Empat

Betapa bahagianya Lea mengingat memori yang diukirnya bersama Jiani, Yasha dan Teresa sesaat setelah mereka kembali dari lokasi paling tepi dikota ini.

Alunan musik dari sebuah radio tua di dua pagi kemarin, membangkitkan semangat Lea untuk terus mensyukuri hidup, berharap suatu hari nanti ia bisa kembali menikmati semilir angin timur yang menyapanya bersama mentari pagi.

Villa yang mereka tempati dikelilingi hamparan teh hijau yang tersusun rapi bak permadani, Lea tak mampu mendeskripsikan bagaimana indahnya suasana hari kemarin.

Masih terngiang dalam ingatan tatkala ia merebahkan diri dikursi depan villa, bagaimana wangi khas daun teh memenuhi indera penciumannya. Ah suasana itu yang Lea impikan sejak dulu. Namun baru bisa tercapai saat usianya baru menginjak dua puluh tahun

Segala angan, ingatan dan senyuman itu terpaksa sirna kala menit kelima seseorang datang membuka pintu kamar apartmentnya cukup kasar dan memandang ia dengan penuh kekesalan.

Sajune sudah hadir disana, tersenyum menyeramkan dan melangkah perlahan mendekati Lea hingga membuat gadis itu menegak ludah penuh keterkejutan.

"Kemana aja dua hari kemarin?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Lea membuang muka masih membungkam mulutnya.

"Bukannya aku udah bilang buat jangan pergi kemanapun tanpa seizin aku?"

Lea masih terdiam enggan bersuara, ia kembali memalingkan wajah seolah tak mempedulikan kehadiran Sajune.

"Kenapa masih diam? berangkat sama Jiani kan? Jawab dong Le!"

Sajune beralih mencengkeram lengan Lea, memaksa gadis itu untuk menatapnya, meminta jawaban.

Lea memberontak, kemudian ia memberanikan diri untuk membalas tatapan Sajune tak kalah menyeramkan. "Jiani sahabat gue! Dia bebas bawa gue kemanapun dan kapanpun tanpa harus minta persetujuan dari lo!" Telunjuk Lea terangkat menusuk dada Sajune mencoba menyadarkan pemuda itu agar tak terlalu jauh memegang kendali atas dirinya.

Hal yang begitu Lea benci adalah seperti saat ini, wajah Sajune tiba-tiba memelas setelah Lea membalas pemuda itu dengan bentakan yang sama.

"Tapi harusnya kamu ngerti Lea, aku gak suka!"

"Gue gak perlu pernyataan lo suka apa enggak, karena lo bukan siapa-siapa gue. Kita dari awal bukan siapa-siapa June."

Tak terima dengan ucapan Lea, Sajune kemudian menghempaskan Lea hingga membentur punggung sofa.

Lea meringis merasakan itu. Sakit, saat dirasa tangan Sajune mendorong tubuhnya sangat kasar.

"Denger aku Lea! Jiani gak ada hak buat bawa kamu pergi tanpa seizin aku!"

Jantung Lea berdetak tak tentu arah kala Sajune telah berada diatas tubuhnya. Lelaki itu semakin merapatkan diri dan mencengkeram lengan Lea erat, tak sedetikpun membiarkan ia bergerak bebas.

"Dari dulu aku udah bilang, aku gak suka kamu dekat-dekat sama Jiani, harus dengan cara apalagi agar kamu mau menuruti apa yang aku mau?"

Lea tentu tak tinggal diam, ia adalah jiwa yang bebas, maka dengan sekuat tenaga ia memberontak mencoba membuat cengkeraman Sajune melonggar.

Namun Lea lupa tentang fakta bahwa Sajune dapat berubah menjadi monster tanpa bisa ia duga. Sesaat setelah Lea menggerakan lengannya meminta dilepaskan, wajah lelaki itu sudah meraup bibirnya dengan begitu bebas.

Lea memelotot tak percaya, semua saraf dan darah yang mengalir ditubuhnya seolah terhenti tatkala Sajune mencuri sebuah ciuman kecil yang bertahan cukup lama.

"Aku sayang kamu Lea." suara Sajune melirih saat wajah lelaki itu mulai menjauh.

Ia menatap bibir Lea sekali lagi, tak lama, hingga detik ke tiga lelaki itu kembali mendaratkan bibirnya dan mencium Lea penuh nafsu.

Tak ada yang mampu menghentikan Sajune, sebelum nafas pemuda itu terasa pendek dan menyesakkan dada. Sajune menjauh, memandang lurus gadis dibawahnya dan menyentuh pipi Lea sayang.

"Boleh sekali lagi?"

"Brengsek!"

...♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤...

Lea menutup mulutnya tak percaya, beberapa kali ia mencegah teriakan itu agar tetap tertahan. Entah apa yang harus ia lakukan sekarang, ketika sadar bahwa ciuman yang selama ini ia jaga sudah hilang oleh teman sepermainannya sendiri.

Dan kini, lelaki pencuri itu tengah tertidur disofa tengah, begitu pulas.

Bahkan saat waktu sudah beranjak siang, Sajune masih ada disana, enggan untuk membuka mata seolah tidak mempedulikan bahwa sedari tadi sang pemilik terus menahan diri agar tak meledak saat itu juga.

Tak tahan dengan suasana tak nyaman itu, Lea mulai menghampiri Sajune dan menepuk-nepuk pipi si tuan koala pelan.

"Bangun June!"

Sajune benar-benar tidak menghiraukan tepukan Lea, ia malah semakin menenggelamkan diri dibalikan lipatan bantal yang sengaja ia bawa dari kamar Lea.

Lea kembali menepuk-nepuk pipi Sajune lebih keras dari sebelumnya. Hingga Sajune terpaksa mengangkat wajah, masih dengan mata terpejam. "Kenapa Lea?"

"Udah siang, kapan pulang?"

Bibir Sajune mengerucutkan sebal, "Kamu ngusir aku lagi setelah apa yang tadi kita lakukan?"

Pipi Lea memerah seketika, ia memalingkan wajah, tak lagi menatap netra Sajune seperti barusan.

"Kamu salting ya Le?"

Terpopuler

Comments

shookiebu👽

shookiebu👽

Kasih tahu kami kelanjutannya, jangan biarkan kami tergantung!

2024-05-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!