah enggak bercanda kan? Ayah serius kan? Sayaaaaang banget sama Ayah. Muach!"

"Okay. Ayah tau kok. Kamu memang sesayang itu sama Ayah."

"Ish!---"

"Eits! Enggak boleh protes ya!"

"Iya deh, Iya." Rara pun memutar bola matanya kesal.

Dengan masih berpelukan dengan anak gadis kesayangannya, Ayah Burhan pun kembali berujar yang membuat mata Rara membulat seketika.

"Besok!"

"Apanya Yah yang besok?" Rara memelas.

"Bawa pacar ke rumah."

Glek

Rara seketika susah menelan saliva, dari mana ia mendapat kekasih dalam satu hari saja?

**

"Lis, bantuin gue pokoknya."

"Bantuin gimana? Gue nyarinya di mana, Ra?" Lisna terdengar kesal. "Lagian minta bantuan nyariin pacar kok udah jam 9 malam kayak gini baru nelpon, mana buat besok pagi pula. Lo lagi mimpi apa gimana sih, Ra? Bingung gue sama lo."

"Enggak, Lis! Gue lagi enggak mimpi. Beneran. Gue lagi butuh beneran cowok buat besok gue ajak ketemu sama bokap gue. Lo tahu kan bokap gue kayak gimana orangnya?" Rara berucap memelas yang membuat Lisna ingin sekali mencubit hidungnya jikalau mereka sedang berhadapan.

"Ya itu kan urusan lo sama bokap lo, Ra. Mana gue tahu." Lisna sewot juga akhirnya.

"Please, Lis! Gue mohon! Ntar gue beliin iPhone keluaran terbaru deh kalau lo berhasil dapatin cowok buat gue ajak ke rumah." Rara mengeluarkan jurus merayunya dengan kekuasaan uangnya.

Haha.. Rara sangat mengerti jika sahabatnya itu sangat materialistis, dan pasti jika sudah berkaitan dengan barang mahal, pasti akan mau menolongnya. batin Rara yakin.

"IPhone terbaru, Ra?" Lisna menimpali yang membuat Rara langsung mengepalkan genggaman tangannya ke udara seakan berkata 'yes gue berhasil.'

Rara berdehem sebentar untuk menetralkan suaranya. "Iya, Lis. Gue beliin iPhone keluaran terbaru. Mau ya?"

"Tapi gue nyari di mana Ra cowok buat lo jam segini." desah Lisna.

"Ya.. Ya tadi sebenarnya sore gue mau nelpon lo, Lis. Tapi seharian ini waktu luang gue disabotase sama Ayah. Kata Ayah, sebelum gue menikah, gue harus ada waktu sama keluarga gue." Rara seperti teringat sesuatu.

"Apa tadi cuman akal-akalan Ayah aja ya Lis biar gue enggak bisa nyari cowok pura-pura? Mana Ayah tadi mintanya pagi-pagi banget lagi, Lis. Pokoknya besok pas lari pagi di taman, Ayah harus ketemu sama pacar gue, Lis." Rara menggigit kukunya karena resah melanda pikirannya.

"Makanya Ra, jadi orang itu loadingnya jangan kelamaan. Gitu kan jadinya. Memang enggak punya bakat bohong lo, Ra. Ckckck."

"Lis!" bentak Rara tak Terima Lisna terus menertawakannya. "Cepetan mikir! Jangan ketawa terus ngapa. Enggak kasihan sama sohib lo ini apa."

"Bentar.. Bentar, Ra. Gue belum puas ngetawain ke Lola an lo. Hahaha."

"Jahat banget sih. Gue tutup nih telponnya." ancam Rara yang membuat Lisna semakin tertawa terpingkal-pingkal.

"Sok! Sok atuh ditutup telponnya. Gue juga pusing mikirin nyari dimana cowok yang mau disewa malam-malam gini buat lo."

Rara mendelik, "Lisna!" teriaknya yang membuat Lisna menjauhkan handphonenya sejenak lalu menutup telinganya.

"Gimana kalau lo sama Leon aja?"

"What? Are you seriously?"

"Iyalah. Gue serius, Ra. Laki-laki yang paling kita bisa mintai tolong malam-malam gini buat besok pagi-pagi banget ya cuman dia."

"Enggak! Gue enggak mau, Lis!" tolak Rara mentah-mentah.

"Kenapa, Ra? Dia kan sohib kita. Jadi dia pasti bisa jaga rahasia lo kalau perkenalan dengan Ayah lo itu cuman pura-pura."

Rara menangis tiba-tiba mendengar itu, dan Lisna menjauhkan sedikit handphonenya untuk menyakinkan dirinya jika yang menangis bukanlah Rara.

"Ra.. Lo nangis?"

"Hihi... Tadi siang gue nolak Leon. Dia juga peserta yang udah dieliminasi sama Ayah. Masa iya gue harus sama Leon sih, Lis? Mau gue taruh di mana muka gue ini, Lis?"

"Apa?" teriak Lisna. "Peserta tereliminasi? Lo tolak? Maksud lo apa, Ra?"

"Panjang ceritanya, Lis. Pokoknya jangan Leon please!" rengek Rara.

"Abang gue aja gimana?" Usai berpikir sekian detik, Lisna mengungkapkan idenya.

"Lo yakin, Lis?" Rara mengusap air matanya seketika saat mendengar ide Lisna.

"Iya. Cuman dia harapan kita satu-satunya. Entar gue lobi deh." ujar Lisna yang membuat Rara tanpa sadar mengangguk dan langsung menjawab "Ya" pada Lisna.

"Yang penting jangan lupa iPhone barunya ya sayang." Ledek Lisna cekikikan karena sebentar lagi ia bakal punya iPhone terbaru.

"Tapi Lis, gue kan belum pernah ketemu sama abang lo? Gimana gue ngenalin dia? Terus kalau bokap besok tanya-tanya dia soal gue, dia jawabnya gimana coba." keluh Rara lagi.

"Beres. Serahin semuanya sama sohib lo yang cantik ini bestie. Lo Terima beres deh pokoknya."

"Hem.. Thanks ya Lis. Lo emang sohib gue paling cantik dah. Bye." Rara pun menutup telponnya dengan Lisna seraya mengembuskan napas lega.

Kini, wanita berpipi chubby itu menarik selimutnya seraya memejamkan mata, untuk besok pagi menyiapkan tenaga menghadapi posesifnya Ayahnya padanya.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!