Senin, dua hari kemudian.
Mobil Ford tua yang diikuti sebuah mobil van melaju di jalanan luar kota, pergi menuju ke St Roseweiss Academy yang berada tidak jauh dari sana.
Dua mobil dihentikan di gerbang sebentar untuk memeriksa identitas, barulah kemudian kembali melaju menuju ke gedung kantor St Roseweiss Academy.
Setelah mobil diparkir, William beserta ketiga temannya turun dari mobil. Mereka berempat kemudian berjalan menuju ke kantor dengan William memimpin di bagian depan.
Melihat Yona yang mulai panik, William langsung mengingatkan, “Tenanglah. Berdiri saja di belakangku dan jangan memperhatikan hal-hal lain.”
Sembari mengatakan hal tersebut, pria itu memimpin rekan-rekannya untuk menemui tiga orang yang telah menunggu di depan pintu gedung kantor. Mereka adalah Mr Louis, Mr Bernard, dan Mr Wilfred.
Mr Louis adalah pria paruh baya gemuk, lebih pendek dibandingkan dua lainnya dan memiliki kepala botak. Beliau adalah kepala sekolah dari St Roseweiss Academy.
Mr Bernard adalah pria paruh baya tinggi berkacamata dengan tampilan tegas di wajahnya. Dia adalah wakil kepala sekolah St Roseweiss Academy sekaligus guru sains.
Mr Wilfred adalah seorang pria paruh baya berkulit agak gelap, terlihat agak biasa, tetapi memiliki senyum ramah di wajahnya. Dia adalah guru BK yang kelihatannya cukup bisa diandalkan.
“Selamat siang, Tuan-tuan. Kami dari Tim investigasi Departemen Kepolisian yang telah menelepon sebelumnya. Maaf telah merepotkan kalian,” ucap Erick yang maju dan berjabat tangan dengan tiga orang tua yang menunggu mereka.
Normalnya, hal semacam itu seharusnya dilakukan oleh William sebagai ketua tim. Namun, dia kurang baik dalam melakukan hal-hal semacam itu. Jadi akhirnya membiarkan Erick yang bermulut lebih licin maju.
“Perkenalkan, saya Erick, dan yang ini adalah Tuan William Blackbell, ketua tim kami. Sementara wanita itu adalah Nona Yona, dan pria tegap itu adalah Brian.” Erick berbicara dengan fasih.
William dan dua orang lainnya juga mengangguk kooperatif. Ketiga lelaki tua itu mendengarkan penuh minat.
Melihat ke arah William, Mr Louis mendekat dan berjabat tangan sambil berkata, “Saya sudah mendengar nama Mr Blackbell sejak lama. Anda telah memecahkan berbagai kasus. Sungguh menakjubkan bagi usia anda.”
William memaksakan senyum kaku di wajahnya. Dia mengangguk ringan, tidak mengatakan sepatah kata. Namun dalam hatinya benar-benar merasa muak dengan ekspresi menjilat lelaki tua tersebut.
“Para dewan sekolah dan banyak penyumbang dana merasa khawatir dengan adanya kasus serangan binatang buas tersebut. Kami berharap anda bisa meyakinkan mereka kalau semua akan baik-baik saja,” tambah Mr Louis.
‘Jadi karena itu.’
Pikir William ketika melihat ekspresi menyanjung kepala sekolah.
Banyak orang merasa khawatir karena sempat terjadi kecelakaan yang menyebabkan kematian. Dilaporkan kalau hal tersebut terjadi akibat serangan binatang buas, dan banyak orang mempercayainya.
Hanya saja, William tidak berpikir hal semacam itu masuk akal.
Walau jauh dari kota, tetapi apa yang ada di sekitar St Roseweiss Academy adalah hutan buatan yang vegetasinya cukup jarang. Bahkan tempat itu masih masuk dalam wilayah akademi dan ada tim keamanan yang berpatroli.
Sangat aneh jika binatang buas yang cukup besar seperti serigala apalagi beruang datang mendekat tanpa diketahui.
Hanya saja, William dan rekan-rekannya tidak mengatakan apa-apa. Mereka datang dengan dalih melakukan investigasi dan pengamatan lanjut pada kondisi sekolah untuk dilaporkan ke pihak atas.
Tentu saja, secara diam-diam menyelidiki tentang kemungkinan adanya pelaku di antara orang-orang yang berada di St Roseweiss Academy.
Melihat William mengangguk, Mr Louis mengangguk puas. Dia merasa agak takut posisinya terancam. Lagipula, ada murid yang menjadi korban ketika dirinya menjabat. Ada banyak orang yang mengincar posisinya sebagai kepala sekolah.
Selama William membuat laporan baik ke pihak atas, tidak masalah baginya untuk memperlakukan orang-orang itu dengan baik selama tinggal di sini.
“Yuria!” panggil Mr Louis ketika melihat sosok wanita cantik yang memakai seragam guru.
“Apakah ada yang bisa saya bantu, Kepala Sekolah?” tanya Yuria yang berjalan mendekat.
William memperhatikan wanita itu baik-baik. Entah dari sosok atau parasnya, Yuria adalah wanita cantik dengan rambut dipotong sebahu. Tampak cerdas, tapi agak dingin.
“Kamu tidak ada kelas hari ini, jadi tolong antar Tuan William dan kolega berkeliling akademi. Jangan lupa tunjukkan kantin sebelum membawa mereka ke asrama guru,” ucap Mr Louis dengan ekspresi serius.
Yuria menatap William, lalu ke arah tiga orang lainnya lalu mengangguk. “Baiklah.”
“Jadi begitulah, Mr Blackbell. Jadi, mulai sekarang yang bertanggung jawab menemani kalian adalah Miss Yuria, guru matematika kelas XI ini. Lagipula, tulang tua kami tidak begitu nyaman jika harus berkeliling,” ucap Mr Louis dengan nada minta maaf.
“Terima kasih. Maaf telah merepotkan,” balas William datar.
“Sama-sama. Tolong jangan terlalu menahan diri, anggap saja rumah sendiri,” ucap Mr Louis sebelum pergi bersama dengan Mr Bernard dan Mr Wilfred.
Setelah mereka bertiga pergi, keempat orang dari Tim William mengalihkan pandangan mereka pada Yuria.
“Tolong ikuti saya,” ucapnya tenang.
“Baik.” William mengangguk ringan.
Setelah itu, mereka semua mengikuti Yuria dan mulai jalan-jalan di sekitar St Roseweiss Academy.
St Roseweiss Academy bisa dibilang akademi elit dengan jumlah murid sedikit, tetapi hal-hal yang diperlukan untuk mengajar sangat lengkap. Di setiap tingkatan ada lima kelas dari A-E dan jumlah murid per kelas tepat 30 orang.
Padahal ada gedung kantor, gedung pembelajaran, gedung olahraga, gedung khusus lab serta praktik, dan sebagainya.
Belum lagi, setiap bangunan sangat indah dan luas. Benar-benar seperti yang diharapkan dari akademi para elit.
Pada saat melewati taman, William berhenti sejenak untuk melihat pemandangan indah di sana. Namun, pandangannya kemudian tertuju pada seorang lelaki tua bungkuk yang sibuk memangkas bunga.
Sesaat kemudian, William kembali mengikuti Yuria berkeliling. Namun, mereka akhirnya terhenti ketika sampai di gedung kelas.
Ketika berada di lorong lantai dua, Yuria yang sibuk memperkenalkan fasilitas sekolah tiba-tiba terdiam. Ekspresinya langsung berubah menjadi dingin ketika mulai berteriak.
“Apa yang sedang kalian lakukan?!”
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Luthfi Afifzaidan
up
2024-04-03
0