Rindu Bukan Sesuatu Yang Bisa Dikendalikan

Pagi-pagi sekali Johan terbangun tidurnya saat merasakan hembusan angin di wajahnya, kesejukan yang entah dari mana menerpanya. Lelaki itu membuka matanya dengan masih setengah sadar,

"Nata?" gumam Johan seperti melihat wanita yang sangat dirindukannya itu kini sedang membuka jendela kamarnya dengan senyum lembut.

"Sayang?" panggil Johan mencoba memastikan jika yang ada di depannya saat ini benar-benar istrinya yang

pergi dari dunia ini 6 bulan lalu.

Bukannya menjawab pertanyaan Johan, wanita itu hanya tersenyum lalu menatap pagi yang masih gelap gulita.

"Sayang, kamu nggak akan pergi lagi kan?" ujar Johan kali ini bangkit dari duduknya berjalan mendekat

kearah ibu dari anak-anaknya. menyentuh kedua pipi Nata yang masih sama seperti

dulu.

"Vernon dan Joshua baik-baik saja Jo, jaga Chriss untukku..." lembut suara Nata bagai bisikan udara,

sangat halus. tangan seputih salju itu mengusap pipi Johan perlahan sebelum bias warnanya memudar.

"Sayang... tolong, jangan tinggalkan aku! Chriss juga membutuhkanmu, kumohon..." rintih Johan yang

mulai merasa sesak dalam dadanya, sakit yang tak bisa dia gambarkan dalam bentuk kata seperti apa. ia tak ingin kehilangan Nata lagi, ia mecoba meraih udara dimana tadi Nata berdiri.

Seperti terhempas dari ketinggian, Johan tersadar. ia menatap nanar langit-langit kamarnya, diluar masih gelap dan

jendela kamar masih tertutup rapat.

"Nata," bisik Johan putus asa, erangan kecil disampingnya menyadarkan Johan pada kenyataan saat ini.

"Chriss, mama baru saja menjengukmu," tukas Johan sebelum mendaratkan kecupan di dahi kecil putranya yang bahkan  tak membuka mata sekalipun tubuh kecilnya beberapa kali menggeliat.

Tak lagi melihat gelagat Chriss akan bangun, Johan memilih membersihkan dirinya sendiri,

“itu tadi, kenapa kau terasa nyata untukku?” tanya Johan menerawang.

Selesai dengan urusan kamar mandinya, masih dengan bathrobenya Johan memilh memeriksa email dan

beberapa pekerjaan yang sempat tertunda, sejak kepergian Natha kadangkala Johan mempercayakan semua pekerjaan di kantor ke Alvian sekretarisnya kecuali untuk pertemuan-pertemuan tender penting yang memang harus dirinya sendiri, selebihnya Johan akan memantau dari rumah. Sebelumnya ada Ghina-ibunya yang akan

menjaga Chriss untuknya setiap kali ada pertemuan atau tander yang mengharuskannya datang ke Perusahaan. Namun dua minggu lalu Ghina Kembali ke Kanada karena ada kendala dengan Perusahaan mereka yang di sana, dan mau tidak mau Ghina harus Kembali sebab beliaulah pondasi kuat Perusahaan yang nyaris di tinggalkannya 5 bulan sejak kepergian Natha, demi cucunya tersayang.

“Jangan egois Jo, setidaknya kalau kamu tidak mau menikah lagi ya pekerjakan baby sitter! Mommy

tau kamu gak akan pernah bisa melupakan Natha, Mommy juga nggak bisa melupakan Natha… tapi Chriss juga berhak mendapat perawatan yang berkualitas, cepat atau lambat Mommy pasti kembali ke Kanada, kamu tau peninggalan Daddy tidak bisa di biarkan terbengkalai begitu saja… atau Mommy bawa Chriss ke Kanada?” ujar Ghina suatu ketika mulai ada kasak kusuk masalah pada perusahaan mereka di Kanada.

“No Mom!” sontak saja Johan dengan tegas menolak keinginan Mommynya nmembawa royal baby nya ke Kanada, itu tidak boleh terjadi. seperti apapun Chriss adalah harta berharga yang di tinggalkan Natha.

“Jo, cepat atau lambat kamu  juga pasti harus kembali ke kantor, kamu pikir bisa terus-terusan di rumah seperti ini? mau kamu kasih makan apa anakmu?” protes Ghina tak terima jika siklus kualitas hidup cucunya akan lebih

buruk dari anaknya dulu.

“Mom, dengerin penjelasan Jo dulu, kalau Jo tidak bisa kembali ke kantor demi menjaga Chriss, Jo bisa mempekerjakan Manajer Plan. Jadi perusahaan kita tidak terbengkalai Mom, dan cucu kesayangan

Mom itu tidak akan jatuh di tangan orang yang salah,” sahut Johan yakin menatap ibunya yang justru menjatuhkan pukulan ke pundaknya. “Aghrr Momm!!! ini KDRT Momm!” protes Johan.

“Kamu pikir semudah dan semurah itu memperkerjakan Manajer Plan?” tukas Ghina membuat Johan mengerutkan

kening.

“Kita rekrut yang berpengalaman dong Mom, gampang kan? kalau masalah biaya selama dia bisa

memberikan hasil yang bagus kan setimpal Mom?” Sahut Johan masih dengan pendiriannya.

“Mommy sama mediang Daddy kamu terjun di dunia bisnis sudah 40 tahun lebih Jo, dalam perekruitan Manajer

Plan tidak pernah semudah hanya mencari yang berpengalaman, ada banyak aspek yang harus kamu pastikan sebelum kamu menjadikannya Manajer plan dalam usahamu. Mungkin iya dia punya pengalaman yang bagus 10 atau 20 tahun bekerja di industri ini, tapi kita tidak tau selama 10 atau 20 tahun yang dia lalui itu sesuai atau tidak dengan visi misi kita? kita juga tidak tau selama 10 atau 20 tahunnya itu di jalan yang benar-benar lurus atau tidak, dan apakah pekerjaan dia betul-betul bisa di pertanggung jawabkan selama menjadi bagian dari kita? dia

tipe orang yang haus kekuasaan atau justru orang yang memperjuangkan keadilan, itu point-point yang tidak bisa di lewatkan Jo…” tukas Ghina dengan serius yang seketika terdiam melihat ekspresi putranya yang terbengong tapi menunjukkan sorot tatapan penuh kekaguman.

“woah! Mommy!!! aku baru tau kalau Mommy sekeren ini!” Sahut Johan lalu bertepuk tangan penuh kebanggaan.

“hey! kurang ajar! apa selama ini Mommy tidak keren?” tukas Ghina tak terima dengan pengukuhan anaknya.

“nggak gitu Mom, pokoknya Mom ter the best nya Johan…” sahut Johan masih terbahak dengan reaksi ibunya.

Johan hanya mampu tersenyum mengenang kejadian itu, ibunya yang luar biasa. Analisisnya sangat

dalam disaat dirinya hanya berfokus pada keselamatan Chriss ibunya justru berusaha menyelamatkan satu keluarga dan bahkan satu perusahaan, bagaimana jadinya jika saat itu tanpa Ghina mengatakan sejauh apa kemungkinan terburuknya satu keputusan? mungkin Marthino Company kini hanya tinggal nama, apalagi belum lama ini orang yang semula akan ia percaya menjadi Manajer Plan mewakilinya mengelola perusahaan terjerat kasus hukum. Untungnya ia punya ibu yang luar biasa hebat.

dddrrrtttt…. dddrrrttttt…

Getaran ponsel membuat Johan mengalihkan kenangan tentang ibunya sebulan lalu sebelum Ghina kembali

ke  Kanada, melihat papan nama di ponselnya Johan terkekeh pelan. “dasar pengganggu!” sahut Johan sebelum menggeser tombol hijau.

“Nggak kurang pagi Al?” sarkas Johan membuat yang di ujung sana terbahak.

"Jangan bilang lo baru bangun Jo..." sergah sekertaris yang juga sahabatnya semasa kuliah  setelah mengendalikan terbahaknya.

"Nggak sih, udah dari tadi, ini baru buka berkas-berkas yang lo kirim di email, emang sih semalem jagoan ngajak begadang tapi aman kok" sahut Johan lalu berjalan mendekati ranjang di mana Chriss masih terlelap, tangannya membelai rambut tipis Chriss dengan penuh kasih sayang.

"Makanya lo punya baby sitter aja apa salahnya sih? Ada benernya nyokap lo bilang nikah lagi atau punya baby sitter... biar lo gak terlalu repot juga..." ujar Alvian terbahak.

"udah mirip emak emak aja lo..." sinis Johan membuat Alvian terkekeh.

"Terlalu banyak peritungan lo Jo..." tawa Alvian semakin merebak.

"Lo ngapain telpon jam segini?" Tegas Johan terdengar judes, tapi bagi Alvian itu adalah hal biasa, sahabatnya memang selalu terlihat judes dan sinis.

"Sampe lupa gue... hahaha... gue cuma mo ingetin... jam 9 ada meeting sama Ranjani Group... jangan lupa lo..." sahut Johan.

"Nggak bisa lo gantiin aja Al?" Tanya Johan rasanya akan teralalu pagi, ia khawatir Chriss belum bangun.

"Gila! Udah berbulan-bulan lu ngilang... setiap meeting gue yang handle... please lah! ini Ranjani Group... lo udah rencanain ini dari tahun kapan... sekrang lo lempar ke gue gitu aja... " sumpah serapah Alvian membuat Johan tersenyum tipis. Asik juga pagi-pagi bikin sahabatnya marah.

"Oke gue dateng Al... tapi gue bawa Chriss ya..." sahut Johan dengan nada tenang dan terkesan jutek, padahal hatinya senang bukan kepalang membuat Alvian jengkel.

"Bawa aja ga papa... ini juga kantor lo, gak ada yang larang kan?" jawab Alvian dengan nada lebih santai dari sebelumnya.

"Gue tau... sekalian gue mau ajarin chriss meeting... biar bsok dia sukses kaya gue..." sahut Johan sembari membelai pipi gembil bayi itu.

"Kayaknya lo perlu di periksa deh Jo! gila aja kali... lo mau bawa tu bayi ke ruang meeting??? Lo waras gak sih?" Tanya Alvian semakin emosi.

"Dia anak gue... suka suka gue lah... lagian lo bilang tadi itu kantor gue gak akan ada yang larang... jadi... masalahnya dimana?" Tantang Johan dengan ketenangan yang luar biasa.

"Lo waras? yakin mau bawa Chriss ke ruang meeting? Gua nggak bisa bayangin kalau Chriss rewel, lo bapaknya dan lo tau kaya gimana anak lo kalau ketemu orang baru kan? lo ngerti gak sih!!!" Sahut Alfian dengan naik pitam.

"Udahlah itu pikir nanti, ini Chriss udah bangun, gua mandiin dulu... bye..." jawab Johan lalu secara sepihak mematikan sambungan dan langsung terbahak.

"Eh... anak papa udah bangun..." sahut Johan tak lepas memandang putranya yang menggeliat sembari mengucek matanya tampak lucu, terdengar gumaman lirih bayi kecil itu.

"Mandi yuk.." ajak lelaki itu lalu menggendong jagoan kecilnya.

"pinternya anak papa... belum di bangunin udah bangun sendiri..." ujar Johan sembari mengangkat tinggi tinggi bayi mungil itu. Yang selalu Johan syukuri adalah Chriss tidak pernah menangis kalau ia mandikan, jadi tidak perlu repot. Dan tentang ucapan Alvian tadi jika anaknya akan rewel setiap ketemu orang baru, ia akan cari cara nanti yang terpenting dalam pelukannya Chriss tidak akan rewel itu yang ia yakini

"Waduh... ini duo ganteng udah rapi aja pagi-pagi... mau kemana?" Goda bu Arum yang baru saja masuk membawa belanjaan.

"Mau ke kantor bu..." jawab Johan kalem.

"Lho...? Trus den Chriss mau dibawa gitu Mas Jo..." tanya bu Arum sopan.

"Iya... sekalian saya ajarin meeting..." kelakar Johan membuat bu Arum tertawa.

"Bisa aja Mas Jo, kalau ibu tau pasti mencak-mencak...” ungkap wanita paruh baya yang sudah seperti ibunya sendiri itu membuat Johan terbahak tak tertahankan, ia tau ibunya pasti akan marah-marah apalagi Chriss belum ada 1 tahun sudah ia ajak kemana-mana hanya berdua. “mau sarapan apa mas?" Tanya bu Arum akhirnya.

"Apa aja bu yang ada... sekalian bikin tim buat Chriss ya bu Arum..." pinta Johan membuat bu Arum mengangguk hormat.

Seperginya bu Arum ke dapur Johan menuju beranda rumah, dilihatnya pak Tarno yang sift malam bergantian dengan pak Yudhi yang sekarang jatah sift pagi.

"Pagi pak tarno... pak yudhi..." sapa Johan.

"Pagi mas Johan..." sahut keduanya serempak. Meskipun majikan mereka tergolong sebagai orang yang cuek bahkan terkesan jutek, majikannya itu tak pernah mengijinkan mereka memanggilnya pak, apalagi pak Tarno yang sudah bekerja di keluarganya sejak Johan masih kecil, dan bahkan jika dirumah memang Johan sangat ramah dengan orang yang bekerja dirumahnya sangat berbading balik dengan dia yang ada di kantor, seperti kepribadian yang berbeda.

"Mau ngantor pak?" Tanya pak Tarno urung pergi.

"Iya...ada meeting..." sahut Johan pendek.

"Saya pamit dulu ya pak..." salam pak tarno membuat Johan mengangguk.

"Pak yudhi... bisa minta tolong keluarkan mobil saya dari garasi?" Pinta Johan terdengar sopan.

"Siap pak..." jawab Pak Yudhi lalu melesat mengambil kunci mobil dan membuka garasi, sempat dilihat Johan satpamnya itu memanaskan dan membersihakan bodi Sparta nya.

Johan bisa saja membeli banyak mobil yang lebih mewah dari sparta tapi entahlah, dia lebih nyaman dengan keadaan ini apalagi mobil itu memiliki banyak kenangan dengan Natasha.

"Kok papa jadi inget mama terus ya... kamu kangen mama Chriss?" Tanya Johan menatap lembut putra semata wayangnya yang menatap dengan membola membuat Johan tersenyum sendiri. Mata itu sama seperti milik Natasha.

 ####

Terpopuler

Comments

Noorphans.

Noorphans.

Mantap betul! Terimakasih, author!

2023-12-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!