Iya in deh, by the way... Lu keliatan berubah key, lu tadi nggak marahin mamah lagi kan?
*tanya Kelvin dengan sedikit khawatir, ia menatap mata Keyla dengan lekat.*
Keyla ralia
Huh? Nggak, aku nggak marah. Lagian buat apa aku marah sama mamah orang dia nggak buat salah.
*jawab Keyla berusaha acuh tak acuh sebisa mungkin, tiba tiba perutnya keroncongan sehingga mengalihkan situasi itu.*
Kelvin
Lu laper blok?
Keyla ralia
Y!
Keyla ralia
Pakek nanyak lagi, punya mata, punya telinga, punya otak tapi nggak di pakai. Guoblok!
Keyla melempar bantalnya dan Kelvin berlari keluar kamar sambil tertawa terbahak bahak.
Beberapa menit kemudian Analeria mengetuk pintu, suaranya lembut dan menenangkan. Sungguh ibu idaman.
Analeria
Sayang? Mama boleh masuk?
Keyla ralia
Eh, iya mah masuk aja
Analeria kemudian membuka pintu sambil membawa nampan makanan yang masih mengepul, aromanya harum dan menyegarkan, membuat perut Keyla yang lapar semakin keroncongan.
Analeria terkekeh mendengar suara keroncongan dari perut putrinya sambil berjalan mendekat ia meletakkan nampan itu di meja samping tempat tidur Keyla.
Analeria
Laper banget ya? Mau mama suapin?
Pertanyaan itu membuat Keyla lengah, ia tertegun sebentar sebelum menganggukkan kepalanya pelan, ia sebenarnya merindukan sosok ibu dalam hidupnya yang sudah lama kosong.
Keyla ralia
Mama...
Gumam Keyla lirih sambil menundukkan kepalanya.
Analeria
Hmm? Ada apa? Mama buat salah lagi? Mama minta maaf ya
Keyla kembali di buat lengah, ia sebenarnya ingin minta maaf atas nama Keyla yang asli, anak dari Analeria yang asli.
Keyla ralia
Bukan mah, aku mau minta maaf, mamah ngga perlu minta maaf, kan mamah ngga punya salah sama aku!
Seru Keyla berusaha meyakinkan Analeria.
Analeria kembali terdiam sambil menatap sosok putrinya yang tampak berbeda, lebih lembut dari biasanya.
Analeria
Oh haha, yah itu... Biasanya kan mamah sering buat salah
Keyla ralia
Nggak mah! Akulah yang sering berbuat salah sama mamah, teriak ke mamah, marahin Mamah tanpa sebab
Keyla ralia
Aku nyesel mah
Ucap Keyla sambil tertunduk malu, ia berkaca-kaca mengingat bahwa ia belum sempat meminta maaf saat ibunya tiada.
Comments