Bab 2. Penculikan

Drrrt..

Sebuah ponsel bergetar di atas meja, seorang pria melirik ponsel miliknya dan mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo Aksen, apa kau sudah memikirkan tawaran ku kemarin?" Terdengar suara seorang pria yang terdengar dingin.

"Ya." Jawab Aksen singkat.

"Bagiamana?" Tanya lagi sosok di balik telepon, keduanya seolah tengah berperang ingin, karena keduanya adalah tuan kutub selatan dan utara.

"Baiklah, aku akan terima tawaran mu, kapan aku berangkat?" Tanya Aksen dengan suara dinginnya.

"Besok pagi kita berangkat dan malamnya beraksi, sudah terlalu banyak anak kecil yang menjadi korban penculikan itu." Ucap suara dari balik telepon, Aksen mengangguk dan menutup telponnya.

Aksan bukanlah pembunuh bayaran atau mata-mata internasional, asal kalian tahu dia adalah seorang Dokter kandungan. Dokter berdarah dingin dan kejam di mata para musuhnya.

Kemarin Aksen mendapatkan tawaran dari Kakaknya Aksan untuk menangani sebuah masalah besar di sebuah Negara. Ya, Aksen bukanlah Dokter yang hanya suka menolong tapi juga membunuh.

Aksen di tawari untuk menghancurkan sebuah kelompok peradangan manusia di sebuah Negara yang cukup kecil, meski demikian Negara itu memang sangat makmur di lihat sekilas, meski di dalamnya di penuhi dengan begitu banyak hal yang sangat sulit di jangkau oleh orang awam.

"Sudah tujuh tahun kamu pergi, ke mana kamu sebenarnya?" Gumam Aksen menatap bintang yang tak bersuara, semilir angin membuatnya merasa tertekan. Dosa yang dia lakukan beberapa tahun lalu itu sudah membuat jiwa raganya hancur.

Keesokan paginya, Aksen akhirnya berangkat dengan pesawat yang memang sudah di siapkan khusus. Aksen berangkat ke Negara B untuk melakukan misinya.

Setelah sampai, Aksen langsung ke hotel yang juga sudah di siapkan khusus untuknya. Dia menyiapkan senjata andalannya, Aksen adalah Sniper kelas dunia yang di hargai bakatnya.

Dia merapikan semua senjatanya dan memasukkannya pada sebuah tas, sore harinya Aksen langsung mendatangi tempat di mana dia akan melakukan aksinya sebagai uji coba.

Di sisi lain, sore itu setelah les selesai. Kedua bocah manis Rival dan Rachel akhirnya kembali ke rumah mereka. Namun perasaan Rachel tiba-tiba tidak enak, begitupun dengan Rival.

Jarak tempat Les dan apartemen mereka memang sangat dekat, hingga mereka sudah terbiasa pulang pergi tak di antar dan biasa berjalan kaki.

Beberapa orang menyapa Rival dan Rachel seperti biasanya, hingga mereka sampai di depan gerbang masuk ke gedung apartemennya dan saat mereka akan segera masuk seorang pria tiba-tiba turun dari sebuah mobil dan hendak menangkap Rival.

"RIVAAAL!!" Teriak Rachel dan langsung mengeluarkan jurus andalannya, dia menendang bagian paling mematikan dari seorang pria hingga telor dalam sangkar itu seperti mau pecah.

"Cepat masuk! Ayo!!" Teriak Rachel menyeret tangan adik laki-lakinya, beberapa pria berbaju hitam juga datang dan membuat Rachel berhenti seketika.

"Panggil pihak keamanan, biar aku tahan mereka di sini!" Ucap Rachel mendorong tubuh adiknya menjauh, Rival mengangguk dan buru-buru masuk ke dalam wilayah apartemen, dan memanggil bantuan.

Sedangkan di luar, 5 orang sudah tumbang di hadapan Rachel namun sisanya sangat tangguh bahkan membawa senjata tajam hingga menyulitkan bocah itu untuk beraksi.

"Kita harus cepat!" Ucap seseorang yang merasa bila mereka tengah dalam bahaya, mereka yang terluka langsung masuk ke dalam mobil hingga seorang pria berdiri di belakang Rachel dan menyuntikkan obat penenang pada gadis kecil itu.

Rachel pingsan dan Rival terlambat mencari bantuan, Rival menangis sejadi-jadinya. Petugas keamanan buru-buru melaporkan hal itu pada pihak kepolisan dan tentu saja pada ibu Rachel, Kiana.

Kiana yang mendapatkan kabar itu langsung tercengang dan pergi dari tempat tersebut tampa meninggalakan sepatah katapun, dia membawa kendaraannya seperti orang kesetanan hingga akhirnya sampai di depan sebuah gedung apartemen tempat dia tinggal.

"Apa yang terjadi?" Tanya Kiana, matanya menatap Rival yang masih menangis dalam segukannya, Kiana langsung memeluk Rival dan mengelus putra kesayangannya itu.

"Mom, ini salahku. Aku gak bisa jagain Kakak sendiri, huuu... hu... Mom, mereka bawa Rachel pergi Mom." Ucap Rival dalam tangisnya, Kiana mengepalkan bogemnya dan menatap mereka semua yang hanya diam membisu.

"Mana pihak kepolisan? Mereka di gaji pakek keong ya? Kenapa lambat sekali!" Kesal Kiana membentak orang-orang di sana, Kiana adalah seorang ibu yang sangat mencintai kedua anaknya.

Meski Kiana terus berusaha menenangkan Rival namun jiwa ibunya tak dapat di sembunyikan dari siapapun, tangannya bergetar saat dia hendak meraih ponsel dari saku mantelnya.

Kiana menghubungi para anak buahnya untuk datang, mereka datang lebih cepat dari pihak kepolisian. Kiana tiba-tiba merasa resah seketika saat merasakan detak jantungnya yang berdegup tak beraturan.

"Cari Tuan muda dengan cepat, cari dia meski sampai ke ujung dunia!" Ucap Kiana penuh penekanan.

"Baik Nyonya Presdir." Ucap para bawahannya cepat, Violet yang mendengar kabar itu juga langsung datang ke TKP.

Pencarian akhirnya di mulai, tak lama kemudian pihak kepolisian juga tiba. Kiana tak hentinya merasa khawatir meskipun dia tahu bila kemampuan anak pertamanya itu bukan kaleng-kaleng.

Sementara di tempat lain, Aksen yang baru saja melakukan latihan kecil akhirnya berangkat ke sebuah tempat yang menjadi incarannya, sebuah hutan tropis yang memikat.

"Tempat ini lumayan juga." Gumam Aksen saat melihat banyaknya binatang buas di dalam hutan tersebut, selain itu Aksen juga harus berjalan kaki menuju tempat yang sudah di tetapkan.

Dari jarak 500 meter Aksen memperhatikan bagaimana seorang bandar nampak tengah bernegosiasi, memang tidak terdengar. Namun, sebagai seorang ahli di bidang tersebut Aksen sudah sangat terlatih membaca gerak bibir seseorang.

"Barang baru ini sangat bagus Tuan, lihatlah." Pria itu mengeluarkan seorang gadis berusia 6 tahun dari dalam kendaraannya dengan tangan dan kaki di ikat.

"Kenapa di ikat? Bila dia lecet sebelum aku menjualnya, bisa rugi besar aku." Ucap seorang pria yang sepertinya adalah Bos dari mereka semua.

"Dia berontak Bos, 5 orang terlatih saja bisa roboh olehnya." Ucap pria itu lagi, Aksen mengangkat alisnya, mungkinkah dia salah menafsirkan? Namun dia sangat yakin dengan apa yang tengah mereka bicarakan.

"Apa? Kalian di kalahkan bocah yang bahkan belum lulus sekolah? Tidak tau malu!" Pekik Bos besar itu dan menyeret sosok gadis kecil yang nampak tak sadarkan diri itu.

"Menarik." Ucap Aksen dia langsung pada inti permainannya, bagian kepla dari bos itu agaknya sasaran paling indah untuk Aksen.

Dor!

Dor!

Dor!

Tiga tembakan sekaligus, ketiganya membunuh Bos dan dua penjaga yang berada di atas menara.

Aksen tersenyum saat sosok gadis kecil yang mereka bawa terbangun, dia langsung berdiri dan melepaskan tali besar yang melingkari tangan dan kakinya.

"Kalian benar-benar minta di hajar!" Pekik gadis itu yang tidak lagian adalah Rachel.

Terpopuler

Comments

Kusmawaty Kusmawaty

Kusmawaty Kusmawaty

perdagangan

2024-06-10

0

Dewi Nurlela

Dewi Nurlela

Rachel ketemu bapaknya

2024-01-10

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!