Kania mencomot es krim gelato yang dipegang oleh oleh Arraya. Setelahnya dia tertawa ngakak.
“Ih curang banget, milik kamu mana?” ujar Arraya. Gisell tertawa melihat ulah kedua sahabatnya itu. Ini adalah salah satu cara untuk melepas penat dari kerjaan mereka. Setelah pulang sore tadi, mereka bertiga melipir ke mall untuk sekedar jalan-jalan dan makan Bersama.
“Duh bentar, aku mau ke kamar toilet dulu,” ujar Kania.
“Kenapa?” tanya Arraya.
“Mual lagi aku,’’ Kania nyengir.
“Nah kan, kamu kena karma gegara nyomot gelatoku,” ujar Arraya sambil ngakak. “Ya udah sih sana,” Arraya mengibaskan tangannya. Kania bergegas ke toilet.
“Dasar Kania,” gumam Gisell ikut menahan tawa.
“Duduk sana yuk,” Arraya menunjuk sebuah kursi dan mengajak Gisell duduk di sana sambil menunggu Kania dari toilet.
“Sudah sampai mana persiapan kamu Ray?”
“Hum? Apaan?”
“Tunangan?”
“Oh iya, udah mulai naik ini persiapannya, dikit lagi,” Arraya menjawab dengan antusias, menunggu hari yang dia impi-impikan itu. Gisell mengangguk-angguk.
“Beruntungnya kamu mendapatkan dia yang sempurna” puji Gisell untuk Ario.
“Hum?” tanya Arraya.
“Iya, beruntungnya kamu mendapatkan Ario yang tentu banyak digandrungi para
cewek-cewek di luar sana,”
Arraya menepuk Pundak Gisell, “Semoga kelak kamu juga mendapatkan cowok yang kamu impikan Sell, aku yakin,” jawab Arraya. Gisell tersenyum getir.
“Please ya…nanti kalian para bestie aku harus berada di barisan paling penting dalam momen penting hidupku,” ungkap Arraya masih dengan raut yang Bahagia.
“Iya Ray,” jawab Gisell masih dengan raut wajah yang sama.
Dari kejauhan Kania datang ke arah mereka dengan wajah yang masih berantakan karena menahan mual yang tadi.
“Jelek amat tuh muka,” Arraya usil.
“Duh sumpah nggak enak banget nih perut,” Kania memegang perutnya yang habis muntah tadi.
“Eh gimana, ke dokter ya…aku antar,” Arraya menawarkan.
“Eh nggak usah, serius…ini eggara tadi pagi aku lupa minum obat jadinya begini, aku ok, yuk lanjut lagi nonton kek apaan kek yang penting jalan,” ajak Kania. Mereka bertiga kemudian berjalan menyusuri satu toko demi satu hanya untuk melihat-lihat barang-barang yang mungkin menarik untuk dibeli.
Mereka bertiga tertawa bersama-sama, dan akhirnya memutuskan untuk tidak membeli apa-apa.
Mereka pulang dan berkumpul di rumah Arraya untuk menginap bersama di sini malam ini. Arraya sudah berganti baju, mereka semua berbaring di ranjang Arraya yang tidak terlalu luas itu. Tapi mereka menikmatinya sambil ketawa-tawa.
“Eh ntar kalau Arraya udah nikah kita udah nggak bisa gini lag ikan ya?” Kania melihat ke arah Arraya yang posisinya berada di Tengah. Sementara dia berada di kanan Arraya dan Gisell berada di kiri Arraya.
Mendengar hal itu Arraya terkekeh, “Ya kali kamu mau menjadi orang ketiga di ranjangku sama Ario sih,”
“Ogaaah…nanti aku nyari pacar aja, nikah juga kayak kamu deh, biar nggak gigit jari lihat kamu bucin sama Ario,” Kania melihat ke langit-langit kamar Arraya.
“Eh Sell….katanya udah ada cowok baru, kapan mau dispill?” Kania melontarkan pertanyaan yang membuat Gisell kaget.
“Eh iya tuh, katanya lagi deket sama seseorang?” tanya Arraya. Gisell menoleh ke arah Arraya dan Kania.
“Oh…itu….nanti aja deh, takutnya putus lagi,” Gisell tertawa nyengir.
“Tumben nih Ray dia begitu, biasanya baru deket aja udah spill wajah, ya kan?” Kania menyenggol lengan Arraya.
“Iya ih,” Arraya menambahkan. Gisell hanya tersenyum tipis.
“Nggak apa-apa, nanti aku kenalin kalau sudah jadi.
Arraya dan Gisell kenal baik, akrab dan mereka saling memegang kartu as masing-masing, ibaratnya sudah saling tahu kelemahan, kelebiham, aib, dan lain-lain. Karena memang sedekat itu sejak sekolah, sama-sama berjuang. Arraya adalah orang yang paling Bahagia saat Gisell akhirnya juga bisa kuliah dan kerja, terlebih saat ini Gisell bisa kerja bareng di kantor yang sama.
Arraya menarik tangan Gisell dan menggenggamnya erat, “Kamu harus Bahagia ya Sell,” Arraya memekarkan senyumnya sambil melihat wajah Gisell. Gisell sejenak terdiam, lalu mengangguk.
“Ih kalian sweet banget, seperti saudara sekandung tahu nggak sih, aku iri banget dengan persahabatan kalian,” Kania melihat Arraya dan Gisell dengan senyumnya.
“Kamu juga sahabat kita Nia…,” Arraya meraih tangan Kania dan menggenggamnya bareng dengan tangan Gisell juga.
Mereka bertiga berpelukan.
Sudah lebih dari tengah malam, mereka tertawa-tawa sambil nonton film di TV.
“Mau mie kuah nggak?” Arraya menawarkan.
“Mau donk,” jawab Kania semangat.
“Ya udah aku buat 3 ya…,” Arraya bersemangat, rasa kantuknya hilang jika bersama-sama dengan teman-temannya begini.
“Aku nggak usah Ray,” Gisell menolak sambil mengelus perutnya dengan ekspresi kenyang.
“Oh tumben nggak mau, biasanya paling semangat dengan mie kuah buatanku,” Arraya mengangkat kedua alisnya.
“Iya, lagi kenyang, mau diet,” Gisell tertawa kecil.
“Iya tumben banget ih, biasanya paling semangat, mestinya yang diet itu Arraya yang mau tunangan,” Kania melihat ke arah Arraya, Arraya mengedikkan bahunya.
“Serius aku lagi kenyang banget ini,” jawab Gisell dengan mimik muka serius.
“Ok…ok nggak usah diperdebatkan, amaaan,” Arraya menengahi.
Arraya bergegas ke dapur mininya mengambil 2 bungkus mie kuah dari lemari, dan segera mengeksekusinya dengan lihai. Arraya terbiasa membuat mie kuah, dan mie kuahnya menjadi favorit Kania dan Gisell. Tak lupa Arraya menambahkan banyak cabe di mangkoknya, karena dia yang paling menyukai rasa pedas.
Tak butuh waktu lama, dua mangkok mie kuah sudah siap. Asapnya mengepul mengeluarkan aroma nikmat di indra penciumannya. Dia membawanya ke kamarnya.
Kania mengendus aroma mie kuah buatan Arraya yang khas.
“Wiiiih manteup banget ih,” Kania bertepuk tangan menyambut kedatangan mie kuah buatan Arraya. “Kamu yakin nggak mau nyoba Sell?” Kania menawarkan lagi pada Gisell.
“Enak banget baunya, tapi serius aku kenyang banget,” Gisell lagi-lagi menolak.
“Ok baik, aku makan dulu ya….diet besok lagi,” Kania menyeruput mie kuah itu dengan senangnya, benar-benar menikmatinya.
“Ok lanjutin dah, aku keluar dulu,” Gisell keluar dari kamar, aroma mie menyeruak dan sedikit membuatnya tidak nyaman.
Sementara Kania dan Arraya melanjutkan makannya sambil nonton film.
“Eh Gisell kenapa? Bukannya dia lebih kurus perasaan, kenapa diet?” tanya Kania kepo.
“Iya sih, lebih kurusan dia,” Arraya meniup mie kuahnya sebelum memasukkan ke mulutnya.
“Kali aja kamu tahu, kan biasanya dia lebih leluasa cerita ke kamu,”
“Nggak tahu aku,” Arraya menggeleng.
“Apa dia sakit?” Kania bertanya pada dirinya sendiri. “Ah semoga dia baik-baik saja,” Kania menepis rasa khawatirnya. Arraya mengangguk-angguk mengaminkan.
Kania berkeringat merasakan mie kuahnya yang dirasa pedas, Kania mengambil botol air mineral dan meneguknya. Sungguh ini adalah dosa diet ternikmat, lebih dari tengah mala manak gadis menikmati mie kuah semangkok ludes. Sungguh definisi dietnya besok-besok saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments