"Baiklah, jam yang tepat untuk tidur!" ucap Lea sambil menguap.
Kami bertiga beranjak dari dekat api unggun. Bergegas menuju tenda. Dua teman baikku itu terlihat sangat mengantuk. Sebaliknya, aku masih segar bugar. Pukul 01:30.
Beberapa menit lalu akhirnya Hil berhenti bernyanyi. Begitu pun seorang laki-laki yang bernyanyi bersamanya. Kini yang bernyanyi adalah orang lain. Setelah Hil menyanyikan 3 lagu. Seperti malam sebelumnya. Bedanya, malam ini ia tampil di hadapan banyak orang.
Sekali lagi aku menengok ke arah tempat sebelumnya Hil bernyanyi. Tidak terlihat lagi Hil. Entah dia ke mana. Mungkin ke tenda, atau mungkin ke tengah hutan untuk berburu foresta. Perempuan misterius, sekaligus menyebalkan. Aneh pula. Tapi entah mengapa aku merasakan kehadirannya di dekat sini. Apa mungkin karena dia memang masih berada di antara teman-temannya. Sedang bercengkrama ria di dalam tenda mungkin. Sebab Hil sepertinya datang bersama rombongan teman kuliahnya. Aku lihat ketika ia bernyanyi, beberapa orang sebayanya ikut menari di belakang sambil melambaikan tangan. Lantas sesekali Hil mundur dan merangkul orang-orang itu seperti seorang teman. Tidak salah lagi, pasti memang teman-teman yang bersamanya datang ke tempat ini. Berpura-pura menjadi orang biasa. Padahal sambil menjalani misi untuk menghabisi makhluk aneh.
Saat aku kembali mengarahkan pandangku ke tendaku, sudah tidak ada lagi Lea dan Dea di luar. Dua manusia menyebalkan itu pasti sudah masuk tenda. Cepat sekali. Padahal aku hanya sebentar menengok ke belakang. Itu membuatku teringat kecepatan Hil.
"Hai," sapa seseorang.
Aku menelan ludah. Tentu saja dia menungguku sendirian. Tidak bersama Lea dan Dea. Baru saja aku berpikir untuk menengok lagi ke belakang.
"Kali ini aku yakin kalau kamu benar-benar hantu, Hil!" aku berseru jengkel.
"Kau terkejut?"
Aku mendengus. Pake nanya.
Orang-orang yang bernyanyi dan menari bersama Hil sudah tidak terlihat lagi. Menyanyi dan menari dengan semangat seperti beberapa saat lalu pasti membuat mereka lelah dan mengantuk. Lain halnya dengan Hil, seperti orang yang tidak punya rasa kantuk.
Sesaat, Hil melirik ke sana ke mari. Sembarang. Sepertinya memastikan orang-orang tidak melihat ke arah kami. Kemudian Hil mengatupkan rahang. Lantas meraih lenganku dan melesat kencang. Nyaris saja membuatku berteriak.
***
Pohon-pohon dan semak-semak di sekitarku sudah terlihat tidak berbentuk jelas lagi. Hanya terlihat warnanya yang hijau buram. Hil membawaku berlari dengan kecepatan tinggi. Seolah aku memiliki kecepatan yang sama dengannya. Aku merasakan kakiku ikut cepat secepat dia. Karena aku tidak dalam keadaan terseret. Entah karena apa. Mungkin dari kekuatan Hil yang tersalurkan.
Entah berapa jauh sudah Hil membawaku berlari dengan kecepatan super. Andai saja aku juga mempunyai kemampuan seperti ini, aku tidak perlu lagi menggunakan kendaraan.
Setelah beberapa menit berlalu. Akhirnya kami berhenti di tengah-tengah rerumputan yang tidak ditumbuhi semak-semak. Seperti lapangan rumput. Aku baru tahu bahwa ada tempat seperti ini di tengah-tengah hutan.
Belum selesai rasa takjubku, tiba-tiba Hil melesat pergi dari dekatku. Bukan ke depan, belakang atau samping. Melainkan memanjat di pohon terdekat. Aku melihat gerakan Hil, mulai dari batang pohon besar sampai tiba di dahan yang ada di atas. Dan, hei!
Di atas sana tidak hanya ada Hil. Aku mendongak takjub. Bersanding kejut. Ada tiga orang lainnya di antara dahan-dahan pohon tinggi. Mungkin jaraknya sekitar 10 meter dariku. Aku menatap takjub pada mereka satu persatu.
Di dekat Hil, ada seorang lelaki berbaju abu-abu tanpa lengan. Memakai celana pendek. Setelan mirip dengan yang dikenakan Hil, namun modelnya tanpa pres. Tentunya sebuah perbedaan untuk kostum laki-laki dan perempuan. Ia memakai ikat kepala berwarna putih. Terlihat melambai karena angin malam. Di sebelahnya lagi adalah seorang perempuan. Rambutnya panjang bergelombang. Panjang sekali. Mungkin sampai lutut. Apalagi jika rambutnya lurus. Pasti lebih panjang lagi. Tidak hanya itu, warna rambutnya juga pink. Seperti melihat peri. Cantik sekali. Terlihat melambai namun anggun. Seperti seseorang yang berada dalam air, padahal tidak. Ia mengenakan setelan yang mirip juga, warnanya biru muda. Sangat cocok dipadukan dengan rambut pink- nya.
Terakhir, seseorang yang berada paling kiri. Laki-laki. Tidak terlihat aksesoris apa pun yang dikenakan. Rambut hitam seperti orang-orang pada umumnya. Setelan yang mirip juga. Warna hitam. Dia jelas paling tidak menonjol di antara orang-orang di sebelahnya. Bahkan, di saat yang lain melihatku dari ketinggian itu, ia memalingkan wajah. Seperti orang yang tidak senang denganku. Memangnya aku pernah menyakitinya? Seperti orang yang tersakiti karenaku saja.
AAAARRRGHHHH.
Tiba-tiba suara mengerikan terdengar. Belum sempat aku bertanya tentang orang-orang di atas itu, tiba-tiba muncul suara yang tidak lain dan tidak bukan adalah foresta.
Alangkah terkejutnya aku melihat apa yang ada di belakangku. Belasan? Tidak. Pasti puluhan hewan aneh transparan mirip harimau. Hei, aku bahkan belum pernah melihat harimau normal yang asli. Sekarang malah muncul puluhan harimau aneh transparan.
Aku melangkah mundur dengan cepat seraya menahan rasa takut.
Terdengar suara benda-benda jatuh. Aku buru-buru menoleh. Empat orang yang ada di atas pohon tadi sudah berada di belakangku. Lalu mereka melangkah ke depanku. Akhirnya aku melihat mereka dalam jarak sedekat ini, kecuali Hil tentunya yang sudah dari kemarin. Keempatnya berdiri tegak membelakangiku.
"Lihatlah bagaimana pemburu foresta bertarung, Kea," ucap Hil sambil menengok belakang. Lantas langsung kembali menghadap depan.
ZAP ZAP ZAP ZAP.
Empat pemburu foresta itu langsung bergerak maju untuk melawan puluhan foresta berbentuk harimau itu.
Ratusan, kira-kira sebanyak sebanyak itulah daun-daun semanggi dilemparkan ke arah foresta harimau. Membuat harimau aneh yang terkena daun itu mematung seketika.
Gelombang kedua daun semanggi dengan jumlah yang sepertinya sama banyaknya dengan sebelumnya berterbangan ke arah harimau yang belum lumpuh. Kukira daun-daun itu melumpuhkan lagi, tapi ternyata membuat harimau aneh berjalan sempoyongan. Dengan mata tertutup. Itu pasti daun yang berfungi untuk membuat foresta buta.
Setelah dua gelombang daun semanggi itu dilepaskan, kini gelombang ketiga. Empat pemburu melemparkannya serempak. Seperti shuriken tentunya. Dalam sekejap, langsung membuat puluhan foresta itu terpotong menjadi beberapa bagian layaknya anjing aneh kemarin malam.
Wow. Secepat itu?
Bangkai puluhan foresta itu langsung lenyap.
"Mudah sekali, bukan!?" ujar Hil membanggakan diri.
Aku mengangguk kaku. Masih terjebak dalam rasa takjub, "Itu menakjubkan. Tapi kenapa anjing aneh semalam perlu kamu hajar dulu? Padahal dengan daun saja langsung bisa kalah."
"Dia hanya sedang memamerkan kemampuannya padamu," timpal si perempuan rambut pink.
Begitu aku melihatnya, secara ajaib rambut pink itu berangsur berubah warna menjadi hitam, juga memendek sampai punggung. Eh? Lalu aku melihat ke arah Hil. Rambut kemerahan Hil tidak berubah warna. Masih merah. Itu membuatku menggaruk kepala karena bingung.
"Hei, kalian juga sedang memamerkan dengan mlempar ratusan senjata. Padahal puluhan saja cukup,” ujar Hil tidak terima. “Teman-teman, ini adalah seseorang yang terdeteksi di markas pusat itu," ucap Hil sambil menunjukku.
Si lelaki dengan ikat kepala itu menatap penuh selidik. Melihatku dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Produk gagal," ketusnya.
Apa-apaan dia. Baru juga pertama kali bertemu dia sudah menampakkan kesan seperti itu. Enak saja dia mengatakan bahwa aku adalah Produk Gagal. Dasar. Memakai ikat kepala mirip daster kuntilanak aja bangga.
"Kea. Perkenalkan, mereka adalah teman-teman tim-ku. Tim Vigna radiata. Salah satu tim muda pemburu foresta. Si ikat kepala menyebalkan ini namanya Biru. Lalu gadis rambut aneh ini namanya Bee. Terakhir, si pemurung itu namanya Vin."
Aku mengangguk kaku. Aku merasakan hawa-hawa orang aneh dari mereka semua. Pasti lebih aneh lagi dibanding Hil. Puh.
"Hei, kau tidak boleh melupakan pemimpinmu!" seru seseorang tiba-tiba datang dan langsung berdiri di sebelah Vin.
Laki-laki. Tubuhnya kekar berotot. Besar sekali. Belum pernah aku melihat orang dengan otot seperti itu. Namun sama seperti rambut pink Bee, tubuh kekar berotot itu berangsur menciut dan kempes. Kini tubuhnya seperti laki-laki pada umumnya. Ke mana lagi hilangnya otot-otot tadi?
"Baik, ini yang terlupakan. Ini ketua tim kami. Tapi dia sedikit tidak waras sebagai seorang ketua. Namanya Reon."
Reon melirik jengkel ke arah Hil. Namun segera tersenyum untuk menyapaku.
"Salam kenal gadis muda."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments