Selesai merapikan dan membersihkan kostnya, Zidan menyiapkan keperluannya untuk masuk kerja hari ini dan apa yang di minta di email sudah ia siapkan? Sepertinya belum.
Dan saat keluar kamar ia keluar bersamaan dengan Aisya, hijap rapi menutup dada dan juga kartu pegawai yang di kalungkan.
"Eh dah mau berangkat bang?"
"Kerja dimana?" Tanya Aisyah.
"Hotel Posaiden." Jawabnya singkat lalu melewati Aisyah.
Sedikit dingin, Aisyah cuek sajalah saat Zidan melewatinya, lagian buat apa ia tersinggung, kan tanya dan di jawab ya sudah.
Nanti, siapa tau dia memang sedang menjaga hati.
Keduanya keluar kost dan Zidan naik ojek yang sudah ia pesan datang tepat saat ia keluar gerbang, pas sekali waktunya.
Perjalanan ke Poseidon cukup menghabiskan beberapa puluh menit sampai akhirnya tiba dan segera Zidan masuk untuk wawancara.
Namun, di meja resepsionis sedang ramai Zidan memilih duduk sebentar.
Duduk di ruang tunggu bersama orang yang memang sedang menunggu. Tiba-tiba satpam menghampiri Zidan.
"Permisi Pak, anda yang namanya Zidan?"
"Oh iya pak, saya."
"Saya di minta beliau memanggil anda, untuk wawancara karena, disini bukan tempatnya." Jelas satpam itu. Zidan mengangguk saja dan mengikuti langkah satpam itu pergi dari ruang tunggu.
"Di sini, silakan." Kata satpam itu menunjukkan pada Zidan dan melangkah masuk setelah mengetuk.
Sorang laki-laki tegap duduk di kursinya dan kaca mata kotak kecil bertengger di hidungnya.
Sibuk membaca kertas-kertas dalam map. Satpam kembali menutup pintu.
Saat didalam, Zidan bingung harus apa.
"Saya Bisma." Katanya sambil menatap Zidan. Sejak kapan ia menatap Zidan. Di mintanya duduk di hadapannya dengan berdiri dari duduknya tanpa bersalaman, kelima jarinya mengarahkan kursi didepan mejanya.
Bisma memperhatikan wajah Zidan dengan perlahan bahkan semua bentuk tubuh ini mirip Baj*ngan itu.
Kesal dalam hati Bisma sekarang.
"Siapa nama lengkap?"
"Zidan... Zidan Haidar Agasarah." Ingin menjawab dengan nama palsu tapi, hatinya merasa berat, yakin dengan nama asli saja toh didepannya ini juga orang asing tang tidak di kenal.
"Tinggal dimana?" Tanya sambil menggulir layar tablet di tangannya.
"Di sebrang daerah jauh dari perkotaan, Saya... Tinggal di panti." Tempat tinggal ini membuat Zidan terpaksa jujur padahal panti asuhan itu harus tetap di rahasiakan kata Umma Fatin.
Kaget seluruh badan Bisma, ia tegang sekarang, kenapa ini sama seperti yang Sarah tulis di kertas saat hujan itu, kertas yang hampir hancur karena hujan itu masih jelas ia ingat.
"Panti asuhan? Kemana orang tua kamu?" Pura-pura Bisma tenang dan seolah ia juga ingin tahu saja apa yang terjadi kenapa tinggal di panti asuhan.
"Saya dari bayi disana dan saya tidak seberapa ingat tapi, saya tak mau mencari tahunya, saya akan melanjutkan hidup saya sendiri." Tegas dan tidak mudah goyah dari suara nya, ini adalah prinsip juga tekad hidup, keras kepalanya dua kali lipat lebih besar dari seseorang yang ia kenal.
Ah ya, Bisma mulai hampir melewati batas kerena jawaban tegas dan jelas anak muda ini membuatnya mengingat seseorang.
"Kenapa kamu melamar di hotel ini, bukannya ini berbeda dari jurusan di sekolah Smk yang kamu ambil?"
"Ah, itu ya, saya mau mencari pengalaman di bidang lain dan belajar hal baru walaupun berbeda dari jurusan saya."
"Kamu tidak perlu membuka rahasia pribadimu pada saya, Saya hanya hrd disini dan kamu bisa langsung bekerja sebagai petugas kebersihan."
"Terimakasih jawaban jujur kamu, karena umur masih dua puluh tahun dan tubuhmu besar, hampir saya terkecoh."
"Ini formulir dan isi semuanya disini sekarang saya tunggu."
Setelah selesai mengisi Bisma menerima dan membacanya.
"Maaf pak, saya akan menjawabnya pertanyaan tadi."
Bisma menurunkan kertas dan menaruhnya di atas tabletnya.
"Silakan." Sedikit santai jawaban Bisma.
Zidan menatap cemas lalu terpaksa tenang lagi.
"Saya mencari perempuan bernama Sarah dan saya mau bertanya untuk apa ia menaruh saya disana, lulusan saya dan juga keinginan kerja saya bisa berubah tergantung kondisi."
"Permisi?"
Zidan terkejut ia hanya membayangkan kalo ia bertanya tentang ibunya dan berusaha mencari pembenaran kenapa ia di taruh di panti asuhan.
"Ah iyaa pak maaf saya lupa apa yang mau saya tanyakan saya rasa ini sudah cukup saya paham."
Bisma tersenyum tipis, Bisma tau apa yang mau Zidan tanyakan hatinya pasti menuntunnya.
"Oh iyaa kamu kalo ada kenalan Sh sedang cari pegawai tolong yaa kasih tau." ucap Bisma.
"Kamu pernah dengar nama itu, dia pemilik butik terkenal dengan banyak produk ia jual, Mall dekat Hotel ini yang paling besar adalah miliknya, ia mengelola dari sebelum menikah."
Sepertinya ini akan mudah mencari tahu dimana ibunya, Zidan akan akan segera bertemu dengan ibunya, dan banyak pertanyaan muncul di kepalanya.
Tanpi sekarang bertanya pada orang asing tetap ada batasannya.
Bisma melihat ekspresi terluka yang tertutupi dari wajah datarnya.
"Ah iyaa pak saya akan beri tahukah." Ucap Zidan.
"Hari ini saja ya kamu mulai kerjanya karena saya butuh, silakan datangi orang tadi, yang menyapa mu di depan pintu, dia ada dimeja resepsionis lantai satu namanya Galen."
Zidan mengangguk dan keluar dari ruangan Bisma.
Di saat itu Bisma juga keluar dari ruangan hrd.
"Panggil Hard ke sini." Panggilnya lewat telpon yang baru saja tersambung.
Tak lama Hrd datang dari lif lain saat Zidan turun.
"Jangan ada yang tau kalo aku sendiri yang mewawancarainya, ini membuatku pusing, jika bukan karena wasiatnya ini tak akan mau aku lakukan kebohongan."
Zidan di beri tugas pertama untuk membuat kopi dan kopi itu itu di berikan pada tamu yang sejak tadi membuat ulah.
Saat akan mengambil tugas membersihkan seseorang tanpa sengaja memberinya perintah.
"Kau yang disana, bukannya masuk dapur dan berikan kopi ini!" Teriak orang itu yang Zidan sendiri tidak tau dia siapa.
Zidan menurut saja.
Saat kopi di hantarkan mereka yang melihat Zidan terpana bahkan mereka sengaja membuat ulah di dalam kopi itu.
"Ini racun! Siapa yang membuat kopi dengan racun didalamnya?" Teriak wanita cantik dengan balutan baju formal didepan meja bundar resto hotel.
Zidan melangkah pergi dengan acuh setelah meletakkan kopi dan tak berhenti saat orang itu berteriak keras.
Wanita yang membuat onar itu mendekat ke Zidan dan menyiramnya dari belakang.
Bukan baju Zidan yang basah tapi, Bajunya.
"Saya yang bertanggung jawab atas resto, Saya Aisyah... Saya tidak bisa membiarkan ini terus terjadi, Kamu pegawai baru silakan pergi ambil bagian tugasmu, kamu bukan bagian Resto ini tapi kebersihan."
"Maaf." Bisiknya.
Zidan pergi begitu saja dan wanita tadi masih syok dengan air jeruk yang di siramkan ke bajunya oleh Aisyah.
"Maaf atas ketidak nyamanannya," ucap Aisyah pada semua pelanggan Resto hotel ini.
Petugas keamanan datang menyeret perempuan tadi.
kopi tadi berbau aneh.
"Bersihkan itu." Bilangnya pada kebersihan Resto.
"Halo kenalan, Gue Salman." Mengulurkan tangannya, Zidan tersenyum tipis menyambut dan menjawab namanya.
"Oh Zidan."
"Tenang aja Zid kamu gak salah kok, ketauan orang itu sendiri mau buat nama baik hotel ini jelek, waktu itu udah ada yang kena tapi, nasibnya buruk dia malah di penjara dengan tuduhan berat tapi, dia emang ada hubungannya karena disendiri."
"Ya udahlah lagian itu masa lalu sekarang kita harus kerja." jelas Salman.
Salman dan Zidan mengambil jalur beda untuk membersihkan setiap kamar yang sudah di beritahu oleh petugas, yang mana tamu sudah tidak ada.
Saat pintu ruangan tempat Zidan bertugas di buka saat itu dari dalam pintu ruangan Algaz dan istri keduanya di tarik buka.
Ternyata hanya kamar mereka bersebelahan. Algaz kekuar dan Zidan masuk kedalam kamar itu.
Perempuan yang mengikuti Algaz keluar menoleh kebelakang melihat pegawai kebersihan yang tampan.
Dari maskernya saja sudah bisa terlihat kalo dia tampan pikir istri kedua Algaz.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments