Alani

Beberapa minggu yang lalu.

Derap langkah para mahasiswa kelas C semester 5 berlarian masuk ke dalam kelas salah satu dosen paling disiplin. Satu detik mereka lebih lambat, tak akan ada pintu yang terbuka untuk mereka belajar hari itu.

Lani, si ketua kelas. Berjalan dengan santai saat yang lainnya berlarian mencari kursi agar tak berada di line paling depan. Ia tak ingin capek-capek berebut sepeti teman-teman. Baginya duduk di manapun sama saja. Dosen akan tetap berkeliling untuk mengecek daftar hadir atau sekedar melempar pertanyaan kepada para mahasiswanya.

Hari ini adalah pertemuan kedua di semester ini. Semangat belajar masih tinggi setelah gempuran libur semester panjang kemarin.

Lani menangkap sesosok mahasiswa asing, baru pernah ia lihat. Minggu kemarin anak itu tidak terlihat di kelasnya juga kelas yang lain di semesternya.

"Mahasiswa baru? Atau pindahan?" Tanya Lani memastikan sebagai ketua kelas

Dia acuh saja. Tangannya sibuk menggambar sketsa. Telinganya tersumpal earphone putih.

"Pantes gak denger, kupingnya disumpel." Karin menggerutu dan memilih pergi tanpa melanjutkan investigasi.

Tak berapa lama dosen datang. Langsung menutup pintu dan menguncinya.

Baru satu menit setelah memberi salam sebelum mengajar, seseorang mengetuk pintu.

"Kamu, hey, buka pintunya lihat siapa yang datang." Kata dosen kepada salah satu mahasiswa yang duduk di dekat pintu.

Sesuai perintah, ia membuka pintu lalu duduk kembali ke bangkunya. Seorang mahasiswa bertubuh gempal tersenyum menganggukkan kepalanya.

"Permisi pak, boleh saya masuk?"

"Boleh, tapi tolong pintunya ditutup dari luar yah!!" Kata dosen.

Mahasiswa tadi mencerna perintah beliau. Dia masuk ke dalam kelas lalu hendak menutup pintu. Di depan pintu ia berdiri mencerna kalimat " tutup dari luar yah!"

Ia pun mengikuti perintah lalu menutup pintu dari luar. Setelah menutup pintu barulah dia sadar sekarang dia berada di luar kelas lagi.

Seluruh mahasiswa di kelas itu sontak tertawa terbahak melihat aksinya yang dengan polos mengikuti perintah dosen. Menutup pintu dari luar artinya dia tidak diizinkan masuk ke dalam kelas. Dengan wajah innocent dia pun pergi meninggalkan ruang kelas yang sudah ia tutup dari luar.

Dosen melanjutkan kuliahnya. Memberi sedikit penjelasan lalu melemparkan beberapa pertanyaan kepada para mahasiswanya.

Mendadak kuis. Di akhir sesi perkuliahan, mendadak dosen membagikan lembaran kertas.

"Sekarang kita kuis. Silakan dengarkan pertanyaan yang saya membacakan dan kalian segera tuliskan jawaban di lembar kertas yang saya bagikan itu."

"Haaaaa...." Sontak semua terkejut, suasana kelas menjadi riuh

"Stop, diam..diam.. Silakan siimak baik-baik atau kalian tidak akan mendengar pertanyaan saya." dosen sedikit menggebrak mejanya membuat para mahasiswa terdiam.

Suasana kelas hening selama dosen membacakan pertanyaan. Mereka menuliskan jawaban di kertas masing-masing.

"Itu saja pertanyaan saya, silakan dilanjutkan menjawab. Lani. Tolong setelah ini kumpulkan semua jawaban teman-teman kamu." 

"Siap pak."

Dosen duduk di mejanya di depan kelas dan melanjutkan aktivitasnya mengetik sesuatu. Sesuai perintah, Lani berdiri berjalan mengelilingi meja teman-temannya untuk meminta lembar jawaban mereka.

Langkahnya terhenti di bangku paling belakang. Mahasiswa asing tadi menarik paksa lembar jawaban teman di sebelahnya dan mencengkeram kerah pemilik jawaban itu untuk mengikuti perintahnya. Lani sedikit heran, belum pernah ia melihat mahasiswa ini di kelasnya tapi sudah berlagak jagoan.

"Heh, nggak boleh nyontek. lepasin temen gue!!" Bentak Lani pada mahasiswa asing itu

"Siapa lu sok-sok an perintah gue? Dosen?" jawabnya sengak

"Gue ketua kelas, dosen nyuruh gue kumpulin lembar jawab. Sini jawabannya!"

"Gue belum selesai." Mahasiswa itu dengan entengnya menyalin jawaban dari mahasiswa yang ia cengkeram tadi

"Nyontek lu? Kembaliin lembar jawaban dia atau gue laporin ke dosen!!" Lani mulai emosi

"Gue bilang tunggu belum selesai." dia masih santai menulis

Lani merampas paksa jawaban yang ada di depannya, membuat dia geram lalu berdiri menantang Lani.

"F*ck!!! Gue bilang bentar.!!" Suara kerasnya membuat seisi kelas terkejut dan diam.

Dosen di depan pun mendekat kepada mereka.

"Ada apa ini?" tanya dosen menghampiri keduanya

"Dia nyontek pak," kata Lani sangat berani.

"Bara!! Kamu sudah saya ijinkan kembali mengulang kelas saya. Jangan bikin onar kamu atau saya coret dari daftar perkuliahan saya sehingga kamu nggak lulus lagi?" Dosen membentak mahasiswa asing itu yang bernama Bara

Wajah Bara memerah. Dia menggertak kedua rahangnya, menatap tajam penuh amarah pada Lani yang membuatnya gagal menjawab kuis. Dengan berani, Lani menatap balik mata itu.

Selepas kepergian Dosen dari ruang kelas. Lani hendak beranjak dari tempat duduknya namun Bara tiba-tiba menggebrak kursi di samping Lani. Beberapa mahasiswa yang masih tersisa di dalam kelas kaget dan menjauh dari keduanya.

"Gue kasih peringatan yah. Jangan sok jadi ketua kelas!!" Ancam Bara pada Lani lalu keluar kelas dengan membanting pintu dengan sangat keras.

Lani berjingkut, mengedipkan matanya karena kaget.

"Huuh, siapa sih dia? kok gue baru pernah liat?" Tanya Lani pada teman-temannya

"Namanya Bara, mahasiswa entah semester berapa tapi berapa tingkat di atas kita gitu deh. Denger-denger si dia harus ngulang beberapa mata kuliahnya yang nilainya E semua." sebuah penjelasan membuat Lani manggut-manggut.

"Halah, mahasiswa ngulang aja belagu!! Sebel gue kalo ngeliat penindasan. Nih gue kasih tau kalian yah, kalau ada manusia kayak dia jangan mau diintimidasi kaya tadi!" 

 Lani bergegas menuruni anak tangga untuk mengejar acara rapat bersama Himpunan Mahasiswa yang sudah terlambat ia hadiri karena perkuliahan tadi. Selain menjadi ketua kelas, lani juga aktivis di himpunan mahasiswa sebagai sekretaris. Kesibukannya berorganisasi adalah salah satu nilai plus bagi Lani sebag IPai penerima beasiswa.

Ya, Lani menerima beasiswa jalur prestasi karena IPK nya yang selalu menduduki peringkat dua di prodinya setiap semester dan ketrampilannya berorganisasi. Tak heran jika namanya juga dikenal oleh banyak dosen. Hebatnya, tahun ini Lani masuk ke dalam nominasi mahasiswa teladan tingkat Universitas. 

Meski berprestasi dan dikenal banyak dosen, tak membuat Lani menjadi sombong. Ia justru sangat disukai teman-teman seangkatannya dan kakak angkatan karena sikapnya yang ramah dan suka menolong.

Hampir sempurna, terlihat seperti itu sosok Lani. Tak ada manusia yang sempurna, dibalik kesempurnaan prestasinya tentu ada kekurangan yang ia miliki. 

Kehidupan pribadinya tak seindah teman-temannya. Lani, berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya meninggal tak berapa lama setelah Lani diterima kuliah membuat Lani harus berusaha menghidupi dirinya sendiri selama menuntut ilmu. Awalnya ia ingin menyudahi saja keinginannya untuk kuliah, karena ibunya hanya penjual catering biasa yang pasti akan keteteran untuk membiayai kuliah anak bungsunya ini. 

Lani adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang harus ia hidupi sendiri. Lani tidak ingin membebani ibu ataupun kakaknya. Keputusannya untuk meng cancel kuliahnya ditentang oleh sang ibu. Ibunya bersi keras agar Lani tetap melanjutkan kuliah di Universitas ini karena ibunya tahu kampus ini adalah impiannya sejak SMA.

Beruntung, ada tante Ambar, adik kandung ibu Lani yang sejak muda sudah menyayangi Lani seperti anaknya sendiri. Rumah tante Ambar tak jauh dari kampus. Ia menawarkan Lani untuk tinggal bersamanya agar Lani tak perlu mengeluarkan biaya kost dan makan sehari-hari. Akhirnya Lani setuju untuk melanjutkan mimpinya. 

Sekuat tenaga Lani berusaha agar nilainya sempurna. Sering kali ia mencari informasi beasiswa. Lani berpikir dengan mendapat beasiswa biaya kuliahnya akan semakin ringan. Dengan alasan inilah Lani berusaha keras untuk memenuhi syarat beasiswa dari kampusnya. IPK minimal 3,5 dan aktif berorganisasi, sanggup Lani jalani.

Semua usaha kerasnya membuahkan hasil yang diinginkan. Sejak semester dua hingga semester 5 ini Lani dapat mempertahankan nilai IPKnya di angka 3,8 dan tetap aktif berorganisasi sehingga pihak kampus tanpa ragu tetap melanjutkan beasiswanya sampai dua semester mendatang.

Tante Ambar dan keluarganya sangat senang dengan kehadiran Lani. Dengan kepintarannya dia bisa menjadi gur les untuk anak-anaknya yang masih SMP dan SD. Sesekali juga Lani membantu tantenya menjaga butik. Tante Ambar tetap memberikan gaji seperti menggaji guru les pada umumnya, jadi uang yang ia terima bisa ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya tanpa membebani Ibu di kampung.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!