"Akhiranya~~ sampai juga..." Fano menghela nafas lega saat turun dari motornya.
"Sebaiknya kita bergegas, kalo sudah siap semua kita berangkat Mendaki, keburu semakin gelap juga..."
Fano turun dari motornya dan berjalan masuk memimpin.
Sementara yang lainnya mengikuti instruksi dari Fano, Fixy masih diam diatas motornya dan melamun seolah sedang memikirkan sesuatu.
"Perasaan ada yang ketinggalan deh..., apa yah...?"
Fixy bergumam sedang mengingat-ingat sesuatu.
"Oi bang, ayo cepetan... Ngapain masih disitu, keburu gelap loh..."
Teriak Arsya dengan lantang, karena melihat Fixy masih diam diatas motornya.
"E-eh iya bentar"
Teriakan itu menyadarkan dari lamunannya.
"Ck, udahlah biarin, dipikir-pikir malah kepikiran... Mending nggak usah dipikirin"
Fixy bergumam lagi, kali ini sambil berjalan menyusul teman-temannya.
Setelah semuanya sudah berkumpul dan mendapatkan tiketnya, tanpa basa-basi mereka langsung memulai pendakiannya.
'Perasaan mendapatkan tiket tidak semudah ini... Apa masuk akal...?'
Fixy sedikit heran dengan situasi sekarang, namun tidak memikirkannya lebih.
"Kak Nara, nanti kita ambil foto yang banyak yahh, lumayan bisa kita posting"
Fasya merangkul lengan Nara tiba-tiba.
"Oke, tapi nanti gantian ya"
Nara setuju dengan Fasya dan mengangguk.
Ditengah obrolan Fasya dan Nara, Fixy melihat Arthur yang berjalan sambil menunduk seolah sedang memikirkan sesuatu yang sulit, Fixy pun bertanya kepadanya.
"Mikirin apa Thur? Jarang-jarang kau berpikir keras seperti itu"
"Hmm..., kenapa nggak dibuatin tangga saja disini, kan lebih praktis kalo mau naik ke Puncak!"
"Sudah kuduga, dia memang sebaiknya tidak berpikir!"
Nara berbisik ke Fasya yang juga setuju dengan pendapat Nara.
"Kan disana ada Altar Kuno, dan itu kan jadi tempat wisata, kenapa kita susah-susah Mendaki-nya dulu, padahal kalo ada anak tangga meskipun banyak, kan lebih praktis..."
Arthur menjelaskan pendapatnya dengan sangat serius, sampai tidak memperhatikan ekspresi teman-temannya yang mendengarnya.
"Ada apa dengan dia? Kok tiba-tiba sekarang jadi aktif berteori... Mana teorinya agak lain!" Ejek Fano.
"Aku serius nih bang sekarang!"
Arthur masih menunduk dan berpikir keras.
"Menurutmu sendiri gimana Fi...?"
Tiba-tiba Arthur bertanya dengan serius ke Fixy, meskipun Fixy mendengar semuanya, dia hanya mengangguk pelan dan tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata.
"Nggak usah terlalu diseriusin juga kali Thur... Jadi gini, kan Altar nya baru ditemukan, nah nggak mungkin dong pemerintah langsung buatin tangga buat kesana, apalagi Gunung kan tinggi, kalaupun buat itu butuh waktu yang lama... Dan butuh DANA!"
Bukan Fixy yang menjawab, melainkan Arsya tiba-tiba menjelaskan ke Arthur agar tidak menjadi lebih panjang nantinya.
Selang perjalanan yang lumayan lama dan akhirnya mereka sampai di shelter, lalu mereka menyiapkan tenda bersama, dibantu oleh Fano, karena kurangnya pengalaman juga. Meskipun begitu karena hanya dua tenda yang dipasang, hal itu menjadi cukup singkat, ditambah mereka sambil bercanda dan menyiapkan hal-hal lainnya seperti alat-alat maupun bahan memasak.
Tenda sudah selesai dipasang, Api unggun juga sudah dinyalakan mereka lalu berkumpul dan mulai menyiapkan makanan yang akan dimasak
"Masak apa nih...? Aku hanya membawa Telur hehe.."
Nara tertawa kecil sambil menyodorkan beberapa telur yang dibawanya.
"Seadanya saja, aku juga hanya membawa Sosis dan mie."
Fano menjawab dengan santai dan mengambil tasnya.
"Hmm... Benar, yang penting makan..."
Fixy mengangguk pelan. Dia baru ingat: barang yang lupa dia bawa adalah makanan, dia berpura-pura tidak terjadi apa-apa agar tidak ketahuan kalau hanya dia yang tidak membawa makanan.
'Sial... Bisa-bisanya!'
"Bang?"
Panggil Arsya pelan, kemudian mengangkat alisnya.
Menyadari hal itu, Fixy hanya mengangguk dan tersenyum kecut.
Arsya hanya tertawa kecil. Tidak hanya Arsya, namun Fasya ternyata juga menyadarinya dan ikut tertawa diam-diam.
Sudah diputuskan, yaitu memasak seadanya, tanpa berlama-lama mereka langsung memasaknya, Fixy mengambil bagian memasak karena dia merasa tidak enak kalau tidak melakukan apa-apa.
Tidak butuh waktu yang lama untuk memasaknya, dan makanan sudah siap disajikan. Fixy mengambil mangkuk dan mengisinya dengan lalu membagikan satu persatu ke teman-temannya.
Setelah selesai dibagikan, mereka langsung memakannya bersama, dan untuk mencairkan suasana, mereka menyempatkan untuk berbincang-bincang ringan.
Setelah selesai makan, karena sudah hampir larut malam mereka menuju tenda mereka masing-masing dan beristirahat agar saat memulai pendakian ke Puncak tidak terlalu kelelahan.
Malam yang pendek itu berlalu dengan cepat dan waktunya melakukan pendakian dimulai. Dini hari mereka memulai pendakiannya sebelum Matahari Terbit karena mereka tidak mau melewatkan pemandangan Matahari Terbit dari Atas Gunung untuk pertama kalinya.
Pendakian mereka berjalan cukup lancar dan tidak ada halangan yang cukup sulit, setelah pendakian yang melelahkan itu, mereka akhirnya sampai di Puncak Gunung.
Beruntungnya mereka karena tepat saat sampai di Puncak, Matahari mulai menampakkan dirinya. Sinarnya yang indah mulai perlahan-lahan muncul dibalik awan, ditambah pemandangan di Puncak Gunung yang indah dihiasi oleh awan pagi, menyajikan pemandangan yang memanjakan mata.
Tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Seolah mereka hanya ingin berdiam sebentar dan menikmati pemandangan itu tanpa ada kebisingan.
'Kenapa disini sangat sepi? Bukankah ini berarti hanya kita yang mendaki...?'
'Sial... Aku berpikir hal-hal buruk lagi..."
Tiba-tiba terlintas sesuatu di pikiran Fixy yang mengganggunya. Tapi tidak berlarut dalam pikirannya yang negatif, karena pemandangan didepan matanya dengan mudah mengalihkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments