5 ~ Terbakar

“Aku berangkat dengan Pak Maman ya, Pah,” usul Moza saat mereka sedang sarapan.

“Loh, aku gimana? Kalau antar Kak Moza dulu yang ada telat dong.” Gita keberatan dengan usulan Moza, sedangkan rute ke sekolahnya dengan lokasi tujuan Moza beda arah.

“Tau, aneh-aneh aja. Biasanya juga ikut gue, kenapa sih?” tanya Mada sambil menendang kaki Moza di bawah meja.

“Aku pakai rok, masa naik motor. Nggak cantik dan nggak elegan dong.”

Arya melerai perdebatan anak-anaknya. Memberikan solusi yang cukup adil. Gita tetap diantar supir keluarga, sedangkan Moza diantar olehnya.

Dalam perjalanan, ada pesan masuk di ponsel Moza dari Ema.

[Woy, di mana lo? Udah siap ketemu bos Sadewa belum?]

[Harus siap lahir batin ya, kalau nggak siap gue aja yang gantiin lo jadi asisten dia]

Moza berdecak membaca pesan itu lalu mengetik balasan.

[Ketemu Pak Bos? Malas gila]

“Kenapa?” tanya Arya mendengar bibir putrinya berdecak dan tetap fokus pada kemudi dan jalan di depannya.

“Nggak pa-pa, itu tadi Ema. Dia tanya aku sudah sampai mana.”

Memasuki area Go TV, cukup padat. Terutama arah lobby utama. Moza sudah melepas seatbelt dan mencium tangan Arya sebelum keluar dari mobil. Kebiasaan sederhana dan bersahaja yang diterapkan oleh Arya dan Sarah pada anak-anaknya.

“Nanti sore kamu dijemput Pak Maman.”

Moza mengangguk dan mengucapkan salam. Ternyata di belakang ada mobil Dewa. Pria itu memperhatikan betul mobil yang dikendarai Arya. Mobil mewah yang tidak dia kenal, karena hampir semua mobil milik jajaran direksi dan manajemen dia hafal betul.

“Ini siapa sih, lama amat,” gumam Dewa menekan klakson satu kali. “Apa artis acara ya.”

Tidak lama terlihat Moza keluar dari mobil tersebut.

“Wah, beneran artis tuh. Ini bocah sebenarnya siapa sih, kok pake mobil keren begitu. Apa jangan-jangan sugar baby atau simpanan pejabat ya.”

Jika Moza mendengar ucapan Dewa sudah pasti langsung perang terjadi di Go TV. Bagaimana tidak, ucapan yang keluar dari mulut Dewa adalah fitnah. Beruntung tidak ada yang mendengarnya. Dewa meninggalkan mobilnya di depan lobby, padahal masih ada kendaraan lain yang antri di belakang.

Melempar kunci mobilnya pada salah satu security, yang sudah paham maksud dari pria itu. Dewa malas memarkirkan mobilnya.

“Siap Bos.”

Dewa bergegas dan tersenyum mendapati Moza yang mengantri lift sambil menunduk karena fokus dengan ponselnya.

“Selamat pagi, Pak.”

“Selamat Pagi, PAk.”

Terdengar sapaan untuk Dewa dan hanya dibalas dengan berdehem dan mengangguk. Dua pintu lift terbuka, semua berhambur masuk. Malangnya Moza dan dua orang lainnya tidak bisa terbawa karena sudah penuh.

Terdengar decakan dari mulut gadis itu dan terdengar oleh Dewa.

“Kenapa kamu?”

Moza menoleh dan terkejut ada Dewa di belakangnya.

“Eh, Pak Dewa. Selamat pagi, pak.”

“Hm, kamu pasti kesal ‘kan antri lift begini. Besok-besok berangkat lebih pagi, kalau pergi subuh sudah di sini,” ujar Dewa lalu menuju lift khusus direksi.

“Hah, sebenarnya dia itu kenapa sih? Minum di mana mabok di mana,” cetus Moza, tentu saja setelah Dewa tidak terlihat. Mana mungkin dia berani bicara begitu kala masih berhadapan.

***

“Pagi Mbak Zoya eh Moza,” sapa Joni dengan senyum yang menurutnya manis.

“Pagi, Mas Joni.”

“Ini tolong antarkan untuk Pak Dewa,” titah Joni mengulurkan nampan berisi secangkir kopi hitam, gelas kosong dan satu buah sterofoam yang sudah bisa ditebak isinya bubur ayam dengan kerupuk terpisah di plastik bening.

“kok saya sih Mas? Tugas yang lain aja deh,” pinta Moza karena enggan bertemu dengan Dewa.

“Ya memang harus kamu, lalu siapa dong. Masa pembantu di rumah kamu sih.”

Moza berdecak pelan, lalu mengambil alih nampan dari tangan Joni.

“Mbak Moza, gelasnya isi air hangat. Dispensernya ada di ruangan Pak Dewa. Kopi letakan di meja kerja, yang lain di meja sofa, langsung suruh makan aja nanti dingin malah nggak enak.”

“Hm, biarin aja nggak enak. Kalau perlu tambahin kecap asin yang banyak,” gerutu Moza dengan suara pelan.

Keluar dari pantry dia melihat Ema bersama dengan seorang wanita berpenampilan rapi dan formal sepertinya salah satu sekretaris direksi. Melihat Moza membawa nampan, Ema sempat terbahak tanpa suara.

“Wah, menyala abangku,” teriak Ema, jelas-jelas sebuah ejekan. Moza memberikan tatapan laser pada Ema yang terkekeh.

Beruntung sekretaris Dewa tidak ada di mejanya, jadi Moza tidak harus mendengarkan kalimat tidak ramah di telinga dari wanita itu. setelah mengetuk pintu lalu membukanya, Moza mengerjakan sesuai perintah Joni.

Dewa sempat melirik sekilas dan kembali fokus dengan tabletnya.

“Maaf Pak Dewa, ini sarapannya. Makan nanti saja tunggu dingin, dijamin rasanya kurang enak.”

“Eh, apa katamu?”

“Oh, maksud saya dimakan sekarang mumpung masih hangat.” Moza menuju dispenser yang terletak tidak jauh dari pintu.

“Kamu rapikan berkas saya di meja. Jangan ada yang dibuang, tapi dirapikan saja,” titah Dewa yang sudah duduk di sofa membuka sterofoam berisi bubur ayam. 

Semalam ia dan daddy Gentala tidur di rumah sakit menemani Opa Krisna, tentu saja tidak sempat sarapan. Bahkan pakaian ganti pun dibawakan Gantari. Sebelum meninggalkan rumah sakit, ia mengirimkan pesan untuk Joni agar menyiapkan bubur ayam yang biasa mangkal di gedung belakang.

Karena fokus mendengarkan perintah Dewa, Moza tidak menyadari kalau tombol yang ditekan adalah air panas. Sudah terisi dua pertiga gelas baru sadar karena gelas terasa hangat, lalu menambahkan dengan air dingin.

Sudah meletakkan gelas di atas meja sofa lalu mengerjakan perintah Dewa berikutnya. Sempat misah misuh sendiri, tapi tetap dikerjakan.

“Kayak gini ‘kan bisa suruh Joni sama timnya, ngapain harus aku.”

Map demi map disusun dan dirapikan. Suasana ruangan itu awalnya hening meski ada dua orang manusia di sana dan Moza dikejutkan dengan teriakan Dewa.

“Mozaaa! Kamu ingin bakar lidahku, hah.”

Terpopuler

Comments

Vita Liana

Vita Liana

pedes banget mlutnya

2024-05-07

0

LISA

LISA

😊😊 kapok tuh si Dewa

2024-05-02

0

Lilis Wn

Lilis Wn

dewa rewel nih 😂😂🤪

2024-02-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!