Bab 2 Pulang

Baskoro melangkah keluar dari kamar Asti dan menuju kamarnya di lantai 2. Ia memberikan senyuman yang sangat sumringah dari biasanya. Kapan lagi dirinya bisa merasakan gadis bersegel di dalam rumahnya sendiri.

Sembari bersiul, dirinya tengah memikirkan permainan yang baru saja dilakukannya bersama dengan pelayan. Baskoro tak menyangka kalau Asti yang polos dan bersegel itu dapat tergoda dengan dirinya. Dirinya yang sudah memiliki istri bahkan satu rumah dengan istrinya. Baskoro lalu masuk ke dalam kamarnya dan langsung menanggalkan semua pakaiannya, masuk ke dalam kamar mandi untuk berendam.

"Saya sungguh tak menyangka, pelayan pilihan istriku terasa sangat wah. Sudah lama tak merasakan kenikmatan duniawi. He he, Gai*rahku* bangkit dengan sendirinya. Kalau Andini belum pulang, saya akan kembali ke sana. He he," gumam Baskoro yang masih berendam di dalam bathtub- nya.

Semetara aku yang tengah sibuk negosiasi bersama dengan pemasok bunga itu pun akhirnya menemukan titik terang untuk menyepakati harga di antara kami.

"Deal. Saya sangat setuju dengan harga ini. Selain kami mendapatkan keuntungan, pihak Bapak juga akan mendapatkan keuntungan dari kami," ujarku sembari berjabat tangan.

Meeting telah selesai di mana semua sudah disepakati.

"Anda benar, Bu Andini. Senang sekali kami bisa bekerja sama dengan anda. Kalau begitu kita akan bertemu di meeting selanjutnya ya, Bu," ujar pemasok membalas jabatan tanganku.

Setelah semua berlalu, aku melihat ke arah jam tangan yang ada di pergelangan kiriku. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Sangat tidak terasa aku hampir satu harian di toko.

"Dinda, kita boleh tutup toko lebih awal. Saya yakin kalian sangat lelah akhir-akhir ini," ujarku mengingatkan.

"Baik, Bu."

"Kalau begitu, saya duluan ya. Kalian kalau pulang hati-hati. Jangan lupa harus ditutup rapat pintunya," ujarku kembali berpesan.

Lantas aku meninggalkan tokoku untuk pulang ke rumah. Aku melangkah menuju mobil yang terparkir di depan toko, dan menstarter mobil. Tak berselang lama, mobil yang aku kemudikan melaju meninggalkan toko bunga.

Di dalam perjalanan, Andini mencoba menghubungi suaminya, Baskoro namun ponselnya tidak aktif.

"Ke mana ya dia? Apa mendadak ada pertemuan? Mana mungkin pertemuan diadakan jam 19.30 malam?" gumamku. "Kalau begitu aku kirim VN suruh Asti tidak usah memasak makan malam," lanjutku bergumam.

'Asti, kamu gak usah masak makan malam. Saya ada belikan makan malam'

Pesan terkirim.

Sementara di rumah.

"Eugh, Eugh, Eugh."

Hanya suara itu saja yang menggema di seluruh ruangan kamar Asti. Suara Leng*u-han kenikmatan surga dunia. Baskoro tak ingin melepaskan sedetik pun gadis ini. Berbagai gaya sudah mereka coba, namun gaya ini yang menjadi favorit mereka berdua.

"Cepat sedikit, Sayang, Eugh enak sekali," racau Asti.

Baskoro yang mendengarkan hal itu, langsung mempercepat gerakannya. Walaupun sudah berumur, lelaki tua ini masih terbilang kuat dan berkharisma. Urusan ranjang mungkin dia yang terbaik yang pernah Asti temui.

Asti terus saja meracau tiada henti, sama halnya dengan Baskoro yang sangat menikmati permainan mereka. Entah sudah berapa lama mereka melakukan olahraga ini, namun mereka berdua tidak ada niatan untuk menghentikan permainan panas ini.

"Eugh, Eugh, aku mau keluar, Sayang, Eugh cepat sedikit."

Erang-an demi erang-an bersahutan sampailah di suatu titik.

"Bersama, Sayang. Bersama," ucap Baskoro yang merasakan ia pun ingin keluar.

"Arrghhh. . . , h h h h . . ,"

"Kenapa saya baru tau kalau ini begitu nikmat, Pak?" tanya Asti yang terbaring disusul dengan Baskoro.

"Karena kamu baru merasakannya. Kamu masih mau?" tanya Baskoro kembali sembari menatap mata Asti nakal.

"Saya tak akan pernah menolak lagi kalau memang senikmat ini. Tapi apakah bapak tidak merasa lelah?"

"Asti, Sayang, tolong jangan membuat kita canggung satu sama lain. Kita sudah melakukan ini hari ini lebih dari 5x. Dan kamu selalu memanggil sayang kepadaku," jawab Baskoro mengusap lembut pipi Asti dengan jarinya.

"Maaf. A. . aku hanya tak terbiasa. Bapak sebagai majikanku sedangkan aku pelayan barumu," jawab Asti sedikit cemberut.

"Hee, kamu tidak perlu khawatir. Kita harus meniadakan rasa canggung di antara kita berdua. Kamu mengerti?"

Asti menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti. Baskoro yang melihat itu langsung meraih wajah Asti dan memberikan kecu-pan di bibir. Namun itu bukan sekadar, makin lama semakin memanas dan mereka ingin memulainya kembali.

Ting Tong

Ting Tong

"Si-al-an." Baskoro langsung menarik tubuhnya dan langsung mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai.

"Cepat pakai pakaianmu, sebelum Andini masuk ke dalam rumah ini," ujar Baskoro yang sudah menarik tuas pintu. Ia berpaling sebentar lalu memberikan senyuman yang tak bisa dilupakan. "Kita lanjutkan nanti ya, Sayang."

Setelah berkata begitu, Baskoro melangkah pergi meninggalkan Asti yang masih terduduk di ranjang. Asti mengusap wajahnya kasar. Tak menyangka ia bisa berbuat seperti ini bersama dengan majikannya, bukan tepatnya suami majikannya sendiri. Tersadar beberapa detik kemudian, Asti pun beranjak dari ranjang, memunguti satu per satu pakaian yang tercecer. Ia langsung memakainya.

Ting Tong

"Ya ampun, apakah orang di dalam rumah ini sedang pergi? Tapi Asti mana?" gerutuku di depan pintu utama.

Aku mencari ponselku untuk menghubungi Asti untuk membukakan pintu. Aku tak berpikir kalau Baskoro berada di rumah. Biasanya ia selalu pergi bersama dengan teman-temannya.

Baru saja aku akan menekan panggilan kepada nomor Asti, tiba-tiba pintu itu terbuka. Aku segera mengalihkan atensiku dari ponsel dan melihat suamiku sendiri yang membukakan pintu. Senyumannya terukir bahagia. Aku bisa melihatnya.

"Selamat datang, Sayang. Maaf menunggu lama, aku sedang di kamar mandi," jelasnya.

Aku pun lalu membalas senyumannya, "Terima kasih. Pantas saja begitu lama. Asti mana?" tanyaku sembari celinguk ke sana kemari mencari sosoknya.

"Aku tidak tau, Sayang. Mungkin saja dia sedang tidak enak badan. Tak perlu khawatir nanti juga akan normal kembali," jelas Baskoro lagi.

"Tapi, aku. . . ," belum juga aku mengutarakan niatku untuk melihat kondisinya, namun suamiku sudah memotong omonganku.

"Sudahlah. Percaya sama aku. Aku sudah memberikannya obat penurun panas. Dan menyuruhnya istirahat. Omong-omong, apa yang kau bawa itu, Sayang?"

"Oh, ini? Ini makan malam kita. Aku sudah menghubungimu tapi tidak bisa. Dan langsung saja aku belikan makanan ini," jawabku sembari tersenyum.

"Baiklah, biar aku bantu bawakan. Aku rasa itu cukup berat, dan sebagai seorang lelaki kita harus membantu wanita apabila kesulitan bukan?"

Aku dan suamiku lantas masuk ke dalam rumah sembari bercanda tawa seperti orang tua pada umumnya.

"Bas, kamu tidak menyembunyikan sesuatu dari aku kan selama aku pergi?"

Baskoro menatapku lekat.

.

.

.

Bersambung. . .

Kalau tiba-tiba typo Mon maaf. Dosa tanggung sendiri sekali lagi. Maaf 🙏

Terpopuler

Comments

karenina azalea 💖

karenina azalea 💖

baru bab 2 nih say... bikin penasaran yu atuh lagi /Smile/

2024-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!