Pagi ini Amo terbangun jam 9 pagi karena begadang semalaman membaca novel. Dering ponsel gadis itu memaksanya untuk tersadar.
"Halo!" ucap Amo dengan suara parau.
"Lo ke mana, Bangke?! Gue di depan pagar rumah lo ini! Gue sampe bolos, Anjir! Gegara lo!" teriak Rendi.
Amo menghampiri jendela dan mengintip. Rendi benar, ia berada di sana.
"Masuk aja! Gue males ke luar!" ucap Amo.
"Masuk lewat mana, Bangke? Manjat pagar?!" omel Rendi lagi.
"Kasih HP lo ke satpam!" perintah Amo sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Halo! Pak! Bukain pagarnya, itu temen saya mau masuk!" ucap Amo.
"Jangan dimatiin telponnya, Mo! Gue takut nyasar! Rumah lo luas banget, Bangke! Udah kayak kebun sawit," oceh Rendi tak henti-hentinya ia takjub akan rumah mewah tersebut.
"Ya serah lo aja!" ucap Amo.
"Anjiiir!! Ini lantainya marmer ya, Mo?" tanya Rendi sambil mengusap-usap ubin teras.
"Eh, jangan diinjek ya! Itu mahal!" ejek Amo sambil terkekeh.
"Ya terus gue masuk rumah lo gimana caranya?! Masa gue terbang!" umpat Rendi.
"Ngesot aja, ngesot! Ntar lantai rumah gue lecet kena sepatu lo!" omel Amo sambil tertawa.
"Elah! Tau gitu, mending gue nunggu depan pager aja!" balas Rendi.
"Ehhh nggak! Ha ha! Jalan aja! Mau lo injek, lo jilat juga boleh! Ha ha!" Membuat Rendi kesal adalah hal yang menyenangkan untuk Amo.
***
Rendi memerhatikan sekeliling ruang tamu. Amo dengan baju kaos dan celana pendek menghampiri pria itu.
"Mata lo kenapa?!" Rendi balik bertanya begitu melihat mata Amo yang membengkak.
"Gue kelarin baca novelnya semalam. Anjir sedih banget! Sampe ingusan gue, Bangke! Gue nggak mau baca novel lagi. Seumur-umur baru kali ini gue nangis gegara ketikan. Lemah bener mental gue!" oceh Amo kesal. "Lo ngapain ke sini?" lanjutnya.
"Diih najis bet gue ngeliat cewek satu ini," gerutu Rendi. "Gue mau jemput lo sekolah! Lo malah bolos! Gue nungguin di depan pager panas-panasan!"
"Males gue sekolah. Mata gue kayak gini." Amo berbaring di sofa dengan santai.
"Kok rumah lo sepi banget, Mo?" tanya Rendi.
"Ya orang tua gue kerja! Sibuk!" jawab Amo. "Rencana lo mau ke mana? Gue bosen di rumah. Ke warnet yok!" ajak Amo.
"Nggak! Gue nggak mau ke warnet! Kita harus ke sekolah. Gue nggak mau Rizki makin deket sama Nisa!" bantah Rendi.
"Nisaaa mulu otak lo! Dia aja nggak mikirin lo! Segitunya lo mau mikirin dia tanpa timbal balik?!" omel Amo.
"Itu namanya tulus mencintai, Mo! Tulus itu nggak butuh timbal balik!" balas Rendi.
***
Rendi dan Amo memanjat pagar sekolah.
~Brak!!
"Bujubuset!!" pekik Bang Deni begitu melihat Amo dan Rendi melompat dari pagar. Tepat di depan kantinnya. "Kalo ke sekolah jangan naik pesawat, Dek!" lanjut Bang Deni.
Amo dan Rendi nyengir penuh lelah.
"Murid lain mah naik pager buat ke luar sekolah. Lah ini naik pager masuk ke sekolah!" omel Bang Deni.
"Bang, bakso dua Bang!" ucap Amo yang bersiap untuk duduk di bawah meja tempat favoritnya. Rendi turut mengikuti Amo.
"Bang, numpang naroh tas ya, Bang!" ucap Rendi.
"Lah, kenapa nggak ke kelas?" tanya Bang Deni.
"Ntar aja pas istirahat jam 12, Bang! Sekarang udah ada guru di kelas!" jawab Amo.
Sambil makan bakso, Amo dan Rendi terus mengobrol.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments