Rencana Berlibur.

Suasana di kantin begitu ramai. Dengan kursi panjang yang berderet rapi untuk para mahasiswa yang sedang ingin menikmati jam istirahatnya.

Terkadang tempat tersebut dijadikan tempat nongkrong berbagi canda dan tawa dengan hanya segelas es teh manis yang dipesannya.

Rachel dan Nirmala duduk berdua sambil menunggu mie ayam yang sudah mereka pesan. Sambil ngobrol ringan tentang hal yang tak penting, kadang mereka juga sharing tentang mata kuliah yang rumit dan sulit dimengerti.

Diki dan Ramdan berjalan menghampiri dan langsung ikut bergabung dengan mereka.

"Cewek," sapa Ramdan sambil mengerlingkan matanya.

"Ish, apaan sih!" sahut Nirmala cuek.

Rachel dan Diki hanya tersenyum pasrah melihat tingkah mereka.

"Jangan terlalu cuek! Nanti jatuh cinta lo," ucap Diki mengingatkan.

"Aku? Tidak mau!" jawab Nirmala yang menunjuk pada diri sendiri dengan tampang tak percaya.

"Ok fine, ayo makan, gue lapar!" Ramdan yang pasrah dan malas berdebat akhirnya memilih menghindar, sedari kecil hingga dewasa perdebatan mereka tak pernah ada ujungnya  antara siapa yang menang dan kalah.

Tetap saja perempuan harus menang. Dan Ramdan sebagai seorang lelaki harus mengalah. Dan itu sudah menjadi kewajiban bahwa perempuan haruslah menang.

Di sisi lain, Amelia dan Sarah sedang memandang mereka dari kejauhan dengan rasa jengah.

Sarah sangat menyukai Diki dari awal pertemuannya, namun sulit untuk mengungkapkan.

Walau sebagai teman hubungan mereka sangatlah dekat, tapi jika untuk perasaan lebih baik hanya dia sendiri yang tahu.

Tapi Amelia mengenal Sarah dari kecil, apa yang tak dia tahu tentang sifat juga karakter Sarah walau tanpa harus mengungkapkan. Mereka tumbuh bersama hingga menginjak masa dewasa.

"Kamu cemburu?" tanya Amelia yang ingin tahu kejujuran sahabatnya.

Sarah yang kaget langsung menatap Amelia lalu menjawab dengan gugup, "Aku? Tak, aku tak cemburu."

"Aku mengenalmu, Sarah."

Amelia terdiam sejenak, setelah itu dia melanjutkan lagi kalimatnya dengan niat mempengaruhi, "Jika kamu mau mengikuti saranku, kamu bisa mendapatkan Diki tanpa gangguan siapapun."

Dengan raut wajah bingung, Sarah bertanya, "Apa maksudmu?"

"Kita pinjam dulu pulau pribadi milik keluargamu, nanti disana kita bisa sedikit memberi kejutan untuk Rachel dan yang lainnya."

Dengan rasa takut dan masih bingung, Sarah bertanya lagi, "Apa maksudmu? Aku tak paham!"

"Untuk mengisi hari libur kita nanti, Sarah. Lagipula mengatakan cinta di tempat indah bisa jadi moment untuk kalian berdua, kan!" jawab Amelia memberi pengertian.

"Oh iya, bagus juga idemu. Akan aku siapkan semuanya," balas Sarah sambil tersenyum mengerti.

Hampir saja pemikirannya lain. Walau dia kesal dengan seseorang, tapi tak sampai hati jika harus melukai orang tersebut.

Dia paling anti dengan darah dan pembunuhan. Masalahnya, kakak pertamanya yang bernama Kiara meninggal saat usianya baru 12 tahun.

Penculikan, pelecehan dan pembunuhan yang di alami almarhum kakaknya sangat menyiksa hati seluruh keluarganya.

Duka mendalam dan berkepanjangan yang dirasakan seluruh anggota keluarga Sarah hingga saat ini.

Dan itu berlaku untuk Sarah.

Walau umur mereka beda tiga tahun, tapi kala itu Sarah melihat dengan jelas saat jasad kakaknya yang berlumuran darah segar menyelimuti seluruh anggota tubuhnya.

Dan itu menjadi satu-satunya kelemahan Sarah.

"Ya sudah, ayo kita gabung!" ajak Amelia yang langsung menarik tangan Sarah.

Belum sempat bereaksi, langkah Sarah langsung mengikuti kaki Amelia berjalan.

Dia sedikit kecewa saat Amelia menyeretnya untuk ikut bergabung tanpa minta persetujuannya terlebih dahulu. Sarah berjalan dengan ekspresi kesal di wajahnya.

"Hai, boleh gabung gak?" sapa Amelia yang sudah berdiri di hadapan mereka.

Mereka berempat melihat Amelia, lalu setelah itu beralih menatap Sarah.

Diki dan yang lainnya dengan senang hati menyambut kedatangan mereka berdua.

Ramdan menyuruh mereka duduk di manapun mereka mau.

"Silahkan!" ujar Ramdan sambil menggeser bokongnya.

Diki yang duduk di sebelah Ramdan juga ikut menggeser bokongnya.

"Kalian ini, ke kantin gak ajak-ajak," ucap Amelia yang pura-pura kesal.

Diki tersenyum sambil menggaruk kepala yang tak gatal sambil berkata, "Maaf, hehehe."

Amelia duduk di sebelah Ramdan, sedangkan Sarah duduk di sebelah Diki.

Posisi duduk mereka berempat sekarang berhadapan dengan Rachel dan Nirmala yang ada di depannya.

"Ngomong-ngomong 2 minggu lagi kita cuti panjang, kan. Ada acara kemana, nih?" tanya Amelia membuka obrolan.

"Em...Kemana ya? Paling di rumah saja," jawab Diki.

"Terus, yang lainnya?" tanya Amelia lagi sambil memandang mereka satu persatu.

Tak ada jawaban dari semuanya, mereka juga tak ada rencana apa-apa untuk masa liburnya.

Dengan pura-pura kecewa Amelia menemukan ide tempat berlibur yang harus mereka kunjungi.

"Gimana kalau kita ke pulau?" ucap Amelia sambil melirik ke arah sarah.

Sarah yang paham langsung mengangguk cepat dan menambahkan, "Benar, keluargaku baru beli sebuah pulau kecil, ada Villanya juga, jadi kita bisa liburan kesana tanpa harus memikirkan sewa tempat untuk istirahat, gimana?"

Rachel dan yang lainnya saling pandang.

Ide menarik.

Mereka yang tak pernah berlibur ke pulau jadi bisa menikmati indahnya pulau tersebut dengan bantuan keluarga temannya.

Dengan rasa penasaran karena kekurangan biaya jika pergi ke tempat jauh, Ramdan memberanikan diri bertanya, "Bayar gak, berapa?"

"Aku tak tahu, tapi nanti kita kesana naik mobil ku saja, lalu setelah itu kita harus bayar orang untuk menyebrang ke pulau ku. Kata papaku nyebrangnya sekitar 20 menit pakai perahu sudah sampek kok. Pulaunya bisa terlihat dari arah kota, berarti dekat, kan."

Mereka manggut-manggut mengerti.

Rachel dan Nirmala saling pandang, entah kenapa perasaan mereka jadi tak tenang.

Mungkin karena ini adalah pertama kalinya mereka berlibur ke sebuah pulau, jadi agak sedikit mengganjal di hati dan pikiran mereka.

Diki bertanya pada kedua gadis itu, "Gimana? Kalian ikut, kan!"

Dengan ragu-ragu sambil mengernyitkan kening mereka enggan menjawab.

"Ayolah, biar rame," sahut Ramdan menambahkan.

"Nanti biar aku yang bawakan barang kalian, tapi jangan berat-berat, ya. He he he!"

Kedua gadis itu masih tetap diam.

Amelia yang peka langsung sigap, dan ikut bersuara sambil menggenggam tangan mereka berdua.

Dengan senyum manisnya dia mulai merayu dan berkata, "Ikut yuk! Biar rame kalau banyak teman."

Setelah sama-sama berpikir dan saling pandang, Rachel dan Nirmala yang merasa tak enak hati terpaksa mengangguk tanpa bersuara. Yang berarti mereka setuju dan mau ikut bergabung.

Amelia, Sarah, Diki dan Ramdan tersenyum puas dengan anggukan mereka. Kali ini bisa menikmati suasana liburan dengan teman yang mereka sayangi adalah kebahagiaan yang sulit didapatkan.

Dengan penatnya memikirkan pelajaran kuliah, setidaknya dengan berlibur bisa sedikit mengurangi stres karena banyaknya aktivitas yang harus dijalani.

Semakin ramai semakin menyenangkan.

Mereka berdiskusi tentang apa yang harus dibawa, juga jam detail keberangkatan perjalanan mereka.

"Nanti aku bawa 2 sprei dari rumah, kata papaku disana hanya ada 2 kamar dan 1 toilet saja, trus kalian harus bawa selimut sendiri-sendiri. Apa kalian mengerti?" ucap Sarah

Semuanya mengangguk paham.

"Jadi, kamu belum pernah kesana juga?" tanya Diki penasaran.

Sarah menggelengkan kepalanya. "Belum, hanya saja kata papaku tempat itu nanti akan di renovasi sedikit untuk tempat hiburan para tourist. Papaku bilang airnya indah dan jernih, pantainya juga bersih, jadi jika diubah menjadi tempat wisata pasti akan lebih menguntungkan untuk menghasilkan uang. Oh iya, lupa. Katanya disana juga ada air terjunnya."

Penjelasan Sarah membuat mereka tertarik untuk datang, hawa bersemangat langsung mengalir pada kedua kawan lelakinya.

Rachel dan Nirmala tersenyum seakan bisa membayangkan betapa indahnya pulau tersebut.

Jam keberangkatan dimulai pukul 9 pagi, harus disiplin dan konsisten jika berbicara soal waktu.

Berlibur adalah hari yang dinantikan oleh seluruh murid di dunia. Bukankah begitu?

............................

"Kamu pulang ke rumahku atau langsung ke rumahmu, mumpung aku masih disini?" tanya Sarah ketika mobilnya sudah berhenti tepat di depan rumah Amelia.

Amelia menjawab, "Aku pulang ke rumahku saja, capek banget soalnya."

"Ok," balas Sarah sembari tersenyum.

Amelia turun dari mobil milik Sarah.

Mereka selalu berangkat dan pulang bersama, kemana-mana juga bersama.

Amelia masih berdiri menunggu mobil sahabatnya pergi menghilang.

Dia melambaikan tangan sambil berseru, "Hati-hati!"

Mobil pun melaju dan mulai menghilang meninggalkan Amelia yang masih berdiri.

Saat mobil mulai tak nampak, raut wajah Amelia yang tadinya biasa saja mendadak berubah menjadi dingin.

Tanpa senyum dan ekspresi yang tak bisa dijelaskan.

Amelia membalikkan tubuhnya dan menatap rumah kecil yang dihuninya bersama seorang ibu yang selalu mengasihaninya.

Rumah yang harus dia pijak, rumah yang hanya dia dan ibunya yang tinggal di dalamnya.

Tanpa sosok ayah yang selalu mendampinginya.

Ayah yang dikaguminya malah menyembunyikan jati dirinya dan merasa ini adalah penghinaan besar bagi dirinya.

Rumah kecil itu adalah rumah pemberian ayah kandungnya.

Apakah hanya itu yang bisa dia berikan untuknya dan ibunya?

Apakah tak ada yang lainnya?

Seolah kasih sayang tak berarti apa-apa dan seperti tak membutuhkan hal tersebut

Sambil menghela napas kasar dia bergumam, "Sampai kapan harus bersabar?"

Amelia enggan pulang ke rumah kecil itu, jika bukan karena kasihan dengan sang ibu yang selalu berusaha keras mencari sesuap nasi untuk dia hidup, sudah lama mungkin dia memilih untuk pergi.

Amelia masih berdiri diam mematung sambil melihat rumah kecil itu dari luar.

Dia diam sambil memikirkan banyak hal yang sekarang memenuhi otaknya.

Saat Amelia tengah sibuk dengan lamunannya. ibunya datang menghampiri dan menegurnya. "Amelia, kenapa berdiri disana? Ayo masuk!"

Amelia sedikit kaget, lalu menoleh pada sumber suara yang dikenalnya.

Bu Ningrum namanya.

Wanita yang selalu menyayanginya dengan segenap jiwa dan raganya

Dia berjalan sambil menenteng rantang yang dibawanya.

Sembari tersenyum Bu Ningrum berkata, "Ayo masuk! Ibu bawakan makanan yang baru dimasak sore ini."

Gadis berambut panjang itu menatap ibunya dengan raut wajah sedih, lalu mengangguk.

Kedua wanita itu berjalan bersama menuju rumah kecil mereka.

Amelia duduk sembari menunggu ibunya menyiapkan makanan untuknya.

Andai saja, ya andaikan dia tak pernah tahu kehidupan sesungguhnya tentang rahasia kelahirannya, Amelia pasti masih bisa bahagia tinggal berdua walau di gubuk kumuh sekalipun dengan ibunya. Yang pasti tanpa mau memikirkan banyak hal.

Dia pernah berkhayal akan mendapatkan nilai yang bagus dan masuk ke perusahaan ternama dan membantu perekonomian keluarganya dengan menggunakan seluruh gajinya. Jadi ibunya tak perlu lagi bekerja keras untuk dirinya lagi.

Hanya saja rahasia yang sengaja dipendam oleh ibunya sudah terbongkar dengan sendirinya dan itu membuatnya sangat sedih.

Hal itu sangat menyakitkan dirinya.

Amelia berpikir bahwa dia harus segera mengakhirinya. Dan satu-satunya kunci adalah dia harus bersabar.

Terpopuler

Comments

Umar Muhdhar

Umar Muhdhar

k

2024-04-11

1

lihat semua
Episodes
1 Cerita masa kecil.
2 Kesakitan Rachel kecil.
3 Rencana Berlibur.
4 Rahasia Amelia.
5 Tentang Pak Rivanno.
6 Sejarah Pulau Rawa Bayu.
7 Prosesi Jalannya Ritual.
8 Kekejaman dan Kematian.
9 Tumbal yang gagal.
10 Terbakarnya Tempat ritual.
11 Kematian Tragis Penghuni Pulau.
12 Duka dan Air Mata.
13 Sebuah Pertanda.
14 Mimpi Buruk Ramdan.
15 Mimpi buruk Rachel.
16 Penantian Yasinta.
17 Keberangkatan Rachel dan teman-temannya.
18 Desa Sumber Kasih
19 Welcome to Pulau Rawa Bayu.
20 Telah Kembali.
21 Kebersamaan di hari pertama.
22 Hilangnya Amelia.
23 Awal berubahnya Amelia.
24 21 Tahun Silam.
25 Kecelakaan Ayah Rachel.
26 Kelahiran Rachel dan Ramdan.
27 Kisah kelam 1 (Kakek dan Nenek Rachel)
28 Kisah kelam 2 (Sebuah teka teki).
29 Kisah Kelam 3 (Kelahiran Pilihan)
30 Kisah Kelam 4 (Kalahnya Eyang Weni).
31 Kepergian Nenek Rachel.
32 Sehidup Semati.
33 Membuka lembaran Baru.
34 Kegelisahan Pak Beni.
35 Penampakan.
36 Sebuah jawaban.
37 Mimpi Diki.
38 Kedatangan Eyang Sekar.
39 Balita kecil.
40 Mainan Baru Balita Kecil.
41 Sarah dan Amelia hilang.
42 Kejujuran Amelia.
43 Kisah Nyai Ajeng.
44 Kelahiran Rivanno Kecil.
45 Korban pertama
46 Rasa Kecewa.
47 Kembali pada Tuhan.
48 Duel Ustad Adam VS Jin
49 Meminjam Takdir.
50 Terbongkar.
51 Kekalahan Keluarga NETT.
52 Mencari Bersama.
53 Tewasnya Pak Winoto.
54 Prasangka
55 Korban Kedua.
56 Hati yang tersakiti.
57 Dua Nyawa.
58 Ilham yang malang.
59 Rachel kembali.
60 Pesta Kembang Api.
61 Tanggal 7 Bulan 7
62 Rindu Balita Kecil.
63 Pertemuan Ramdan Dan Yasinta.
64 Pertolongan Mayat Sarah.
65 Cuaca Buruk.
66 Flashback
67 Beni Samantha yang lemah.
68 Sebuah Tawaran.
69 Satu Persatu.
70 Gangguan
71 Nirmala yang malang.
72 Firasat dan Mimpi.
73 Pertemuan Dua Saudara.
74 Semua berkumpul
75 Kerjasama.
76 Tewasnya Nirmala.
77 Telah tiba
78 Malam yang sunyi.
79 Berpencar.
80 Kematian massal.
81 Takdir Ilham.
82 Pesta berburu.
83 Teriakan keputusasaan.
84 Akhir kisah hidup Ramdhan.
85 Sirna.
86 Tamat
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Cerita masa kecil.
2
Kesakitan Rachel kecil.
3
Rencana Berlibur.
4
Rahasia Amelia.
5
Tentang Pak Rivanno.
6
Sejarah Pulau Rawa Bayu.
7
Prosesi Jalannya Ritual.
8
Kekejaman dan Kematian.
9
Tumbal yang gagal.
10
Terbakarnya Tempat ritual.
11
Kematian Tragis Penghuni Pulau.
12
Duka dan Air Mata.
13
Sebuah Pertanda.
14
Mimpi Buruk Ramdan.
15
Mimpi buruk Rachel.
16
Penantian Yasinta.
17
Keberangkatan Rachel dan teman-temannya.
18
Desa Sumber Kasih
19
Welcome to Pulau Rawa Bayu.
20
Telah Kembali.
21
Kebersamaan di hari pertama.
22
Hilangnya Amelia.
23
Awal berubahnya Amelia.
24
21 Tahun Silam.
25
Kecelakaan Ayah Rachel.
26
Kelahiran Rachel dan Ramdan.
27
Kisah kelam 1 (Kakek dan Nenek Rachel)
28
Kisah kelam 2 (Sebuah teka teki).
29
Kisah Kelam 3 (Kelahiran Pilihan)
30
Kisah Kelam 4 (Kalahnya Eyang Weni).
31
Kepergian Nenek Rachel.
32
Sehidup Semati.
33
Membuka lembaran Baru.
34
Kegelisahan Pak Beni.
35
Penampakan.
36
Sebuah jawaban.
37
Mimpi Diki.
38
Kedatangan Eyang Sekar.
39
Balita kecil.
40
Mainan Baru Balita Kecil.
41
Sarah dan Amelia hilang.
42
Kejujuran Amelia.
43
Kisah Nyai Ajeng.
44
Kelahiran Rivanno Kecil.
45
Korban pertama
46
Rasa Kecewa.
47
Kembali pada Tuhan.
48
Duel Ustad Adam VS Jin
49
Meminjam Takdir.
50
Terbongkar.
51
Kekalahan Keluarga NETT.
52
Mencari Bersama.
53
Tewasnya Pak Winoto.
54
Prasangka
55
Korban Kedua.
56
Hati yang tersakiti.
57
Dua Nyawa.
58
Ilham yang malang.
59
Rachel kembali.
60
Pesta Kembang Api.
61
Tanggal 7 Bulan 7
62
Rindu Balita Kecil.
63
Pertemuan Ramdan Dan Yasinta.
64
Pertolongan Mayat Sarah.
65
Cuaca Buruk.
66
Flashback
67
Beni Samantha yang lemah.
68
Sebuah Tawaran.
69
Satu Persatu.
70
Gangguan
71
Nirmala yang malang.
72
Firasat dan Mimpi.
73
Pertemuan Dua Saudara.
74
Semua berkumpul
75
Kerjasama.
76
Tewasnya Nirmala.
77
Telah tiba
78
Malam yang sunyi.
79
Berpencar.
80
Kematian massal.
81
Takdir Ilham.
82
Pesta berburu.
83
Teriakan keputusasaan.
84
Akhir kisah hidup Ramdhan.
85
Sirna.
86
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!