Bab 4 Beduk dan Sembahyang

BUMI TRANSMIGRAN, 1952.

Hari sudah mulai petang, Bima dan Abi tak kunjung pulang. Saat Kuntum terlelap, Rubi meminta tetangga yang dekat dengannya itu untuk mencari keberadaan dua anak lelakinya.

"Mas, aku minta tolong cari Bima dan Abi. Tidak biasanya mereka tidak pulang setelah mengambil air di belik. Aku khawatir terjadi sesuatu. Suara dentuman tadi membuat aku gelisah... " Baru saja kedua bibir Rubi tertutup, dentuman seperti siang tadi kembali bergema di tengah kamp. Dua perempuan itu saling tatap. Dengan satu anggukan Masriah memberanikan diri untuk mencari Bima dan Abi.

"Baiklah, aku akan mencarinya." Ucap Masriah, seraya menyerahkan putrinya ke pelukan Rubi.

"Tenanglah.. Tidak akan terjadi apa-apa." Masriah menenangkan Rubi yang terlihat gelisah.

Masriah pergi meninggalkan gubuk Rubi. Ia berjalan ke arah dimana anak-anak bermain atau mandi di belik. Namun tak ia temukan anak-anak. Tiba-tiba ia melihat anak seorang 'carik' (carik adalah sebutan untuk wakil kepala desa atau sekarang lebih dikenal Sekdes).

"Dimas, kamu melihat Abi dan Bima?" Tanya Masriah.

Anak itu menggeleng seraya berlalu. Namun saat Masriah melanjutkan pencariannya, Dimas berteriak.

"Mungkin dia ke tempat Abah Manan! Tadi banyak anak-anak kesana, mereka melihat beduk!" Teriak Dimas pada Masriah.

"Beduk?" Gumam Masriah.

Ia cepat bergegas ke arah rumah Abah Manan dan Bibi Hasmi, seorang yang di hormati karena kebaikan hatinya. Masriah setengah berlari agar langkahnya kian cepat. Ia khawatir Kuntum bangun dan menangis. Tiba di kediaman Abah Manan, ia cukup tertegun. Sebuah gubuk yang dulu terlihat kecil. Kini sudah berubah menjadi lebih besar. Bahkan di depan bangunan yang terbuat dari kayu dan dinding nya terbuat dari anyaman bambu, kini ada sebuah benda yang bulat, besar dan diletakkan diatas sebuah kayu besar. Anak-anak tampak di dalam bangunan itu sedang bersenandung.

"Alif diatas A, Alif dibawah I, Alfi domah satu diatas U, Alif diatas dua an, alif di bawah dua in, alif domah diatas dua un, A I U, An In Un." Suara anak-anak ramai menirukan suara Abah Manan.

Masriah setengah berjinjit dan mengintip dari jendela. Tampak Abah Manan menggunakan arang dan menulis sebuah huruf seperti mangkuk dan ada titik satu di bawahnya.

"Nah ini ditulis dulu, besok kita belajar lagi. Ingat harus pakai baju bersih dan izin dengan Mak dan Bapak dirumah." Ingat Abah Manan saat ia selesai menulis banyak gambar yang membuat Masriah bingung. Tiba-tiba satu perempuan menyapanya dari arah belakang.

"Masriah?" Panggil Bibi Hasmi.

"Eh... Copot... Bibi..." Masriah kaget karena panggilan Bibi Hasmi, istri dari Abah Manan.

"Ada apa Mas?" Tanya Bibi Hasmi seraya mengapit sapu lidi.

"Anu, lagi nyari Abi dan Bima." Jawab Masriah polos.

Tiba-tiba anak-anak dari dalam gubuk itu keluar tak terkecuali Bima dan Abi.

"Bi Mas... Kuntum mana?" Tanya Abi yang melihat tak ada nya Kuntum di gendongan Masriah.

"Oala... Le... Le... Di golek i... Jebule neng kene." Keluh Masriah yang merasa sedikit kesal karena dua bocah itu sudah membuat dirinya dan Rubi khawatir.

"Besok-besok izin Mak dulu ya..." Ingat Bibi Hasmi.

"Ya Nek." Ucap Bima dan Abi bersamaan. Hasmi lebih sering di panggil anak-anak dengan panggilan nenek karena rambutnya yang telah memutih, sedangkan dikalangan orang dewasa, ia akan dipanggil Bibi Hasmi.

Bima dan Abi pun berpamitan pulang, disepanjang perjalanan untuk pulang. Mereka menceritakan suara genderang tadi.

"Jadi namanya beduk?" Tanya Masriah penasaran.

"Iya Bi, jadi mulai besok-besok kalau ada bunyi itu. Tandanya masuk waktu untuk sembayang. Nah, setelah sembahyang akan langsung belajar huruf untuk membaca Alquran." Jelas Bima membela diri karena di tuduh bermain.

"Baca Alquran? Sembayang? Baru..." Gumam Masriah yang memang baru mendengar hal itu. Dulu di kampungnya tak ada benda seperti itu.

"Kira-kira nanti mak izinkan kita kesana tidak ya Mas?" Abi khawatir tidak di izinkan oleh Rubi.

"Nanti lihat Mak dulu, kalau mak sudah sehat baru kita ngomong. Besok biar kamu dulu yang berangkat ke langgar. Mas jaga Mak dirumah. Tapi kamu perhatikan jelas dan catat dengan benar apa yang di tulis Abah Manan." Titah Bima pada sang adik. Ia sudah membayangkan lebaran esok menggunakan pakaian baru, sarung baru. Karena Abah Manan berjanji untuk yang lulus di uji bacaan huruf al Qur'an sampai tiba waktu hampir lebaran, akan mendapatkan hadiah satu lembar sarung dan baju.

Dua anak Rubi itu hanya punya 5 stel baju. Maka mereka hanya akan menggunakan 3 stel baju yang silih berganti. Untuk dua baju lainnya Rubi khususkan untuk ke sekolah.

"Wah... Abah Manan banyak uang berarti..." Gumam Masriah.

"Bukan itu saja Bi.. Tadi kami juga makan nasi... " Kenang Abi seraya tersenyum mekar menatap langit. Ia tak sabar bertemu Rubi. Tiba di rumah, Kuntum sudah bangun. Rubi meletakkannya di kedua betisnya, ia goyang-goyang agar balita itu tak menangis. Masriah pun berpamitan untuk mengambil air. Bima diminta menggendong Kuntum.

"Gendong dulu sebentar ya Bim. Bibi mau mandi." Pinta Masriah.

Bima mengangguk dan meraih kain panjang lalu menggendong Kuntum. Selepas kepergian Masriah. Abi duduk di sisi Rubi, ia keluarkan satu bungkus daun pisang yang ia bungkus berbentuk bulatan.

Di bukanya perlahan.

"Kamu mencuri ya Bi?" Tuduh Bima melihat satu kepal nasi di dalam bungkusan daun pisang itu.

"Ye... Enak saja. Ini tadi nasinya Abi. Abi makan dua suap saja,..." Protes Abi karena di tuduh mencuri oleh Bima.

"Nasi? Dapat darimana Abi?" Raut wajah Rubi terlihat khawatir walau masih lebam.

"Ini untuk Mak... Coba deh Mak. Kunyahnya lama-lama.... Rasanya nanti manis...." Abi menyuapi Rubi nasi seujung jari.

"Dapat darimana?" Rubi tak mau memakan nasi itu, ia khawatir putranya mencuri.

"Mak, Abi tidak mencuri. Ini tadi di kasih Nenek Hasmi karena kami mau belajar huruf Alquran. Dan Abi hanya makan dua suap. Bukan sisa Mak, ini Abi bagi dua. Dan ini bagian Mak. Abi ingat Mak. Mak juga belum pernah makan nasi dari beras kan?" Jelas Abi jujur. Rubi menoleh ke arah Bima.

"Betul Mak. Kami tadi belajar huruf Al Qur'an di rumah Nek Hasmi dan Abah Manan. Kami sebelumnya di beri masing-masing nasi satu kepal. Punya Bima sudah habis,.. Mak." Sesal Bima. Ia merasa malu, karena tak terpikirkan untuk membaginya seperti Abi.

Rubi membuka mulutnya dan air matanya berlinang.

"Mak..." Dua anak kecil itu heran. Kenapa Rubi menangis.

"Sakit Mak?" tanya Bima seraya duduk di sisi Rubi. Abi juga memegang tangan Rubi.

"Mak... Tidak enak ya Mak? Pahit? Atau tenggorokan Mak Sakit?" Abi khawatir jika nasi akan berubah rasanya karena terlalu lama di dalam bungkusan daun pisang tadi.

Rubi memeluk Bima, Abi dan Kuntum ikut ia dekap dalam pelukannya.

"Hiks... Hiks... Terimakasih karena kalian ingat Mak... Mak cuma terharu... Semoga kalian tetap sayang pada Mak sampai nanti dewasa..." Ucap Rubi.

Abi meleraikan pelukan Rubi.

"Nasinya enakan Mak?" tanya Abi.

"Sangat enak. Kalian harus semangat belajar, agar bisa makan nasi setiap hari ya... harus kerja keras... Biar tidak hidup susah seperti Mak dan Bapak." Nasihat Rubi pada dua putranya.

'Aku akan belajar sungguh-sungguh, biar punya sarung. Nanti kalau aku dapat hadiah. Aku akan tukar saja dengan baju sembayang untuk perempuan. Bukankah tadi Abah Manan bilang kalau perempuan harus pakai baju seperti Nenek Hasmi untuk sembayang. Mak kan belum punya....' Abi bertekad untuk memberikan hadiah pada Rubi, Mak nya.

Bersambung....

(Untung Bi, Bim... Kalian ga lahir di Era Digital... Karena kalau tidak... Bakal di bilang Bid'ah tuh beduk... Soalnya zaman Nabi ga ada 😄 Jadi yang bilang Bid'ah nih beduk.... Belajar sejarah. Bagaimana islam ini masuk dan berkembang dengan pesat hingga sampai sekarang Rahmat nya agama islam itu sampai ke kita dan kalian yang Gen Z. Ini kalau bukan peran dan tirakat ulama terdahulu, mungkin ga tahu dah kita udah kayak negara Timur tengah, yang walau seiman tapi beda pandangan dalam beragama jadi halal darah nya... Naudzubillah min dzaalik....)

Terpopuler

Comments

we

we

beduk merupakan salah satu cara para wali memperkenalkan Islam

2024-03-17

1

naynay

naynay

💖

2024-01-17

1

Yhanie Shalue

Yhanie Shalue

ikut mbrebes mili kak bacanya,, jd ikut ngebayangin😭

2024-01-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!