“Sayang, kamu sudah tanyakan belum ke ibu kamu, kapan cairnya uang itu” tanya Riko yang sudah tidak sabar menerima uang banyak.
Pagi-pagi begini suami Kanaya sudah membahas perkara warisan. Jujur hal itu membuatku sakit hati Kanaya. Sepertinya mereka sudah tidak sabar menerima uang banyak. Sedangkan Ana hanya diam mendengarkan obrolan orang tuanya.
“Belum mas, ibu belum menghubungiku lagi.” Jawab Kanaya seadanya.
“Ya kamu telepon lagi dong, kalau sudah cair kamu langsung kirim ke rekeningku ya” desak suami Kanaya, entah siapa yang menerima warisan entah siapa yang sibuk untuk mengunakan harta warisan itu.
Kanaya hanya mengangguk mengiyakan ucapan suaminya itu. Kanaya tak ingin ribut dan berlama-lama membahas hal ini. Walau bagaimanapun kedua saudara Kanaya juga berhak mendapatkan harta warisan dari ibunya itu.
Setelah sarapan Riko berangkat kerja, Ana menyalami papanya sedangkan Kanaya mengantar suaminya sampai depan. Dan menyalami suaminya itu, Tiba-tiba saja Riko mencium kening Kanaya hal yang sudah lama tak pernah dilakukannya lagi. Seingat Kanaya Riko memperlakukannya selayaknya istri hanya selama beberapa tahun saja. Semakin lama sikap dan perubahannya semakin terlihat. Dan lebih menganggap seperti Kanaya tidak ada.
Riko bekerja di sebuah perusahaan ternama dengan jabatan sebagai manajer. Riko baru saja naik jabatan sebagai manajer satu tahun yang lalu dengan gaji yang terbilang besar, namun sayang Ana dan Kanaya tidak pernah menikmati itu. bahkan Kanaya tidak tau bahwa suaminya naik jabatan.
Semenjak keponakannya itu terlahir ke dunia ini Riko tidak perduli lagi dengan Kanaya dan juga Ana. Jarak umur Ana dan keponakannya hanya berjarak dua tahun saja. Kakaknya itu baru memiliki anak pada saat pernikahannya ke tiga tahun.
“Mama yang sabar ya” ucap Ana, disaat Kanaya sudah sampai di meja makan.
“Iya sayang, sudah sana kamu berangkat sekolah” ucap Kanaya.
Setelah Ana pergi ke sekolah, Kanaya mengerjakan pekerjaan rumah yang lainnya karena Ana sudah membersihkan bekas makan mereka tadi dan langsung mencuci piringnya. Sedangkan Ibu mertuanya tengah berada di kamar.
Di saat Kanaya tengah berkutat dengan pekerjaannya, tiba-tiba Kanaya mendengar suara ramai di depan. Menghentikan sejenak pekerjaannya lalu Kanaya pergi ke depan untuk melihat siapa yang datang.
“Kanaya, buatin aku es teh manis, sekalian mas Joy mau kopi katanya.” Ucap Kakak iparnya Kanaya.
Ternyata yang datang kakak iparnya, Tanpa membantah Kanaya langsung menuruti keinginan Jesika itu.
Jesika adalah kakak ipar kanaya, dan Joy adalah suami Jesika, orang tua dari Sisi. Adik ipar Kanaya juga memiliki seorang putra yang baru berumur empat tahun, dia bernama Vino.
Kehadiran Vino membuat anggota keluarga ini bahagia karena Vino merupakan satu-satunya cucu laki-laki di rumah itu.
Setelah selesai membuat apa yang kakak iparnya minta, Kanaya langsung membawanya ke depan, lalu meletakkannya di atas meja.
Oh iya Kanaya, dengar-dengar kamu dapat warisan dari ibu kamu, ya” tanya kakak ipar Kanaya terlihat antusias.
Kanaya yakin pasti ibu mertuanya yang memberitahu Jesika kalau Kanaya mendapatkan harta warisan dari ibunya itu.
“iya, mbak” jawab Kanaya singkat.
Jesika dan suaminya sekilas saling pandang, hal ini membuat Kanaya curiga, jangan-jangan mereka juga menginginkan sesuatu dari hanya warisan yang di dapat oleh Kanaya.
“Jadi begini Kanaya, mas Joy kan berpengalaman nih di bidang bisnis, gimana kalau warisan kamu, mas Joy saja yang kelola, nanti jika mas Joy berhasil, kamu juga yang menikmatinya.” Ucap kakak iparnya itu dengan lembut tidak seperti tadi.
Ternyata benar firasat Kanaya bahwa kakak iparnya itu juga ingin menggunakan uang warisan miliknya itu.
“Nanti, aku pikirkan lagi mbak” jawab Kanaya Seadanya.
“Sudah, kamu itu tidak usah mikir-mikir, apa kamu tidak percaya dengan kakak iparmu ?, kakak iparmu itu sudah lama mengelola usaha pasti dia akan mengunakan uang warisan itu dengan baik” ucap ibu mertua Kanaya yang tiba-tiba saja nimbrung.
“Bukannya aku tidak percaya, bu. Tapi aku belum tau pasti berapa banyak uang yang aku terima, bu” jawab Kanaya apa adanya.
“Memang kapan cairnya sih Kanaya?” tanya Jesika penasaran.
Ucapan Jesika terdengar lembut, tidak seperti biasanya yang terkesan judes ya mungkin ini karena mendengar Kanaya yang mendapatkan warisan jadi kakak iparnya bersikap lembut dan baik.
“Belum tau pasti Jes. Ibu belum menghubungiku lagi” jawab Kanaya jujur.
“Makannya kamu itu cepat tanyakan kepada ibumu itu, nanti yang ada adik dan kakak kamu yang ambil semua harta warisan itu, yang ada nanti kamu tidak dapat lagi” ucap Jihan membuat Kanaya geleng-geleng kepala mendengarnya. Tidak habis pikir dengan mertuanya itu yang seakan-akan takut harta warisan itu tidak dia dapatkan.
“Ya ma nanti akan aku tanyakan lagi” ucap kanaya lalu pergi mengerjakan pekerjaan yang tertinggal.
“Ma pokoknya mama harus bujuk Kanaya untuk kasih uang warisannya ke aku ma” ucap Jesika yang masih terdengar oleh Kanaya.
“Iya kamu tenang aja” ucap Jihan dengan yakin akan mendapatkan harta warisan itu sepenuhnya dan Kanaya akan memberikannya kepada anaknya itu.
Tanpa mereka sadari Kanaya mendengar semuanya, Mungkin mereka berfikir Kanaya tidak mendengar perbincangan mereka. Sungguh Kanaya tidak habis pikir dengan keluarga suaminya itu.
Setelah Kanaya mengerjakan semua pekerjaannya Kanaya pergi ke kamar untuk beristirahat sebentar. Disaat Kanaya melihat handphonenya, ada pesan dari ibunya.
(Nak mama sudah ada di rumah kita, kamu bisa kesini kan ?)
Itulah pesan dari ibu kanaya
(Iya bu, sekarang aku akan ke sana). Balas kanaya cepat. Dan bangkit dari baringannya.
Kanaya bergegas bersiap-siap untuk menemui ibunya itu. Jujur saja Kanaya sangat merindukan ibunya itu. Walau pun ibunya pergi tidak lama ke desa namun tetap saja Kanaya merindukan ibunya. Bagi kanaya saat ini mereka adalah keluarga yang masih menganggapnya ada tidak seperti keluarga suaminya yang tidak peduli sama sekali dengannya.
“Ma, aku pergi ke restoran dulu” ucap Kanaya meminta izin kepada mertuanya itu.
Kanaya tidak bisa memberitahukan ibu mertuanya soal ibu Kanaya yang sudah ada di kota ini bisa-bisa mereka akan ikut dan langsung menanyakan harta warisan itu kepada ibunya nanti.
“Ya udah sana” ucap ibuku yang sedang menonton TV tanpa acuh tak acuh. Tidak peduli Kanaya mau kemana.
“Oh ya jangan lupa beli sus* untuk anakku ya sama bawa makanan yang enak-enak dari restoran ya” ucap Jesika enteng seakan tidak ada beban saat mengucapkan itu.
“Tapi mbak tidak ...” ucapan Kanaya dengan cepat di potong oleh Jihan.
“Kamu itu jangan banyak alasan, tinggal mampir sebentar ke mini market apa susahnya sih, dan soal makanan di restoran, makanan itu tidak akan habis kalau cuma kamu bawa kesini kecuali kamu kasih ke tetangga itu baru habis” ucap Jihan memarahi menantunya itu.
“Ya nanti saya belikan sama bawakan makanan” ucap Kanaya mengalah.
Kanaya ingin cepat-cepat menemui ibunya itu. Kanaya juga tidak ingin ribut dengan kakak ipar dan mertuanya.
“Kenapa kamu masih berdiri disana, udah kami pergi sana” usir Jihan ketus. Jihan melihat seperti jijik melihat Kanaya, rasanya Jihan ingin cepat Kanaya pergi dari dekatnya.
“Uangnya mana jes ?” ucap Kanaya karena Jesika tidak memberikan uang untuk membeli sus* untuk anaknya itu. seketika Kanaya mendapatkan tatapan tajam dari mertua dan kakak iparnya itu.
“Ya pakai uang kamu lah, udah pergi sana, ganggu aja kita lagi nonton” usir Jesika yang tak kalah ketusnya dari ibu itu.
Kanaya memutuskan untuk pergi saja. Daripada berdebat yang ujung-ujungnya Jesika tidak akan juga memberikan uang itu. Yang ada Kanaya akan memperlama Kanaya bertemu ibunya.
Jesika dan suaminya juga tinggal di rumah Jihan. Sedangkan untuk kebutuhan rumah semua dibebankan kepada Riko. Riko lah yang memenuhi semua kebutuhan rumah itu, sedangkan adik dan kakaknya hanya menikmati tanpa harus berpikir dari mana mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan rumah ini. Jesika dan suaminya sama sekali tidak membantu soal uang untuk kebutuhan rumah ini. Mereka hanya membantu memberikan beras saja, itupun di ambil dari toko. Sedangkan untuk kebutuhan seperti bayar listrik, air dan lainnya Riko yang menanggung.
suami Jesika hanya mengelola toko sembako peninggalan almarhumah orang tua Joy. Semenjak dia di pecat dari pekerjaannya Riko hanya fokus mengurus toko sembakonya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sintia Dewi
duhhh ksel kaaliii..kanaya keluarga mcam apa yg mau km pertahankan buat anakmu toxic semua... /Angry/
2024-09-17
0
Suryani Bu
satu keluarga hatinya busuk semua
2024-02-12
1
azkia
emak sama anak gendeng
2024-02-03
0